Sulit Bagi Uni Eropa untuk Temukan Solusi untuk Masalah Sumber Energi

(VOVWORLD) - Pada tanggal 4 Mei, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengumumkan rekomendasi untuk paket sanksi baru terhadap Rusia, di antaranya yang patut diperhatikan adalah sanksi di sektor minyak Rusia. Ini merupakan paket sanksi keenam yang dikenakan Uni Eropa kepada Rusia sejak negara ini melakukan operasi militer khusus di Ukraina. Sebelumnya, negara-negara Uni Eropa melakukan pertemuan untuk memecahkan persoalan blok di bidang energi. Namun Uni Eropa juga menghadapi masalah yang sulit baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Sulit Bagi Uni Eropa untuk Temukan Solusi untuk Masalah Sumber Energi - ảnh 1Ilustrasi (Foto: Bloomberg)

Para analis menilai, tidak seperti  keputusan untuk menghentikan penggunaan batu bara Rusia yang disetujui pada April 2022, maka sanksi minyak tambang jika disahkan akan menjadi pukulan besar bagi Rusia. Namun Uni Eropa juga telah menerima banyak peringatan tentang risiko kenaikan harga minyak internasional dan dampak negatifnya terhadap ekonomi blok tersebut. Selain itu, mencari suara bersama di antara negara-negara anggota Uni Eropa dalam masalah ini dianggap akan menghadapi banyak kendala karena beberapa negara anggota Uni Eropa menentangnya, terutama Hungaria dan Slovakia, yang hampir keseluruhannya bergantung pada energi dari Rusia.

Uni Eropa dan Masalah Pengurangan Ketergantungan Energi dari Rusia

Minyak tambang dan gas alam adalah dua senjata pengaruh tradisional Rusia. Sekarang, bagaimanapun untuk Uni Eropa, gas alam adalah senjata yang lebih tangguh. Untuk menghindari ketergantungan pada gas alam Rusia, Uni Eropa menerapkan serangkaian tindakan untuk menghadapinya. 

Sejak Rusia mengawali operasi militer khusus di Ukraina pada akhir Februari 2022, kalangan pengamat telah menunjukkan bahwa ketergantungan tersebut selama beberapa dekade ini telah membuat pemerintah Presiden Putin bersikap lebih keras, sementara pemerintah Eropa ragu-ragu dalam menghadapi langkah-langkah pemerintah Rusia. Bukan kebetulan bahwa Rusia mulai menyerang Ukraina pada Februari, ketika Eropa mengalami musim dingin yang ekstrem dan permintaan gas tertinggi untuk menghangatkan bangunan. Karena jaringan gas Eropa menjangkau banyak negara, penutupan katup gas Rusia yang mengarah ke Polandia dan Bulgaria telah mempengaruhi lebih dari dua negara tersebut. Harga gas akan naik karena tekanan gas dalam pipa yang mengalir dari dua negara ini ke negara lain berkurang. Kekurangan gas pada akhirnya akan mempengaruhi negara-negara yang jauh dari pusat aliran gas, seperti Prancis dan Jerman.

Sulit Bagi Uni Eropa untuk Temukan Solusi untuk Masalah Sumber Energi - ảnh 2Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen  (Foto:  European Parliament)

Ketegangan masalah pasokan energi meningkat ketika pada 3 Mei Rusia memutus pasokan gas ke Polandia dan Bulgaria, setelah kedua negara menolak permintaan Moskow agar pembayaran gas dengan mata uang rubel Rusia. Menurut mekanisme pembayaran yang ditawarkan oleh Moskow, pelanggan harus membuka dua rekening di bank yang dikelola oleh Grup raksasa energi Rusia Gazprom. Pelanggan membayar ke rekening dolar Amerika Serikat atau euro, yang kemudian ditransfer ke akun kedua dan dikonversi menjadi rubel. Rencana pembayaran Rusia ini membuat Uni Eropa menganggap bahwa itu melanggar sanksi yang sedang dikenakan Uni Eropa terhadap Rusia.

Dampak dari Paket Sanksi dan Kesulitan Uni Eropa

Ketegangan yang meningkat dalam konflik Rusia-Ukraina sebanding dengan sanksi timbal balik antara Uni Eropa dan Rusia. Sanksi yang sedang dilaksanakan oleh Uni Eropa bertujuan untuk sepenuhnya mengakhiri impor minyak Rusia dalam waktu singkat. Namun para analis menganggap bahwa dalam praktiknya tidak akan mudah. Menghentikan impor gas dari Rusia akan memiliki banyak akibat negatif. Minyak dari Rusia dapat digantikan oleh minyak dari pasar lain, tetapi mencari pengganti gas Rusia akan jauh lebih sulit sehingga Uni Eropa pasti tidak akan memiliki alternatif dalam beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun ke depan. Karena keunggulannya dalam sumber daya dan geografi, selama beberapa dekade terakhir Rusia telah membentuk sistem transportasi dan distribusi gas dalam jumlah besar, stabil, berkualitas dan murah untuk Eropa melalui rute pipa internasional. Beberapa pejabat Uni Eropa juga mengakui bahwa meninggalkan energi Rusia secara tiba-tiba akan sulit dan bisa menyebabkan resesi dan inflasi dalam perekonomian Eropa. 

Oleh karena itu, dalam jangka panjang, Eropa tidak hanya membutuhkan tekad politik yang kuat, tetapi juga harus menerima kerusakan ekonomi yang akan berlangsung lama. Skenario lain yang mungkin terjadi, jika Rusia segera menyelesaikan targetnya dan mengakhiri operasi militernya di Ukraina, akankah Eropa dengan tegas tetap memutuskan transaksi energi dengan Rusia? Ini adalah pertanyaan yang tidak mudah dijawab./.

Komentar

Yang lain