Kuah Bon-Masakan enak dari warga etnis minoritas Thai kawasan Tay Bac

(VOVworld) – Warga etnis minoritas Thai telah hidup berkaitan dengan sawah dan huma dari generasi ke generasi. Banyak hasil pertanian, tumbuh-tumbuhan telah mereka olah menjadi masakan-masakan yang kental dengan aroma daerah pegunungan Tay Bac (kawasan Barat Daya, Vietnam Utara). Diantaranya, yang menonjol ialah kuah Bon (kuah ubi air) satu masakan yang diolah dari pohon ubi air. 


Kuah Bon-Masakan enak dari warga etnis minoritas Thai kawasan Tay Bac - ảnh 1
Gadis etnis minoritas Thai
(Foto: vovworld.vn)

Walaupun kuah Bon dibuat dari bahan-bahan hasil pekarangan keluarga saja, tapi, pemasaknya harus mengolahnya secara sangat cermat dan teliti. Di dukuh-dukuh tempat pemukiman warga etnis minoritas Thai di provinsi Son La, pohon ubi air adalah bahan pokok untuk mengolah kuah Bon. Pohon ini biasanya tumbuh di kawasan udik anak sungai, batang dan daunnya tidak  dimakan hama ulat  maka  baik dan tidak menimbulkan rasa gatal  ketika dimakan.

Selain pohon ubi air, warga mempersiapkan berbagai jenis bumbu seperti kecap iakan,  sayuran harum dan khususnya yang tidak bisa kurang satu jenis lada hutan yang punya aroma khusus. Panci kuah  Bon tidak bisa tanpa kulit kerbau atau kulit sapi. Biasanya daging kerbau, daging sapi atau kulit kerbau, kulit sapi dikeringkan di atas dapur sebelumnya. Sebelum meletakkan panci kuah  Bon ini, orang harus mempersiapkan kayu bakar baru, karena menurut pemikiran mereka  ketika memasak kuah  Bon tidak boleh menambahkan kayu bakar baru ketika kayu bakar sudah terbakar habis. Ibu Luong Thi Quan, warga dukuh To Lo, kecamatan Chieng Den, kota Son La (Vietnam Utara) memberitahukan: “Pertama-tama tidak boleh menambahkan kayu bakar. Kedua, tidak boleh mengganti kayu bakar, karena menurut  pemikiran rakyat, kalau menambahkan atau mengganti kayu bakar, maka kuah  Bon ini akan menimbulkan rasa gatal dan tidak bisa dimakan”.

Ketika kulit kerbau atau kulit sapi sudah dimasak sampai lembik, warga memasukkan ubi air ke dalam panci dan dimasak selama 15 menit, kemudian dimasukkan berbagai jenis sayuran dan lada hutan ke dalam panci. Ketika sayuran sudah masak, harus memberikan sedikit tepung beras ketan ke dalam panci ini agar kuahnya akan lebih kental. Ketika selesai dimasak, kuah Bon ini menegeluarkan bau harumnya dari kulit kerbau, kulit sapi, sayuran mengeluarkan bau harum yang khas dari lada hutan.

Dulu, kalau ada tamu yang mengunjungi keluarga, warga etnis minoritas Thai di semua dukuh tidak menyuguhkan kepada tamu, karena kalau tidak pandai memasaknya akan menimbulkan rasa gatal dan akan berpengaruh terhadap hubungan antara tamu dan tuan rumah. Menurut adat  warga etnis minoritas Thai, pada hari membuat sesaji untuk leluhur, tuan rumah juga tidak membuat kuah  Bon.

Akan tetapi, sekarang ini kuah  Bon telah menjadi satu masakan yang enak bagi rakyat. Kuah  Bon telah hadir di atas talam makanan sehari-hari dan untuk menyambut tamu. Dari sebagai masakan kerakyatan di keluarga-keluarga, sekarang ini, kuah  Bon telah dipilih oleh restoran-restoran di kawasan Tay Bac sebagai salah satu masakan yang berdominan untuk diperkenalkan kepada wisatawan. Saudari Nguyen Thi Hong, seorang wisatawan  kota Hanoi yang pernah menikmati  kuah  Bon etnis minoritas Thai di provinsi Son La memberitahukan: “Ketika menikmati kuah Canh Bon ini, saya merasa sangat enak. Kuah ini punya rasa pahit dan aroma dari berbagai jenis sayuran yang sangat khas sehingga menciptakan kekhasandari  kuah  Bon etnis minoritas Thai”.

Pada hari-hari musim dingin, ketika dapat berkumpul bersama dengan keluarga di talam makanan dimana ada kuah  Bon, orang akan merasa lebih hangat hati dan berhasil merasakan rasa manis dan pahit dari kuah  Bon yang hangat dan sederhana seperti orang kawasan Tay Bac ini. Walaupun ini masakan kerakyatan saja, tapi mengandung perasaan ramah  dari warga dan seolah-olah undangan kepada wisatawan untuk datang berkunjung ke dukuh-dukuh etnis minoritas Thai di kawasan Tay Bac ini.  


Komentar

Yang lain