Kebudayaan turut memberi andil menjaga kedaulatan nasional

(VOVworld) – Proyek-proyek penelitian tentang sejarah membela kedaulatan, aktivitas arkeologi, khususnya arkeologi di bawah air selama ini telah membuktikan bahwa sejak ribuan tahun lalu, orang Vietnam telah hadir di dua kepulauan Hoang Sa (Paracels) dan Truong Sa (Spratlys) dan aktivitas ini berlangsung terus-menerus hingga dewasa ini. Dengan demikian, kebudayaan dan asal-usul bangsa memberikan sumbangan penting untuk menegaskan dan menambah kekuatan kepada usaha perjuangan membela kedaulatan dan keutuhan wilayah nasional. 


Kebudayaan turut memberi andil menjaga kedaulatan nasional - ảnh 1
Ilustrasi
(Foto: vovworld.vn)

Setelah bertahun-tahun belum punya syarat untuk melakukan kunjungan di lapangan, pada tahun 2015, Profesor, Guru Rakyat Nguyen Quang Ngoc, Wakil Ketua Asosiasi Ilmu Sejarah Vietnam juga dapat datang ke kepulauan Truong Sa (Spratlys). Dengan kesungguhan hati dalam melakukan penelitian tentang kedaulatan laut dan pulau, kunjungannya di kepulauan Truong Sa pada tahun 2015 teramat signifikan. Dia memberitahukan bahwa “datang ke kepulauan Truong Sa supaya lebih mencintai Tanah Air, lebih merasa bangga terhadap kekuatan bangsa Vietnam”. Datang ke kepulauan Truong Sa juga merupakan cara untuk mengecek dokumen dan informasi yang dia teliti tentang kebudayaan Sa Huynh, tentang dokumen-dokumen arkeologi yang menegaskan bahwa hadirnya orang Vietnam purba di kepulauan Truong Sa ada dasarnya. “Dalam kunjungan di kepulauan Truong Sa kali ini, saya bisa menegaskan bekas orang Sa Huynh purba dan orang Cham purba yang telah membuka daerah ini sejak ribuan tahun lalu. Yang paling jelas ialah bekas-bekas kebudayaan Sa Huynh pada 3000 tahun lalu dan di situ, orang menemukan benda-benda yang sangat khas yaitu anting-anting dua kapala binatang untuk kaum laki-laki. Ketika berbicara tentang anting-anting ini semua orang bisa berpikir bahwa inilah kebudayaan Sa Huynh dan pemiliknya ialah Sa Huynh Vietnam”.

Profesor Muda, Doktor Tong Trung Tin, Ketua Asosiasi Arkeologi Vietnam memberitahukan bahwa setelah dua kali melakukan eksplorasi dan survei arkeologi di beberapa pulau di kepulauan Truong Sa, para arkeologis telah menemukan banyak kepingan keramik dari dinasti feodal Dinh dan Le pertama (abad ke-10), dinasti feodal Ly dan Tran (abad ke-11 sampai abad ke-14) dan dinasti feodal Le ke dua (abad ke-15 sampai abad ke-16) sampai dinasti feodal Nguyen. Dia menyatakan bahwa semua kepingan keramik ini walaupun milik para pedagang nelayan atau sebagian orang yang telah bermukim di pulau, maka semuanya merupakan bukti tentang hadirnya orang Vietnam. “Semua benda itu membuktikan bahwa aktivitas yang dilakukan orang Vietnam di kawasan kepulauan Truong Sa sudah ada sangat lama dan terus-menerus sejak itu hingga sekarang. Hal itu memberikan bukti tentang laut dan proses pelaksanaan tugas hubungan perdagangan, ekonomi dan budaya yang dilakukan oleh orang Vietnam di laut sudah ada sangat lama. Itulah pemahaman yang diberikan oleh arkelologi. Pada saat  negara-negara lain tidak punya bukti manapun di kepulauan ini, maka kita berhasil menemukan bekas-bekas dari orang Vietnam”.

Tidak hanya bekas dan benda arkeologi, hadirnya pagoda—pagoda yang membawa seni arsitektur pagoda di daerah dataran rendah Bac Bo (Vietnam Utara) di beberapa pulau seperti Son Ca, Sinh Ton, Nam Yet dan kota madya Truong Sa memperlihatkan bahwa dimana ada orang Vietnam hidup, maka di situ ada kebudayaan, spiritualitas dan agama. Buku-buku sejarah Vietnam kuno mencatat secara jelas bahwa Raja Minh Mang telah berulang kali mengirim orang untuk membawa bahan-bahan ke kepulauan Hoang Sa untuk membangun pagoda, tempat ibadah untuk memohon ketenteraman bagi para nelayan. Pagoda-pagoda di kepulauan Truong Sa merupakan kelanjutan tradisi budaya dan spiritualitas para pendahulu Vietnam sejak berabad-abad lalu.

Ketika berkesempatan mengunjungi para kader dan rakyat kabupaten pulau Truong Sa sekarang, semua orang merasa terharu dan bangga ketika berdiri di bawah tugu monumen Tran Hung Dao  yang megah untuk mengenangkan kemenangan cemerlang yang dicapai oleh tentara dan rakyat Dai Viet (Vietnam sekarang) di sungai Bach Dang yang menenggelamkan kaum agresor Yuan pada abad ke-13. Dengan arti itu, semua simbol budaya merupakan kekuatan untuk menyemangat bangsa dalam perjuangan membela Tanah Air. Profesor Nguyen Quang Ngoc menegaskan: “Yang paling penting untuk berjuang menjaga keutuhan wilayah nasional ialah harus berhasil menjaga identitas kebudayaan. Menurut hemat saya, hal itu baru merupakan prasasti kedaulatan yang paling penting, prasasti dalam hati setiap orang. Kebudayaan bangsa merupakan satu jenis senjata yang kuat, bahkan teramat kuat untuk menegaskan dan menambah kekuatan kepada perjuangan membela kedalautan  dan wilayah nasional”.

Setelah zona peringatan para martir Gac Ma di provinsi Khanh Hoa, pada Januari 2016 ini juga, Konfederasi Serikat Pekerja Vietnam mulai membangun zona peringatan para martir Hoang Sa di kabupaten pulau Ly Son, provinsi Quang Ngai, tempat dimana pada berabad-abad lalu, para prajurit asal provinsi Quang Ngai  telah naik perahu untuk membuka tanah, menegakkan dan melaksanakan kedaulatan di kepulauan Hoang Sa dan kepulauan Truong Sa atas perintah dinasti feodal Nguyen. Semua proyek budaya-spiritualitas ini telah, sedang dan akan tetap merupakan simbol tradisi patriotisme, tekat kemerdekaan dan kemandirian, satu jenis senjata yang kuat bagi orang Vietnam untuk berdiri teguh dalam menghadapi seribu satu prahara dan menjaga keutuhan kedaulatan wilayah nasional. 

Komentar

Yang lain