Pelukis tuna netra Le Duy Ung, orang yang mengatasi nasib demi cintanya terhadap seni rupa

(VOVworld) – Ada seorang pelukis telah minta untuk terjun ke medan perang provinsi Quang Tri yang sedang berkobar-kobar ketika sedang menjadi mahasiswa Perguruan Tinggi Seni Rupa. Dengan membawa kuda-kuda lukisan dan kamera, dia telah hadir di banyak operasi militer, berhasil membuat banyak sketsa yang mencerminkan kehidupan dan pertempuran yang dilakukan oleh rakyat Vietnam Selatan dalam perang perlawanan menentang Imperialis Amerika Serikat untuk menyelamatkan Tanah Air. Bahkan ketika matanya sudah tidak bisa melihat sinar lagi, tapi prajurit yang tuna netra itu tetap bekerja  rajin dan berhasil menciptakan karya-karya seni rupa yang mendapat sambutan dari massa rakyat dan penilaian tinggi dari rekan-rekannya. Dia itu adalah pelukis Le Duy Ung, satu teladan yang mengatasi nasib untuk menggeluti seni rupa secara kreatif. 


Pelukis tuna netra Le Duy Ung, orang yang mengatasi nasib demi cintanya terhadap seni rupa - ảnh 1
Pelukis Le Duy Ung dan lukisan Presiden Ho Chi Minh
yang dilukis dengan darahnya 
Foto: anninhthudo.vn

“Dia telah menggunakan darahnya untuk menciptakan lukisan ini. Terbanding dengan benda-benda lain yang ada di sini, lukisan lebih menonjol dan lebih unik. Ini adalah salah satu benda yang paling dipandangi oleh banyak penonton. Khususnya  pada hari itu langsung menyambut hadirnya pelukis Le Duy Ung, pencipta lukisan ini ke pameran”.

Demikianlah kata-kata saudari Nguyen Thi Kim Thoa, mahasiswi Perguruan Tinggi Kebudayaan ketika bicara tentang lukisan Presiden Ho Chi Minh yang dilukiskan oleh pelukis Le Duy Ung dengan darahnya sendiri dan dipamerkan di Museum Ho Chi Minh. Lukisan yang diciptakan oleh pelukis Le Duy Ung pada tanggal 28 April tahun 1975 di pangkalan revolusi Nuoc Trong ketika telah menderita luka sehingga matanya rusak telah menjadi simbol dari kepercayaan pasti menang dan daya hidup yang kuat dari prajurit revolusioner Vietnam. Kegandrungannya terhadap seni rupa selalu mendesak pelukis Le Duy Ung untuk selalu berkarya melukis, ketika matanya sudah tidak bisa melihat sinar lagi, dia berpindah  memahat patung. Karya seni rupa pertama dari pelukis Le Duy Ung ialah patung Presiden Ho Chi Minh. Pelukis Le Duy Ung mengatakan: “Presiden Ho Chi Minh adalah idola dari saya. Saya selalu menciptakan karya tentang Presiden Ho Chi Minh ketika sedang bekerja, sedang bermain dengan anak-anak, ikut serta dalam operasi militer. Harus berhasil menguasai sosok Beliau yang tinggi, mata Beliau harus cerah, berbinar-binar jenggot Beliau panjang dan khususnya ialah dahi Beliau yang sangat lebar”.

Kisah tentang usaha penciptaan seni rupa yang dilakukan oleh pelukis prajurit tuna netra Le Duy Ung telah mengharukan banyak orang. Karyanya tidak hanya melukiskan citra Presiden Ho Chi Minh dan Jenderal Vo Nguyen Giap saja, tapi juga memanifestasikan gambar seorang prajurit yang lugas, seorang prajurit tuna netra yang mengatasi nasibnya serta orang-orang yang pernah dia temui dan bicarakan. Menurut pengukir Van Thuyet, semua karya ciptaan Le Duy Ung membawa nafas zaman dan selar-selar yang jelas dari satu penggalan jalan sejarah, mencatat kenang-kenangan pada masa peperangan dan ciri-ciri yang indah dalam kehidupan sehari-hari. “Dia mencintai seni rupa dan ingin melaksanakan tema-tema yang menjunjung tinggi para pemimpin, dia telah menggunakan darahnya untuk melukiskan gambar Presiden Ho Chi Minh. Ini adalah karya puncaknya tentang perasaan. Dia menganggap Presiden Ho Chi Minh sebagai satu idola yang agung”.

Hal yang mudah dilihat pada karya-karya ciptaan pelukis Le Duy Ung ialah  ciri yang hidup-hidup dalam jiwa tokoh. Karena ada banyak karyanya berasal dari sajak dan musik  seperti karya “Gadis gerilyawan”, “Penjaga koordinat api”. Pernah sekali, ketika mendengarkan kisah tentang wartawan Jepang, Takano yang gugur ketika sedang melakukan tugas kewartawanan di garis perbatasan Vietnam melalui gelombang siaran Radio Suara Vietnam, pelukis Le Duy Ung telah minta bantuan dari istri untuk melukiskan tentang gambar wartawan Takano guna memahat patungan setengah badan  wartawan ini. Sekarang ini, patung ini sedang dipamerkan di Jepang. Pelukis Le Duy Ung memberitahukan: “Ketika sampai Hari Prajurit Penyandang Cacad dan Martir, saya mengenangkan para pahlawan angkatan bersenjata, tema perang revolusioner, para prajurit, kawan se-kesatuan dan para Ibu Vietnam Heroik. Teladan-teladan itu selalu mengingatkan saya harus berusaha sekuat tenaga. Karena saya masih hidup, saya lebih mujur terbanding dengan orang-orang yang sudah gugur maka saya berusaha untuk mengenangkan orang-orang yang sudah gugur dalam perang agung membebaskan bangsa”.

Walaupun usianya sudah lebih dari 70 tahun, kesehatannya merosot, tapi pelukis Le Duy Ung tetap gandrung berkarya. Dia memiliki hampir 500 patung, kira-kira 3.000 lukisan dan banyak lukisan agitasi serta hampir 50 pameran pribadi di dalam dan luar negeri. Pada tahun 2013, pelukis Le Duy Ung mendapat kehormatan menerima gelar Pahlawan Angkatan Bersenjata Rakyat yang diberikan oleh Presiden Negara Vietnam. Dia adalah satu teladan tipikal dari seniman dan prajurit tuna netra yang mengatasi nasibnya untuk memberikan andil kepada seni rupa. 


Komentar

Yang lain