Upaya melestarikan kebudayaan tradisional di Rumah asrama Teresa

(VOVWORLD) - Seiring dengan upaya memasang sayap kepada anak-anak etnis minoritas dalam peta jalan mengusahakan huruf,  Rumah asrama  Teresa, sektor   Kongregasi Maria Hoa Binh, di  Kota Buon  Ma Thuot, Provinsi Dak Lak juga membantu anak-anak di sana dapat melakukan kontak dengan kebudayaan tradisional dari etnis-nya, dari situ membangkitkan rasa mencintai, menghargai dan ingin melestarikan jati diri kebudayaan. 
Upaya melestarikan kebudayaan tradisional di Rumah asrama Teresa - ảnh 1 Seorang perempuan sedang menenun kain ikat di Rumah asrama  tersebut  (Foto: VOV)

Setelah 5 tahun belajar dan berkaitan  dengan kerajinan menenun kain ikat di Rumah asrama Teresa, H’Juel H’Long telah menjadi guru yang mengajar kerajinan kepada anak-anak. Pada setiap sore, dalam asrama tersebut, ada kira-kira 8-10 anak perempuan dengan berusia  dari 10-16 tahun sedang duduk di samping alat tenun, ada yang berlatih mengatur benang bordir, ada yang berlatih membuat  benang bodir dan yang lain menghias motif-motif. H’Juel H’Long memantau  mereka secara teliti dan memberikan bimbingan agar mereka melaksanakan dengan tepat berbagai cara menenun kain secara baik. Dia memberitahukan bahwa ini tidak hanya merupakan pekerjaan yang memberikan kegembiraan dan menciptakan pendapatan, melainkan juga yang lebih penting ialah memberikan  api kepada anak-anak yang lain dan bisa melestarikan kerajinan tradisional. Dia mengatakan:

“Setelah sudah lama belajar cara menenun, para suster menciptakan syarat keapada saya supaya mengajar anak-anak. Ketika mengajar anak-anak yang menerima cara menenun secara lambat, saya harus tekun dan membimbing mereka cara menghitung benang bordir, cara menenun-nya. Saya merasa sangat gembira dan senang karena bisa membantu orang lain bisa menyampaikannya kepada mereka agar mereka bisa melestarikan kerajinan tradisional etnis-nya.”

Mendapat api semangat dari generasi-generasi dahulu, H’Vang, 13 tahun, anak etnis minoritas Mnong di Kecamatan Dak Sak, Kabupaten Dak Mil, Provinsi Dak Nong sedang aktif  belajar cara menenun. Di samping waktu belajar di sekolah, pada setiap waktu senggang, dia tiba di Rumah asrama Teresa untuk belanjar cara menenun. H’Vang memberitahukan bahwa dalam keluarga-nya hanya nenek dia bisa tahu menenun kain ikat. Tapi nenek dia telah tua maka sedikit nenenun kain ikat. Sejak tiba di Rumah asmara ini, dapat melihat anak-anak menenun, dia semakin mencintai dan ingin menenun sendiri satu helai kain ikat dengan motif asli dari etnis minoritas Mnong. Dia mengatakan:

“Saya telah  belajar menenun dua pekan dan saya merasa sangat senang. Saya berharap ketika menenun secara baik, bisa terus menenun di sana atau membuka satu toko kecil di dukuh serta mengajar anak-anak di dukuh cara menenun.”

Selain menenun kain ikat, anak-anak di Rumah asrama Teresa juga dapat belajar beberapa kerajian lain seperti kerajinan membuat benda-benda artistik, menciptakan  dan melakukan pertunjukan bermacam instrumen musik tradisional. Setiap tahun, Rumah asrama  itu juga mengadakan kontes-kontes menemukan talenta dengan tuntutan setiap kelompok etnis harus menyanyikan lagu dan memainkan  instrumen musik khas dari etnis-nya. Suster Nguyen Thi Thuan, Pengurus Rumah asrama Teresa memberitahukan bahwa ini merupakan kegiatan untuk mendidik anak-anak mengkonservasikan kebudayaan etnisnya. Menurut itu, para suster memilih anak-anak yang berbakat di setiap bidang, mencari orang untuk mengajar dan memupuk bakat  mereka, membantu mereka tahu dan lebih mencintai kebudayaan tradisional etnis-nya. Seiring dengan itu, para suster juga berupaya mengusahakan pemasaran  produk yang mereka hasilkan, mengusahakan kontrak pertunjukan di zona-zona wisata agar memberikan lebih banyak pendapatan kepada mereka, menciptakan tenaga pendorong kepada mereka untuk mencintai dan melestarikan kerajinan. Dia mengatakan:

“Kami ingin membantu anak-anak belajar dan melestarikan ciri-ciri khas, mengkonservasikan dan mengembangkan serta menginginkan agar mereka lebih mencintai dan merasa bangga tentang pusaka budaya yang khas dari etnis-nya, mewarisi para artisan untuk berkembang. Itu merupakan semangat sepenuh hati dari para suster di Rumah asmara  Teresa.”

Terbentuk pada tahun 2003, sampai sekarang, Rumah asrama  Teresa telah menghidupi dan membantu 200 anak-anak untuk belajar dan menjadi dewasa. Banyak anak-anak setelah tamat telah menjadi guru, dokter dan seniman. Sekarang, di Rumah asrama Teresa sedang menghidupi 20 anak dari kelas 1 sampai kelas 12 asal 14 etnis yang lain di Provinsi Dak Lak dan Dak Nong. Semuanya adalah para siswa  etnis minoritas miskin tapi haus belajar di dukuh-dukuh di daerah yang menjumpai kesulitan dan tanpa syarat untuk pergi ke sekolahan atau tinggal sangat jauh dari sekolahan. Tidak hanya belajar kebudayaan, mereka juga mendekati jati diri kebudayaan dan kerajinan tradisional dari etnis-nya, melalui itu membantu mereka meningkatkan pengetahuan dan membangkitkan rasa cinta terhadap jati diri etnis, hasrat melestarikan kebudayaan tradisional dari komunitas-nya. 

Komentar

Yang lain