Tantangan dan harapan dikedepankan kepada Dewan Keamanan PBB setelah ada lagi 5 Anggota Tidak Tetap baru

(VOVWORLD) - Pada pekan lalu, setelah dua putaran pemungutan suara, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ( MU PBB) telah memilih 5 Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB masa bakti 2021-2022. Walaupun   lebih dari setengah tahun lagi baru resmi menerima tugas, tapi sejak  sekarang ini, banyak tantangan dan harapan telah ditunjukkan kepada para anggota baru serta Dewan Keamanan PBB masa bakti mendatang.
Tantangan dan harapan dikedepankan kepada Dewan Keamanan PBB setelah ada lagi 5 Anggota Tidak Tetap baru - ảnh 1Panorama satu sidang DK PBB di New York pada tanggal  30 September 2019  (Foto: AFP/VNA) 

Terpilih dan menjadi Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB tidak hanya merupakan kehormatan dan kebanggaan, tapi juga merupakan tanggung-jawab besar bagi negara yang dipilih. Karena, Dewan Keamanan PBB merupakan badan satu-satunya dari PBB yang punya hak memutuskan dan menilai kenyataan dari semua ancaman terhadap perdamaian, sabotase terhadap perdamaian atau tindakan agresi dan akan merekomendasikan atau memutuskan langkah-langkah sesuai yang perlu dilakukan untuk mempertahankan atau memulihkan perdamaian dan keamanan internasional. Semua keputusan dan resolusi Dewan Keamanan PBB bersifat mengikat dan semua anggota PBB bertanggung-jawab harus menghormati dan melaksanakannya. Dengan tugas yang besar itu, harapan dan tantangan yang dihadapi oleh para Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB masa bakti yang akan datang (India, Meksiko, Norwegia, Irlandia dan Kenya) maupun seluruh badan ini adalah sangat besar.

Tantangan-tantangan

Untuk memikul dengan sukses masa bakti sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB, pertama-tama, semua negara yang terpilih harus menghadapi kesulitan-kesulitan yang sedang ada dan telah berakar  dalam di Dewan Keamanan PBB sejak puluhan tahun ini. Semua tantangan itu, pada pokoknya bertolak dari perbedaan pandangan dasar, bentrokan kepentingan poros dan persaingan tentang pengaruh antara 5 negara Anggota Tetap yaitu Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Rusia dan Tiongkok. Semua perselisihan antara negara-negara Anggota Tetap Dewan Keamanan PBB ini semakin tampak lebih jelas selama waktu ini, yang tipikal ialah Dewan Keamanan PBB telah tidak bisa menyatukan dan mengeluarkan reaksi yang tepat waktu untuk menghadapi krisis yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 walaupun komunitas internasional telah sangat menaruh harapan pada hal ini. Situasi perselisihan pandangan dan kontradiksi antara negara-negara Anggota Tetap Dewan Keamanan PBB juga membuat Dewan ini menjumpai sangat banyak kesulitan dalam mencapai kesepakatan dalam mengeluarkan resolusi-resolusi bersama. Akibatnya ialah pada tahun 2019, Dewan Keamanan PBB hanya mencapai kesepakatan dan berhasil mengesahkan 67 resolusi, angka yang paling rendah sejak tahun 1991.

Menyusul kemudian, negara-negara Anggota Tidak Tetap yang baru dan negara-negara Anggota Tidak Tetap infungsi harus memikul tanggung-jawab dalam memecahkan serentetan masalah-masalah yang baru muncul yang semakin meningkat di banyak kawasan di dunia, dari kawasan Timur Tengah, Afrika sampai kawasan Asia Timur Laut serta masalah perubahan iklim global. Khususnya, penanganan terhadap pengaruh-pengaruh hebat pandemi Covid-19 tapi belum berakhir dianggap sebagai satu tantangan yang serius. Menurut banyak laporan, pandemi Covid-19 punya bahaya sangat tinggi  akan mendatangkan serentetan akibat di skala luas terhadap situasi perdamaian dan keamanan internasional serta menimbulkan pengaruh yang berarti terhadap justru  aktivitas-aktivitas menurut agenda Dewan Keamanan PBB.

Harapan

Jelaslah, tantangan terhadap para anggota baru Dewan Keamanan PBB dan Dewan Keamanan PBB pada waktu mendatang sangat besar. Walaupun begitu, opini umum dunia tetap berharap agar Dewan Keamanan PBB akan mengembangkan dengan baik peranannya, menjaga dan mempertahankan perdamaian dunia. Dasar kepercayaan itu ialah upaya-upaya yang patut dicatat yang dilakukan oleh negara-negara Anggota Tidak Tetap selama ini dalam mempersempit perselisihan di Dewan Keamanan PBB melalui penyelenggaraan sidang-sidang yang permanen satu sama lain dengan dihadiri Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres untuk mengusahakan solusi agar organisasi ini bisa beraktivitas secara lebih berhasil-guna. Oleh karena itu, ketika Dewan Keamanan PBB tidak bisa mencapai suara bersama tentang masalah-masalah yang penting, maka semua negara Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB telah bersama-sama mengeluarkan komunike bersama untuk menunjukkan pandangannya, misalnya komunike bersama pada bulan November 2019 tentang aktivitas Israel yang menduduki zona pemukiman kembali di Tepi Barat atau komunike bersama tentang perbaikan metode kerja Dewan Keaman PBB pada bulan Mei 2020 lalu.

Di samping itu, kelima negara yang terpilih menjadi Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB masa bakti 2021-2022 merupakan negara-negara yang sebelumnya pernah memegang jabatan Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB (khususnya India sudah mengalami 7 masa bakti), berarti negara-negara ini memiliki pengalaman-pengalaman yang baik tentang aktivitas Dewan Keamanan PBB. Bersamaan itu, semua negara ini juga punya persiapan di semua segi untuk menerima dan mengatasi tantangan-tantangan pada posisi baru, termanifestasikan melalui agenda pencalonan. Semua faktor ini dipercaya akan membantu negara-negara ini memberikan sumbangan yang praksis dan efektif terhadap aktivitas Dewan Keamanan PBB, demi satu dunia yang damai dan stabil jangka panjang. 

Komentar

Yang lain