Kelompok anak yang memainkan musik pantatonik di pagoda Doi

(VOVworld) – Terletak 3 kilometer jauhnya dari kota Soc Trang di sebelah Tenggara, pagoda Doi atau disebut pagoda Mahatup, pagoda Ma Toc adalah satu proyek arsitektur yang tipikal dari agama Buddha  Tharavada Khmer Nam Bo. Pagoda ini bersifat khas karena dalam kerangka pagoda seluas lebih dari 3 hektar ini menjadi tempat tinggal  dari kawanan kelelawar selama bertahun-tahun ini. Khususnya, pada hari akhir pekan, ketika datang ke pagoda Doi ini, wisatawan bisa menikmati musik pantatonik yang dipertunjukkan oleh para pelajar. Musik pantatonik atau musik lipa titinada adalah musik yang hanya terdiri dari lima nada saja, jadi bukan tujuh seperti yang kita dengarkan sehari-hari.

Kelompok anak yang memainkan musik pantatonik di pagoda Doi - ảnh 1

Instrumen musik dalam ansambel musik lima titinada
(Foto:   dulichsoctrang.org)
        
Suara yang sedang Anda dengarkan adalah satu karya musik lima titinada yang dipertunjukkan oleh para pelajar etnis minoritas Khmer. Karena sedang berada pada istirahat musim panas, maka para pelajar datang ke pagoda ini untuk memainkan musik sebagai pengganti hari Sabtu dan Minggu hari-hari biasa pada tahun ajar. Anak yang paling dewasa berusia 15 tahun dan yang paling muda berusia 6 tahun. Do Minh Duong, 15 tahun sedang dengan teliti memberikan bimbingan kepada para anak-anak. Dia mengatakan: “Pada hari Sabtu dan Minggu setiap pekan, saya datang ke pagoda ini untuk memainkan musik untuk mengabdi wisatawan. Di sini juga ada guru. Ada beberapa anak yang baru berlatih. Naskah musik yang baru saja Anda Sekalian dengarkan biasa digunakan dalam  upacara pemakaman”.

Kelompok anak yang memainkan musik pantatonik di pagoda Doi - ảnh 2          

Pertunjukan musik lima titinada
(Foto: vovworld.vn)

Walaupun baru belajar memainkan musik lima titinada, tapi Do Minh Duong adalah orang yang paling fasih dalam memainkan musik lima titinada. Dia tahu memainkan semua instrumen musik dalam ansambelnya. Instrumen dalam ansambel musik lima titinada dibuat dari bahan-bahan yaitu kayu, perunggu, besi dan kulit. Genderangnya dibuat dari kulit sapi di dua ujungnya. Ketika digunakan,  pemainnya memukul-mupul pada muka genderang untuk menciptakan suara. Instrumen Ronek terdiri dari 26 lempengan kayu atau bambu yang dikaitkan menjadi satu rangkaian yang panjang. Ketika digunakan, pemainnya menggunakan dua pemukul kayu untuk menciptakan suara nada pada lempengan-lempengan bambu. Instrumen Chhling dari rakyat etnis minoritas Khemer dibuat seperti instrumen perkusi rakyat etnis Kinh. Instrumen Sro Lay adalah instrumen tiup yang dibuat dari bambu, khusus untuk tabung instrumen ini harus dibuat dari kayu adi. Instrumen Pun Piet terdiri dari 16 gong kecil yang dibuat dari perunggu.

Kelompok anak yang memainkan musik pantatonik di pagoda Doi - ảnh 3

Para anak mempertunjukkan musik lima titinada
(Foto: hivietnam.net)
    
Bisa dikatakan bahwa ansambel musik lima titinada adalah ansambel musik yang paling sempurna dan stabil tdalam hal suara. Ia tidak hanya memanifestasikan secara jelas semua irama musik kuno, tapi juga musik modern. Akan tetapi para pelajar etnis Khmer ini baru bisa memainkan musik dalam taraf yang mudah. Duong Van Ninh, 12 tahun mengatakan: “Saya baru belajar musik lima titinada ini selama dua pekan ini. Saya baru belajar 3 karya musik saja. Sulit sekali. Setiap malam, saya memainkan satu penggalan musik, pada  pagi harimemainkan satu penggalan musik”.

          Ansambel musik lima titinada berkaitan erat dengan rakyat dalam kehidupan sehari-hari. Semua rasa gembira maupun sedih juga dimanifestasikan melalui nada-nada musik ini. Para pemainnya bukanlah para seniman yang sudah profesional, tapi adalah para petani yang paling biasa. Gambar anak-anak memainkan musik lima titinada telah menunjukkan daya hidup yang kuat dari ragam seni ini.

Kelompok anak yang memainkan musik pantatonik di pagoda Doi - ảnh 4          

Pertunjukan musik lima titinada
(Foto: vhttdlkv3.gov.vn)

Musik lima titinada berkaitan dengan rakyat etnis minoritas Khmer baik ketika sedang gembira maupun ketika sedih. Sejak lahir sampai saat meninggal dunia, musik lima titinada menjadi sebagian yang tidak bisa kurang dalam kehidupan. Justru setiap penduduk rakyat etnis minoritas Khmer  menyedari apa yang harus dilakukan untuk menjaga musik tradisional etnisnya. Oleh karena itu, tidak hanya di pagoda Doi saja, tapi di banyak pagoda lain di kota Soc Trang juga diorganisasi kelub musik lima titinada dan diadakan kursus pengajaran musik lima titinada secara gratis. Justru anak-anaklah merupakan  sumber daya yang terus memelihara musik ini untuk bergema selama-lamanya di semua dukuh  untuk berbaur pada ritme kehidupan modern./. 

Komentar

Yang lain