(VOVWORLD) - Dibutuhkan waktu satu bulan untuk mewarnai selembar kain, dan dua hingga tiga tahun untuk menyelesaikan satu set pakaian lengkap. Meski pun prosesnya rumit dan memakan waktu, para perempuan dari etnis minoritas Dao di dusun Chieng Di 1, Kecamatan Van Ho, Provinsi Sơn La tetap dengan tekun membuat pakaian tradisional sepenuhnya secara manual. Bagi mereka, itu adalah cara untuk melestarikan identitas budaya etnisa mereka.
Dulu, para perempuan Dao masih menanam kapas dan menenun kain sendiri. Kini, mereka memang tidak lagi menenun, tetapi tetap mempertahankan kebiasaan mewarnai kain dengan nila. Tanaman nila biasanya ditanam di hutan atau di kebun rumah. Para perempuan Dao merendam daun nila dengan abu dapur untuk mendapatkan getahnya. Setelah empat hingga lima hari, ketika daun mulai membusuk, mereka menambahkan kapur, menyaring campuran itu, lalu mulai mewarnai kain.
Wanita Dao rajin dan terampil menciptakan pakaian yang sepenuhnya dibuat dengan tangan. (Foto: Huyen Trang/VOV5) |
Selain itu, ada juga cara lain, yaitu dengan merebus daun nila untuk dijadikan pewarna. Setelah proses tersebut, kain dijemur hingga kering dan diwarnai kembali sampai menghasilkan warna yang diinginkan. Kain yang telah diwarnakan melalui banyak lapisan pewarna nila memiliki daya tahan panas yang tinggi, sangat cocok untuk cuaca dingin di daerah pegunungan Van Ho. Trieu Thi Hoa, mengatakan:
“Nenek moyang kami dulu sering membuat pewarna nila. Dibutuhkan waktu sebulan hanya untuk mewarnai satu baju, selendang, atau rok. Setelah itu barulah disulam., Seusai disulam, pakaian itu barulah bisa dikenakan. Ketika ada pesta pernikahan atau upacara adat, kami akan memakainya. Itu adalah tradisi, kain harus diwarnai dengan nila sebelum digunakan. Hanya kain yang sudah beraroma nila yang layak disulam menjadi baju atau rok untuk dikenakan.”
Burung dan anjing adalah motif utama dalam pakaian etnis Dao. (Foto: Huyen Trang/VOV5) |
Perempuan Dao mulai belajar menyulam sejak usia sekitar sepuluh tahun, diajarkan langsung oleh ibu mereka. Mereka membuat sendiri pakaian tradisional yang akan dibawa saat menikah. Setelah menikah dan memiliki anak, para perempuan Dao akan menjahit pakaian untuk seluruh anggota keluarga. Pekerjaan itulah ukuran untuk menilai keterampilan, kerajinan , dan tanggung jawab seorang perempuan Dao. Ketika sudah lanjut usia, mereka mulai menjahit pakaian untuk diri sendiri sebagai persiapan menuju alam arwah. Karena penglihatan sudah tidak setajam saat muda, para nenek biasanya hanya menyulam motif yang sederhana. Menurut kepercayaan mereka, pakaian tradisional Dao dengan aroma khas nila adalah tanda bagi para leluhur untuk dapat mengenali dan menyambut mereka.
“Dulu, waktu mata masih terang, saya menyulam pakain yang indah untuk anak-anak. Sekarang, ketika sudah tua dan penglihatan sudah mulai kabur, saya membuat untuk diri saya sendiri di masa tua. Dulu, saat mata masih baik, saya tidak membuat seperti ini. Sekarang saya membuatnya agar nanti, ketika saya meninggal, saya sudah memiliki pakaian untuk dibawa. Saya tidak perlu yang indah lagi, cukup seperti ini untuk saya pakai sendiri. Kalau ingin yang indah, harus menyulam motif burung, atau anjing”.
Wanita Dao biasanya mulai belajar menyulam sejak berusia 10 tahun. (Foto: Huyen Trang/VOV5) |
Burung dan anjing merupakan motif sulaman dasar dalam pakaian tradisional dari masyarakat etnis Dao. Untuk kemeja, mereka biasanya menyulam gambar anjing, domba, atau monyet. Sementara untuk selendang, mereka menyulam gambar burung dan menghiasinya dengan rumbai benang merah serta manik-manik berwarna hijau. Untuk rok, para perempuan Dao menggunakan lilin lebah untuk membuat motif sebelum diwarnai.
Ibu Dang Thi Vinh menyulam pakaian bersama cucunya. (Foto: Huyen Trang/VOV5) |
Pada siang hari, para perempuan Dao bekerja di ladang dan kebun; hanya setelah menyelesaikan pekerjaan, mereka memiliki waktu untuk menyulam. Meskipun tangan mereka kasar karena matahari dan angin, namun mereka tetap terampil menciptakan motif yang berwarna merah, putih, kuning, dan hijau, ciri khas pakaian tradisional dari etnis Dao. Dahulu, masyarakat Dao mengenakan pakaian tradisional dalam kehidupan sehari-hari, tetapi sekarang hanya dikenakan pada acara-acara khusus. Ly Thi Anh, menceritakan:
“Kami hanya mengenakannya saat upacara adat atau ketika berpartisipasi dalam kegiatan seni dan budaya. Hanya para nenek yang masih memakai rok tradisional setiap hari, sedangkan generasi muda sudah jarang memakainya. Kami, para perempuan, juga ingin menunjukkan keterampilan kami, bagaimana menjadi wanita yang pandai mengurus rumah tangga, namun tetap bisa menyulam. Secara umum, perempuan Dao memiliki banyak pekerjaan. Kadang-kadang sepulang dari ladang, meski pun lelah, kami tetap berpikir bahwa apa yang kami lakukan adalah untuk anak-anak, suami, dan juga untuk orang tua dari kedua pihak”.
Pakaian etnis Dao dalam kehidupan sehari-hari. (Foto: Huyen Trang/VOV5) |
Setiap jahitan, setiap helai benang, setiap motif dan warna nila pada pakaian tradisional masyarakat etnis Dao menyimpan begitu banyak kerja keras dan kasih sayang yang dicurahkan para perempuan Dao cuntuk keluarga, kampung halaman, dan etnisnya. Di tengah arus kehidupan modern, pakaian-pakaian tradisional tersebut tetap menjadi kebanggaan, mencerminkan ketelitian, kehalusan, dan keterampilan para perempuan Dao yang terus menanamkan jiwa serta menjaga warisan budaya etnisnya.