Pembicaraan bersejarah antara Presiden AS dan Presiden Kuba

(VOVworld) – Dalam satu gerak-gerik yang bersejarah, pada Sabtu (11 April), Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama dan Presiden Kuba, Raul Castro telah melakukan pembicaraan di Panama. Ini merupakan pertemuan langsung yang pertama antara pemimpin dua negara selama 56 tahun ini. Untuk membuka pembicaraan ini, Presiden Barack Obama berterima kasih kepada Presiden Kuba atas semangat terbuka terhadap AS. Dia menegaskan bahwa kebijakan yang dikenakan oleh Washington terhadap La Habana “sudah terbelakang dan tidak efektif”, bersamaan itu menekankan bahwa sampai saat untuk meninggalkan masa lampau dan memulai jalan baru, menuju ke satu halaman baru untuk hubungan dua negara pada masa depan. Dia menganggap bahwa prioritas sekarang ialah membuka Kedutaan Besar di Ibukota masing negara.

Pembicaraan bersejarah antara Presiden AS dan Presiden Kuba - ảnh 1
Presiden AS, Barack Obama (kanan)
dan Presiden Kuba, Raul Castro (kiri)
(Foto: qdnd.vn)

Pada pembicaraan ini, Presiden Barack Obama juga menyatakan bahwa dia tidak menganggap Kuba mempunyai hubungan dengan terorisme dan dia memutuskan masalah mengeluarkan Kuba dari daftar ini pada beberapa hari mendatang. Akan tetapi, dia mengakui bahwa “masih ada beberapa perselisihan besar antara dua fihak” seperti masalah hak manusia dan kebebasan pers.

Setuju dengan pandangan-pandangan Presiden Barack Obama, Presiden Raul Castro menonjolkan perlunya melakukan dilaog tentang semua tema yang bersangkutan dengan hubungan bilateral, yang meliputi semua perselisihan dan pandangan yang bertentangan satu sama lain. Presiden Kuba menegaskan kembali bahwa walaupun masih mengalami banyak perbedaan dalam sejarah hubungan yang rumit antara dua fihak, “tapi kami sedang bersedia untuk maju”, bersamaan itu menekankan peranan penting dari langkah-langkah menggalang kembali hubungan diplomatik, diantaranya ada pembukaan Kedutaan Besar dan mendorong pertukaran antara rakyat dua negeri serta “semua hal yang bisa dilakukan dua negara tetangga”. Akan tetapi, pemimpin Kuba juga menganggap bahwa proses normalisasi hubungan bilateral akan menuntut kesabaran semua fihak./.

Komentar

Yang lain