Peluang dan tantangan yang dihadapi pertanian Vietnam dalam EVFTA

(VOVWORLD) - Dengan mayoritas suara dukungan, Majelis Nasional (MN) Vietnam, pada tanggal 8 Juni, telah meratifikasi Perjanjian Perdagangan Bebas Vietnam – Uni Eropa (EVFTA). Dengan komitmen-komitmen yang kuat tentang pemangkasan tarif, EVFTA menciptakan peluang besar bagi Vietnam untuk mendorong ekspor ke pasar Eropa, khususnya barang-barang hasil pertanian, kehutanan dan perikanan yang punya banyak keunggulan kompetitif. Selain itu, para mitra dagang juga menuntut kepada Vietnam supaya membuka pintu terhadap barang mereka. Oleh karena itu, cabang pertanian sedang menghadapi peluang dan tantangan yang sangat besar di jalan melakukan integrasi global. 
Peluang dan tantangan yang dihadapi pertanian Vietnam dalam EVFTA - ảnh 1Ilustrasi (Foto: tapchitaichinh.vn) 

Uni Eropa sekarang merupakan pasar impor hasil pertanian, kehutanan dan perikanan yang besarnya nomor dua dari Vietnam. Akan tetapi, barang-barang hasil pertanian Vietnam baru hadir di 17 dari 27 negara anggota Uni Eropa. Oleh karena itu, ratifikasi EVFTA telah “membuka pintu” bagi cabang pertanian untuk memasukkan produknya ke dalam pasar dengan populasi sebanyak 450 juta jiwa. Nguyen Quoc Toan, Kepala Direktorat Pengolahan dan Pengembangan Pasar Hasil Pertanian dari Kementerian Pertanian dan Pengembangan Pedesaan Vietnam mengatakan:

“Kita mempunyai kelompok-kelompok barang unggulan seperti hasil kehutanan, buah-buahan dan hasil perikanan. Khususnya, hasil kehutanan memiliki sangat banyak keuntungan, karena satu perjanjian telah diratifikasi Eropa pada tahun lalu, hal ini menciptakan tenaga pendorong yang sangat besar bagi cabang kehutanan kita untuk mencapai lebih dari 11 miliar USD pada tahun 2019. Buah-buahan juga menjadi keunggulan karena buah-buahan segar Vietnam telah diekspor ke pasar Uni Eropa seperti markisah, sawo duren dan sebagainya”.

Dalam kerangka Perjanjian EVFTA, hampir semua tarif impor barang dari kedua pihak akan dihapuskan setelah proses yang relatif singkat, terhadap Uni Eropa maksimal 7 tahun dan terhadap Vietnam maksimal 10 tahun. Hingga sekarang, ini merupakan taraf komitmen tertinggi yang diberikan satu mitra kepada Vietnam dalam perjanjian-perjanjian FTA yang telah ditandatangani. Prioritas-prioritas tentang tarif merupakan “kunci” untuk membawa hasil pertanian Vietnam ke lebih banyak negara. Namun, untuk memperoleh "tiket sirkulasi" tersebut, para eksportir harus mengatasi "rintangan-rintangan" yang tidak terlihat. Begitulah tuntutan-tuntutan yang ketat tentang kualitas produk, keselamatan bahan makanan, asal-usul hasil pertanian yang diajukan negara-negara Uni Eropa.

Ditinjau dari sudut persaingan, hasil pertanian Eropa tidak bersaing secara langsung dengan hasil pertanian Vietnam. Akan tetapi, badan-badan usaha asing sepenuhnya bisa memanfaatkan peluang dari EVFTA untuk merebut keunggulan di tahap pengolahan, tahap yang memberikan pertambahan nilai tertinggi, tapi merupakan satu mata rantai  yang sangat lemah di Vietnam. Dang Kim Son, mantan Kepada Institut Kebijakan dan Strategi Pertanian dan Pengembangan Pedesaan menilai:

“Kalau kita tidak menyerap investasi untuk membangun pabrik-pabrik pengolahan di Vietnam, berbagai negara lain akan membangun dan memperoleh pertambahan nilai itu. Kita menanti-natikan bahwa Eropa menjadi mitra kita dalam investasi, bersama-sama dengan kita memperhebat perdagangan, menerapkan sains-teknologi dan membawa industri ke Vietnam, maka apakah kita bisa memanfaatkan peluang tersebut”.

Di “arena main” EVFTA, Vietnam harus bersaing dengan pasar-pasar yang memiliki keunggulan tentang teknologi dan memiliki produk-produk yang berkualitas tinggi. Sementara itu, sebagian besar badan usaha pertanian Vietnam adalah badan usaha mikro dan kecil, sehingga keterbatasan sumber daya dan kemampuan pendekatan informasi merupakan sumbatan utama. Dalam perdagangan, daya saing badan-badan usaha Vietnam masih terbatas seperti melakukan ekspor mentah, kualitas dan kadar pengolahan rendah, belum memenuhi prinsip asal-usul dan ketentuan-ketentuan tentang hak kepemilikan intelektual. Hal ini mengajukan tuntutan tentang persiapan yang cermat, khususnya tentang kebijakan dan institusi. Nguyen Dang Nghia, Direktur Pusat Penelitian dan Konsultasi Pertanian Tropis menekankan:

“Kita perlu melakukan produksi sehingga bisa membina brand hasil pertanian untuk memenuhi standar setiap pasar. Selain itu, harus memenuhi persaingan dan harus punya brand yang kuat. Kalau kita tidak bisa menemukan solusi untuk mengatasi semua tantangan ini, kita akan kehilangan peluang, tapi ini merupakan peluang yang sangat besar”.

Pintu ekspor hasil pertanian telah terbuka. Namun, cabang pertanian dan badan-badan usaha Vietnam perlu memanfaatkan peluang untuk mencari jalan serta mencari solusi yang unggul guna masuk lebih jauh lagi ke pasar Uni Eropa yang potensial./.

Komentar

Yang lain