Kisah tentang kaum wanita yang mengatasi nasib di pulau Ly Son

(VOVworld) - Ketika suami mengarungi laut, maka dalam hati semua ibu dan istri –nya selalu berkiblat ke arah laut. Ketika kaum laki-laki kembali ke rumah, mereka baru bisa menarik nafas lega. Ada banyak nelayan yang harus berbaring untuk selama-lamanya di laut, meninggalkan di kampung halaman para ibu dan istri yang mengganti mereka untuk rajin merawat anak-anak.

Kisah tentang kaum wanita yang mengatasi nasib di pulau Ly Son - ảnh 1
Wanita di pulau Ly Son.
(Foto:phunuonline.com.vn).


Para nelayan di pulau Ly Son mewarisi tradisi dari generasi generasi pendahulu  untuk dengan rajin dan setiap hari mengarungi laut menuju ke lapangan ikan di dua kepulauan Truong Sa (Spraltly) dan Hoang Sa (Paracels). Bagi mereka, pergi ke laut tidak hanya untuk mencari nafkah saja, melainkan juga melaksanakan misi yang luhur yalah menjaga wilayah laut yang suci dari Tanah Air. Tetapi di belakang kegagah-beranian kaum nelayan ini adalah para wanita yang punya daya hidup gigih yang tidak kalah terbanding dengan laki-laki. Mereka adalah sandaran spritualitas penting bagi suami dan anak-nya yang mendapat kepercayaan untuk mengatasi taupan guna membawa kembali pakal yang penuh dengan ikan. Saudari  Phan Thi Chau mempunyai suami dan empat orang anak, semuanya adalah juru selam. Dia memberitahukan: Suami saya melaut ada kalanya kira-kira setengah  bulan, 20 hari  atau kadang-kadang sampai sebulan. Kami mengalami banyak kesulitan, anak masih  kecil dan kekurangan makan, Saya pergi memburuh kalau ada orang yang mempekerjakan. Mencabut rumput, mengerjakan tanah. Apa saja bisa”.

Meskipun dia masih tetap menjumpai kesukaran dalam kehidupan, akan tetapi saudari Chau tetap sangat gigih karena disamping dia masih ada suami yang siang malam menghadapi bahaya laut dan anak-anaknya yang masih kecil. Sementara itu, saudari Nguyen Thi Hue menjumpai kecelakaan taupan, maka telah tewas di perjalanan kembali ke rumah. Pada usia 40 tahun, wanita ini telah harus merawat sendiri lima orang anak. Meskipun suami-nya telah meninggal 10 tahun lalu, tetapi dia masih terkejut kalau mendengar kabar Radio tentang taupan. Dia sekarang menunggu-nunggu anaknya seperti menunggu-nunggu suami-nya waktu dulu.

Sedangkan, suami dari saudari Bui Thi Phuc telah selama-lamanya berbaring di  perut samudera yang dalam. Dia mempunyai kebiasaan   melihat-lihat ke arah laut pada hari senja. Pada saat –saat itu, dia hidup untuk diri sendiri dan kemudian cepat sedar kembali ke kehidupan sehari-hari untuk merawat dua anak yang masih kecil. Meskipun tetap masih menjumpai kesulitan, akan tetapi dia diam-diam berjanji kepada suaminya akan mengganti dia merawat anak-anak menjadi besar. Saudari Bui Thi Phuc memberitahukan: “Pada pukul 5.00  pagi, saya pergi ke pasar pelabuhan, pada pukul 1.00  sore, saya ke pasar lagi. Saya membeli dan menjual ikan di tempat. Setiap hari, saya bisa memperoleh pendapatan  kira-kira 50 000 - 70 000 dong Vietnam. Ada kalanya, saya  bisa mendapat keuntungan sebanyak 100.000 dong Vietnam”.

Mengatasi semua kesulitan, para janda di pulau Ly Son seperti saudari-saudara Chau, Hue dan Phuc dan banyak wanita lain mempunyai fikiran yang sama yalah berkiblat ke masa depan. Dari generasi ke generasi di pulau Ly Son, tetap ada wanita  yang menjadi garis belakang yang mantap. /. 



Komentar

Yang lain