(VOVworld) - Brunei Darussalam dikenal sebagai satu negara kerajaan minyak tambang dengan banyak masjid yang berlapiskan emas dan berbagai istana yang megah. Sejarahnya demikian, tapi negara ini terbentuk dari satu kampung kecil di tepian sungai Brunei Darusalem- tempat dimana para penduduk bermukim dan mencari nafkah dengan cara menangkap ikan dan membuat produk-produk kerajinan tangan dari kayu, perak, perunggu…Masa kini, Brunei Darussalam adalah satu negara yang mempunyai perekonomian yang berkembang dan makmur, tetapi bukan karena itu rakyat Brunei Darussalam bisa lupa akan asal-usulnya dan itulah alasan-nya mengapa kampung terapung Kampong Ayer tetap eksis dan berkembang hingga sekarang.
Kampung terapung Kampong Ayer menjadi kebanggaan bagi warga Brunei Darussalam
(Foto : internet)
Kampung terapung Kampong Ayer di kabupaten Brunei Muar, ibu kota Bandar Seri Begawang. "Kampong Ayer" dalam bahasa Malayu berarti "Kampung Air", yakni Kampung terapung. Dengan sejarah-nya yang sudah tua kira-kira 1.500 tahun, Kampung terapung Kampong Ayer menjadi kebanggaan bagi warga Brunei Darussalam. Pada masa keemasannya (1485-1524), kampung terapung Kampong Ayer merupakan pusat administrasi, adalah ibu kota Kerajaan Brunei Darussalam dan sekaligus menjadi pelabuhan laut penting di kawasan- tempat pemukiman banyak pedagang asal Barat, Tiongkok, Kamboja dan negara- negara tetangga lain. Sekarang ini, kampung terapung Kampong Ayer mempunyai lebih dari 300.000 warga, menduduki kira-kira 10 persen jumlah penduduk Kerajaan Brunei Darussalam dan merupakan daerah yang memanifestasikan paling jelas akan budaya sungai di satu negara di Asia Tenggara ini. Justru karena hal itu, Kampung terapung Kampong Ayer telah meninggalkan kesan baik terhadap banyak wisatawan asal negara-negara di kawasan dan dunia. Saudara Vu Tuan Phong- seorang wisatawan dari propinsi Quang Ninh-Vietnam mengatakan: “Saya sungguh-sungguh sangat terkesan terhadap arsitektur kampung terapung itu. Kalau dilihat dari jauh, kampung itu laksana satu kota madya, tetapi ketika didekati, saya tertarik oleh rumah-rumah panggung yang dibangun dengan gaya tradisional yang khas. Semua rumah dan bangunan publik di kampung terapung ini didirikan dengan kayu. Rumah-rumah diatur sangat masuk akal dengan ruangan luas di depan untuk menanam bunga, pohon hias dan satu bagian lain disediakan untuk melakukan produksi kerajinan tangan. Perabot dalam rumah meskipun sederhana, tetapi semuanya diatur lengkap. Rumah-rumahnya sambung-menyambung, sehingga menciptakan ruang hidup yang akrab dan dekat”.
Semua proyek di sini dibangun dengan kayu Mangrove, salah satu diantara jenis-jenis kayu khas di pulau Borneo
(Foto : Internet)
Dengan 42 gugus penduduk yang terdiri dari 4000 proyek yaitu sekolahan, masjid, rumah sakit, pos polisi, kantor administrasi… semuanya dibangun dengan kayu Mangrove, salah satu diantara jenis-jenis kayu khas di pulau Borneo. Menurut rakyat daerah, jenis kayu ini keras dan kokoh yang bisa membawa satu rumah yang berat, bersamaan itu, bisa tahan air selama ratusan tahun, tapi tetap kokoh. Semua rumah ditopang oleh tiang-tiang kayu yang panjangnya kira-kira 2 meter dari permukaan air dan disambung dengan jalan-jalan dari kayu yang panjangnya kira-kira 50 Kilometer. Hal yang khusus yalah, sebagian besar warga di sini mempunyai lapangan kerja yang yang stabil. Setiap hari, semua pegawai negeri pergi dengan taxi air ke daratan untuk bekerja, melakukan usaha jasa taxi air dan orang lansia menangkap ikan atau membuat produk dari perak, perunggu, kayu yang khas, menyulam dan menganyam di rumahnya. Saudara Bun Than, wisatawan ibu kota Vientiane (Laos) mengatakan:“Kehidupan warga di kampung terapung tidak jauh berbeda terbanding dengan kehidupan warga di daratan. Pemerintah telah menyelenggarakan pengadaan air bersih, listrik, jaringan telepon dan TV kabel kepada mereka, oleh karena itu, semua keluarga menggunakan peralatan yang modern. Hal yang mengherankan yalah warga di kampung itu tidak miskin. Meskipun hidup di atas permukaan air, tetapi hampir semua orang memiliki satu mobil, yang dititikan di daratan”.
Kampung terapung merupakan satu aset yang hidup-hidup, satu kesan yang sulit dilupakan dari bumi Brunei Darussalam yang terkenal dengan kesejahteraan
(Foto : Internet)
Dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kehidupan rakyat, sudah sejak tahun-tahun 90-an, pemerintah Brunei Darussalem telah menyusun rencana memberikan rumah kokoh di daratan kepada kaum nelayan, tetapi hampir semua warga kampung terapung, terutama kaum muda tidak suka hidup jauh dari tempat yang berkaitan dengan kehidupan yang dijalani dari generasi ke generasi. Mereka suka hidup di rumah terapung, karena di sana cuacanya segar, sejuk dan mereka ingin mempertahankan tradisi bernilai dari bangsa-nya.
Dewasa ini, Kampung terapung Kampong Ayer merupakan kebanggaan terhadap rakyat Brunei Darussalam, Kampung terapung merupakan satu aset yang hidup-hidup, satu kesan yang sulit dilupakan dari bumi Brunei Darussalam yang terkenal dengan kesejahteraan./.