Phung Van Quan- Prajurit penyandang disabilitas yang menyimpan tongkat Truong Son legendaris

(VOVWORLD) - Tongkat Truong Son telah menjadi sangat  disayangi bagi rakyat dan Prajurit Paman Ho dalam perang perlawanan menentang Imperialis Amerika Serikat (AS), menjadi simbol dari samangat patriotisme bagi para prajurit yang  pernah menyusuri gemunung gunung Truong Son untuk menyelamatkan Tanah Air. Tongkat Truong Son lahir dari ide yang cerdas dari tiga prajurit Truong Son. Prajurit penyandang disabilitas Phung Van Quan dari Kecamatan Hoa Xa, Kabupaten Ung Hoa, Kota Ha Noi, merupakan satu-satunya saksi mata yang masih hidup yang menyimpan tongkat Truong Son legendaris.
Phung Van Quan- Prajurit penyandang disabilitas yang menyimpan tongkat Truong Son legendaris - ảnh 1Bapak Phung Van Quan  (vovworld.vn) 

Veteran perang Phung Van Quan lahir pada tahun 1942 dalam satu keluarga petani miskin, ayahnya meninggal ketika di masih kecil, ibunya dengan rajin menghidupi dia bersaudara. Pada masa kanak-kanak, pemuda Phung Van Quan dengan sukarela meminta masuk ke Viet Nam Selatan untuk ikut serta dalam pertempuran. Masuk tentara  pada tanggal 10 Februari tahun 1961, setelah waktu lima tahun ikut serta dalam pertempuran, dia terkena luka-luka dan harus kembali ke garis belakang untuk berobat. Ketika sembuh, dia menulis surat meminta langung kepada Jenderal Vo Nguyen Giap untuk kembali  ikut serta dalam pertempuran dan sampai tanggal 5 Desember 1970, dia terpaksa harus keluar dari tentara untuk berobat karena luka parah dan terkena dari agen oranye/dioxin.

Pada masa peperangan  yang sengit, telah ada ratusan putra Desa Hoa Xa ikut serta dalam Brigade Truong Son. Ketika pasukannya tiba di Kabupaten Huong Son, Provinsi Hoa Binh, pada waktu beristirahat, Phung Van Quan meminta kepada dua teman se-desanya yang akrab yaitu Do Tit dan Luu Tien Long masuk hutan untuk memotong pohon menjadi tongkat penopang lelah ketika melakukan mars. Tongkat itu segera mengembangkan manfaatnya, membantu para prajurit melewati hutan dan anak sungai secara aman, menjadi tempat menggantung pakaian, ransel dan bisa menjadi senjata ketika ikut dalam pertempuran satu lawan satu terhadap musuh. Tindakan mereka tersebut disambut oleh kawan-sekesatuan dan disebar-luaskan ke unit-unit yang lain. “Pada waktu melakukan mars, karena ransel berat, ada hujan maka jalannya licin, oleh karena itu, saya membuat tongkat penopang ketika berjalan. Melakukan mars pada siang hari sedikit pontang panting, tetapi pada malam hari sangat sulit. Kami tiga memotong tiga tongkat yang berbeda-beda. Satu tongkat dari bambu kecil, satu dari bambu dan tongkat saya dari kayu. Saya menganggap tongkat ini sebagai teman seperjalanan di atas jalan masuk ke Viet Nam Selatan untuk ikut pada pertempuran. Ini merupakan benda yang tak pernah saya lupakan”.

Di atas jalan melakukan mars, ketika bertemu dengan  orang se-desa yangbercuti ke desa, mereka mengirim 3 tongkat yang telah diukir nama mereka untuk memberitahukan kepada keluarga bahwa mereka sudah masuk medan perang dan masih sehat. Tongkat milik Phung Van Quan terukir dengan  tulisan “Tidak takut mati demi Tanah Air abadi”, “Fung Quan” dan “Truong Son 1-4-67”. Ketiga tongkat itu, ketika dibawa ke kampung halaman telah dipamerkan oleh rakyat Desa Hoa Xa di kamar tradisional. Pada bulan April 1967, dalam satu kunjungan kerja ke Kecamatan Hoa Xa, citra “tongkat Truong Son” beserta suasana yang mendidih ketika berangkat  melawan musuh untuk menyelamatkan Tanah Air dari warga Hoa Xa telah menjadi sumber ilham bagi Komponis Pham Tuyen untuk menciptakan lagu yang berjudul “Tongkat Truong Son”. Sejak itu, jenis tongkat yang digunakan oleh para prajaurit diganti namanya menjadi Tongkat Truong Son. Bapak Phung Van Quan mencerita: “Setelah  tiba di Truong Son, saya dapat mendengarkan lagu “Tongkat Truong Son” melalui Radio Suara Viet Nam, maka saya baru tahu bahwa tongkat saya telah kembali ke kampung halaman. Lagu ciptaan komponis Pham Tuyen ini telah membangkitkan satu gerakan tongkat masuk tentara di kecamatan, kabupaten dan seluruh negeri. Sebelum masuk tentara, kecamatan akan menghadiahkan tongkat Truong Son kepada para pemuda untuk mengingatkan mereka supaya menyelesaikan tugas dengan baik”.

Perang sudah lama lewat, tiga putra Desa Hoa Xa itu, sekarang ini hanya tinggal bapak Phung Van Quan saja. Dua teman seperjuangan lainnya tidak ada lagi, seorang gugur di medan perang Quang Tri dan seorang lain meninggal karena akibat oranye/dioxin. Tongkat dari bapak Do Tit diminta oleh KODAM-3 sebagai kenangan, tongkat dari bapak Luu Tien Long disimpan oleh Markas Komando Provinsi Ha Tay pada waktu itu. Sedangkan, tongkat dari bapak Phung Van Quan setelah waktu dipamerkan di kamar tradisional Kecamatan Hoa Xa telah dikembalikan kepada pemiliknya. Ada orang yang pernah mengeluarkan ratusan juta VND untuk membeli tongkat ini, tapi dia tidak menjualnya, karena dia menganggap tongkat ini sebagai satu pusaka. Pada hari raya besar Tanah Air, dia menempatkan tongkat ini di altar pemujaan, membakar hio untuk mengenangkan para kawan se-kesatuan yang sudah gugur.

Kecamatan Hoa Xa dewasa ini telah punya Museum Kampung Halaman Tongkat Truong Son. Veteran perang Phung Van Quan dan kisah yang mengharukan tentang “Tongkat Truong Son” telah turut mencemerlangkan jalan Truong Son-Jalan Ho Chi Minh yang bersejarah.  

Komentar

Yang lain