Pagoda Emas Shwedagon, benda pusaka di Ibukota Yangon

(VOVworld) -  Jauh-nya kira-kira 90 menit perjalanan udara dari Ibukota Hanoi, Yangon- Ibukota kuno Myanmar terkenal dengan Pagoda Emas Shwedagon yang sedang menjadi destinas yang atraktif bagi wisatawan selama bertahun-tahun ini. Apa yang khusus di pagoda ini? 

Pada pagi hari dim kota Yangon, di jalan raya utama menuju ke jantung-nya kota penuh padat  dnegan banyak mobil. Tidak ada satu sepeda motor pun. Di dua tepi jalan ada gedung-gedung kuno besar yang membawa langgam seni arsitektur nasional Inggris di tengah-tengah  gedung modern yang sedang berada dalam proses pembangunan. Meskipun sedang di perjalanan yang jauh-nya kira-kira 5 Km dari jantungnya Ibukota Yangon, tetapi yang menonjol di langit biru yalah Pagoda Emas Shwedagon yang cemerlang. Pagoda Emas Shwedagon merupakan salah satu di antara bangunan- bangunan arsitektur agama Buddha  yang suci dan paling mewah di Myanmar. 


Pagoda Emas Shwedagon, benda pusaka  di Ibukota Yangon - ảnh 1
Pagoda Emas Shwedagon di Yangon, Myanmar.
(Foto: BestPrice)

  Untuk pertama kalinya melihat pagoda yang berlapiskan emas yang besar seperti itu, saudari Hoang Minh Phuong - salah seorang wisatawan Vietnam mengatakan: “Melihat saya keheran-heranan, maka pak sopir menjelaskan bahwa berdiri dimana saja di Yangon orang selalu bisa melihat Pagoda Emas Shwedagon. Setiap senja hari, Ibu dan istri-nya selalu pergi ke pagoda ini untuk menyajikan talam sajian dan bunga-bungaan. Dia hanya bisa pergi ke pagoda pada hari libur karena sibuk bekerja”.

Pagoda Emas Shwedagon untuk pertama  kalinya dibangun dari abad VI-X di atas satu bukit suci Singuttara. Terletak di areal seluas 50.000 meter persegi, di pagoda tersebut ada menara yang tinggi-nya 98 meter, disepuh dengan emas oleh umat Buddhis selama berabad-abad. Jumlah penduduk Myanmar kira-kira 4 juta jiwa, di antaranya ada 84 persen adalah penganut Buddhis. Meskipun mengalami pasang surut-nya sejarah, Pagoda Emas Shwedagon tetap masih dilestarikan dan dikonservasikan rakyat Myanmar. Bersamaan dengan-nya, Pemerintahan kota Yangon juga menetapkan bahwa semua gedung di sini tidak boleh dibangun sehingga melebihi  tingginya Pagoda Emas Shwedagon.

Di Pagoda Emas Shwedagon ada 4 pintu di empat penjuru. Ketika masuk pagoda ini, semua orang harus melepaskan sepatu, memasukkan-nya ke dalam tas yang dibawa masing-masing, membenahi kembali pakaian sebelum masuk pagoda ini. Warna hijau dari pohon-pohon tua semakin menonjolkan warna kuning yang cemerlang dari pagoda ini. Wisatawan harus menempuh jalan beratap selama 10 menit baru sampai bangsal resmi, di dua tepi-nya adalah toko-toko penjualan benda-benda untuk ibadah. Bau bunga-bungaan dan kemenyan memenuhi ruangan. Zona resmi pagoda  disepuh  emas dengan arsitektur yang canggih muncul di permukaan tanah berbentuk persegi empat, tampak termenonjol terbanding dengan menara-menara yang lain di sekitar-nya. Di sekitar menara utama, ada empat menara yang lebih kecil di empat penjuru dan kira-kira 60 buah menara di sana  sini. Ada lorong yang digelari dengan permadani membantu para pengunjung dan wisatawan menghindari panasnya lantai sinar mata hari.

Pada saat wisatawan sedang terkagum-kagum kemegahan dan keindahan dari ribuan butir batu adi dan mutiara yang diukir pada Shwedagon, warga kota Yangon tetap duduk di lantai batu, menunduk kepala penuh hormat di depan 8 buah patung yang mewakili 7 hari dalam sepekan. Rabu merupakan hari pertengahan, oleh karena itu ada dua buah patung, yang satu untuk waktu pagi dan yang kedua untuk waktu sore. Masing-masing patung berbentuk binatang, seperti monyet dan babi. Menurut pandangan warga Myanmar, memandikan  patung akan mendatangkan kemujuran untuk diri sendiri.  Panasnya mata hari  waktu lohor telah memanaskan lantai batu sehingga tapak kaki dengan berburu-buru mengelilingi menara sesuai dengan arah jarum jam. Di tempat  ibadah, suara membaca kitabs semakin terdengar. Suara genta  membuat saya merasa tenang. Ketika merasa lelah, saya bisa berinstirahat di kaki menara genta. Warga Myanmar sangat akrab, mereka juga menyilakan saya minum  teh. Di pagoda Shwedagon, saya merasa  bahwa semua orang saling mendekati dan mengarah ke kebaikan”.

Waktu semakin memasduki hari senja, arus orang bumi putri masuk pagoda untuk bersambahyang semakin banyak. Lampu di Pagoda Emas Shwedagon mulai menyala, satu satuan emas berkilau-kilai di tengah-tengah langit warnanya berangsur-angsur menjadi gelap. Keindahan Pagoda Emas Shwedagon dan keakraban warga daerah ini telah meninggalkan kesan-kesan mendalam terhadap  wisatawan untuk berjanji datang kembali ke daerah ini.


Komentar

Yang lain