Kebudayaan Vietnam-Indonesia- satu pilar dari hubungan bilateral

(VOVWORLD) - Para pendengar, kami sedang berada pada saat-saat peralihan antara tahun 2018 dengan Tahun Baru 2019. Sungguh luar biasa kalau pada kesempatan ini, para pendengar bersama dengan VOV5 meninjau kembali hubungan Viet Nam dan Indonesia selama ini, melalui pilar budaya, salah satu di antara tali-tali yang menyambungkan persahabatan antara dua bangsa.
Kebudayaan Vietnam-Indonesia- satu pilar dari hubungan bilateral - ảnh 1 Para alumni darmasiswa tahun 2012

Demikianlah kata-kata yang diungkapkan oleh orang-orang yang berpeluang bisa menghayati dan memberikan peranan dalam mendorong kerjasama budaya Indonesia-Viet Nam. Bisa dikatakan bahwa kebudayaan Indonesia pada beberapa tahun ini semakin disosialisasikan secara luas di kalangan muda Viet Nam. Kalau dulu, konsep tentang bahasa Indonesia, tentang berbagai jenis kesenian seperti melukis kain batik, tarian tradisional dan sebagainya masih aneh bagi orang Viet Nam, maka sekarang ini bersama dengan perkembangan hubungan kerjasama di banyak segi antara dua negara, kerjasama kebudayaan dan pendidikan juga semakin meningkat. Marilah Anda Sekalian bersama dengan wartawan Huong Tra dan Nguyen Ha mencaritahu tentang bahasa dan kebudayaan Indonesia di kalangan generasi muda Viet Nam sekarang ini.

“Saya merasa sangat beruntung ketika saya memilih belajar bahasa Indonesia. Satu tahun di Indonesia itu sangat membantu bahasa saya karena bahasa saya menjadi lebih baik, berbicara menjadi lebih lancar, intonasinya sudah hampir seperti orang Indonesia. Di samping itu, saya juga mendapat kesempatan berkeliling di Indonesia, bertemu dengan banyak orang dan saya lebih memahami kebudayaan Indonesia, maka itu saya sangat mencintai kebudayaan Indonesia. Sekarang, saya menjadi pemandu wisata di Viet Nam, maka itu saya memakai bahasa Indonesia setiap hari dan saya sangat senang oleh karenanya”.

“Saya mendapat beasiswa yang diberikan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk kuliah di Kota Yogyakarta, buaian kesenian tradisional Indonesia yang telah mengubah cara saya berpikir tentang kesenian. Dalam kursus ini, saya berpeluang belajar membuat dan melukis kain batik, belajar memahat atau membuat keramik dan sebagainya. Setelah kursus ini, saya berencana mengadakan satu pameran kecil untuk membandingkan seni-seni tradisional antara dua negara seperti seni membuat keramik atau seni membuat kain sutra tradisional”.

Pada tahun 2012, saya mendapat Darmawiswa dari KBRI untuk belajar di Indonesia dalam waktu 6 bulan tentang bahasa dan kebudayaan Indonesia. Bagi saya, ini merupakan kesempatan yang luar biasa untuk mencari tahu tentang bahasa dan kebudayaan Indonesia, khususnya bagi pekerjaan saya sekarang sebagai satu peneliti di Institut Penelitian Asia Tenggara. Setelah kursus ini, saya telah melakukan proyek penelitian Doktor tentang jenis rumah tradisional Indonesia.

Thanh Xuan, Minh Quan dan Hoang Giang, para alumni program  “Darmasiswa” yang diberikan oleh KBRI pada tahun-tahun 2005, 2012 dan 2017 dengan gembira berbagi penghayatan-penghayatan yang didatangkan oleh kursus Darmasiswa pada acara “Vietnam - Indonesia - Youth Night Networking” yang diadakan oleh KBRI di Viet Nam pada 9/12 lalu di Kota Ha Noi. Program  beasiswa “Darmasiswa” membuka kesempatan bagi mereka untuk tidak hanya belajar bahasa dan kesenian Indonesia dengan orang Indonesia, melainkan juga mendapat kesempatan untuk berbaur pada kehidupan di seluruh Indonesia. Setiap bulan, mereka akan mendapat bantuan biaya senilai 2.850.000 Rupiah (sama dengan 220 USD). Duta Besar Indonesia untuk Viet Nam, Ibnu Hadi memberitahukan:

"Tujuan utama program “Darmasiswa” ialah mendorong persaan cinta terhadap bahasa, kesenian dan kebudayaan Indonesia di generasi muda di seluruh dunia, menyambungkan kebudayaan dan persahabatan antar-negara"

_ Darmasiswa merupakan beasiswa tahunan yang diberikan Pemerintah Indonesia.

_Pada tahun 1974, beasiswa diperuntukkan bagi para pemuda negara-negara ASEAN, pada usia dari 18-35 tahun.

_Sampai tahun 1976, beasiswa ini terus diperluas di negara-negara di luar ASEAN

_ Sampai sekarang, sudah ada lebih dari 111 negara yang mendapat beasiswa ini seperti Amerika Serikat, Belanda, Meksiko, Madagaskar dan sebagainya.

_ Mata kuliah dalam beasiswa ini sangat beraneka-ragam seperti bahasa Indonesia, kebudayaan, kesenian di kira-kira 60  Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia

Pada tahun 2018, di samping beasiswa yang diberikan Pemerintah Indonesia seperti beasiswa tentang kesenian dan kebudayaan (ISAC) dan beasiwa “Darmasiswa”, KBRI juga mengorganisasi kursus belajar bahasa Indonesia untuk para mahasiswa yang memperhatikan kebudayaan dan negeri Indonesia. Kursus ini berlangsung dari pertengahan September dan berakhir pada bulan Desember di Universitas Ha Noi dan di “Umah Indo” dengan bantuan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.

Kebudayaan Vietnam-Indonesia- satu pilar dari hubungan bilateral - ảnh 2 Acara tersebut

Temu pergaulan antara generasi-generasi alumni di Indonesia juga merupakan acara evaluasi terhadap  kursus ini. Hanya berlangsung dalam waktu tiga bulan, tapi para mahasiswa Universitas Ha Noi telah bisa berbicara bahasa Indonesia dengan guru dan komunitas orang Indonesia pada acara tersebut dengan percakapan yang sederhana. Mereka juga dengan percaya diri mempertunjukkan acara-acara pertunjukan kesenian yang khas, yaitu lagu-lagu dan tarian Indonesia. Pham Thi Phuong Thao, mahasiswi tahun akhir Universitas Ha Noi, merupakan salah seorang yang mendapat hasil terbaik dalam kursus belajar bahasa Indonesia di Universitas Ha Noi dan di Umah Indo, dan dia telah mendapat satu kunjungan ke Universitas di Provinsi Semarang, Indonesia dalam waktu 1 minggu. Dia mengatakan: “Saya secara kebetulan tahu tentang kursus ini dan pada permulaannya ikut karena merasa ingin tahu. Tapi setelah itu saya merasa bahasa Indonesia sangat menarik. Saya merasa terkejut ketika mendapat beasiswa ini. Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi saya untuk mendapat pengalaman nyata tentang kebudayaan Indonesia”.

Kebudayaan Vietnam-Indonesia- satu pilar dari hubungan bilateral - ảnh 3Duta Besar RI, Ibnu Hadi (kanan) memberikan hadiah kepada Phuong Thao 

Pada akhir bulan Agustus 2017, sehubungan dengan kunjungan resmi yang dilakukan Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai Komunis Viet Nam, Nguyen Phu Trong di Indonesia, Viet Nam dan Indonesia telah menandatangani naskah Nota Kesepahaman tentang kerjasama pendidikan. Yang terkini, Menteri Pendidikan Indonesia, Muhadjir Effendy mengunjungi Kota Ha Noi dan melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Pendidikan dan Pelatihan Viet Nam, Phung Xuan Nha pada bulan Juli lalu. Dua fihak menegaskan kembali komitmen untuk memperkuat kerjasama pendidikan bilateral Viet Nam – Indonesia.

Kebudayaan Vietnam-Indonesia- satu pilar dari hubungan bilateral - ảnh 4Konsul Jenderal RI di Vietnam, Hanif Salim menghadiahkan foto-foto bukti tentang hubungan kerjasama antara Vietnam-Indonesia  kepada wartawan VOV5 

Untuk mengerti lebih jelas tentang kebudayaan dan pendidikan antara Indonesia dan Vietnam selama ini, wartawan Melisa telah melakukan wawancara kepada Konsul Jenderal RI di Vietnam, Hanif Salim. Pertama-tama, Kami berterimakasih kepada pak Konjen yang telah menyediakan waktu untuk menjawab interviu wartawan VOV5. Kabarnya bahwa Pemerintah Indonesia sangat menaruh perhatian dan menciptakan syarat kepada kerjasama kebudayaan dan pendidikan antara dua negara.

Sudilah  kiranya pak Konjen menyampaikan kebijakan-kebijakan Indonesia dalam pengembangan kerjasama antara dua negara di bidang ini?

+Hubungan kebudayaan antara Indonesia dan Vietnam perlu kita sadari pertama dari tonggak sejarahnya adalah "people to people contact". Kelihatan sejak awal kemerdekaan sudah ada, kita generasi baru harus tahu, oleh karena itu saya mengerahakan bagaimama untuk mendorong kedekatan ini. Yang ke dua, Indonesia telah memberikan tiga macam jenis beasiswa dari Kemlu, Kemdikbuk dan Darmasiswa. Kemudian kita aktif menghadiri semua aktivitas yang diundangan Pemerintah Vietnam. Hal yang lain yang perlu kita catat yalah peminat bahasa di kota Ho Chi Minh. Saya bangga sekadi ketika USSH memiliki jurusan bahasa Indonesia.  Kenapa meraka menarik karena kita memberikan beasiswa satu tahun nanti untuk datang ke Indoneisa setelah lulus. Kami membantu dosen ahli dari Indonesia untuk datang mengajar di USSH. Sekarang udah yang ke-8.

Kebudayaan Vietnam-Indonesia- satu pilar dari hubungan bilateral - ảnh 5 Wartawan VOV5 dengan pak Konjen Hanif Salim dan para staf KJRI

_Menurut bapak, aktivitas mana yang dianggap sebagai paling menonjol dan mengarah ke kalangan muda Vietnam?

Yang membuat tertarik yalah selama ini dengan USSH, kita bergerak untuk mempromosikan tarian tari di KJRI. Mereka terarik. Setiap 2 kali sehabis pualang kantor dilatih sama ruang khusus KJRI. Mereka senangnya, saya melihat muka mereka bangga. setiap kali pulang saya terharu melihat anak pemuda pemudi Vietnam sangat cinta Indonesia. Terhari sekali. Menggunakan pemuda dan pemudi Vietnam yang tampil kebudayaan Indonesia sehingga mereka merasakan betul bagaimana menjadi orang Indonesia dan mempromosikan Indonesia di Vietnam dan orang Vietnam menonton dan merasa heran. Kami orang Indonesiua bangga ketika pemduda-pemudi Vietnam menampulkan di panggung.

_Pada waktu mendatang, apa yang akan dilakukan Konsulat Jenderal RI untuk terus mempertahankan dan mengembangkan hubungan kebudayaan antara Vietnam dan Indonesia?

Kita memang harus melakukan lagkah-langkah sifatnya festival yang besar, kita harus aktif di sana. Tahun ini sayaa udah bertemua dengan Ketua Komite Rakyat 9 propinsi dengan orang kadin, orang culture di berbagai propinsi. Saya melihat ini sebagai kesempatan strategis dari dua negara untuk mempromosikan kebudayaan  Indonesia di berbagai daerah di Vietnaman meminta promosi vietnam di indonesia. Saya inginkebudayaan Indonesia tidak hanya dikenal di HCM dan HN tapi juga di seluruh Vietnam. 

+Banyak terimakasih pak

Kebudayaan Vietnam-Indonesia- satu pilar dari hubungan bilateral - ảnh 6Kursus tarian di KJRI, yang senior  

Sudah 12 tahun ini, kursus menari dari Konsulat Jenderal RI di Kota Ho Chi Minh menjadi alamat kebudayaan terkenal dari para makasiswa USSH, fakultas bahasa Indonesia. Satu pekan dua kali, pada Selasa dan Kamis, para mahasiswa ini datang ke kursus untuk belajar menari. Delapan perempuan dengan wajah yang berseri-seri, mengenalkan pakaian batik tradisional Propinsi Aceh, Indonesia, berwarna merah muda dan kuning, di kepalanya pakai topi hitam seperti burung-burung, di tangan pedang indang kecil sedang berlatih kembali tarian Selang Gilir. Gerak-geriknya lancar, pasti, matanya mencerminkan keseriusan, kepalanya berlenggok-lenggok seperti para perempuan Jawa, menyerap perhatian dari para penonton.

“Sampai sekarang, kami telah bisa menarikan secara lancar 8 tarian tradisional dari Indonesia. Kami sedang berlatih lagi tarian bagi program temu pergaulan kebudayaan Indonesia di Propinsi Vung Tau. Meski pun sudah hafal semua gerak, tetapi kami masih datang ke kursus agar mbak Ghata membenahi gerak-gerak kami. Kami juga mendapat bantuan dari Konsulat Jenderal tentang pakaian, make up dan mobilitas. Setiap pelajaran kami mendapat kesempatan untuk berlatih bahasa Indonesia juga.”

Tarian Selang Giri yang ditampilkan para mahasiswa kursus tarian KJ RI

Huynh My Phoi, mahasiswi tahun terakhir Institut Ilmu Soisal dan Humaniora Kota Ho Chi Minh (USSH), kepala kelompok mahasiswa jurusan Studi Indonesia dan teman-teman seangkatan telah mengikuti kurus ini  selama 4 tahun ini. Di samping belajar dan berlatih tarian supaya tepat dengan gerak-gerak tari, saudari Phoi juga membantu mbak Ghata, seorang staf Konsulat Jenderal yang langsung memimpin kelas ini untuk mengajar para mahasiswa baru tarian tradisional. Saudari Ghata mengatakan:

“Kursus menari ini sudah ada sejak lama. Sekarang di kelas ada kira-kira 29 mahasiswa yang ikut pada kursus latihan ini. Kursus dibagi menjadi dua kelas “ yang baru dan yang lama”. Yang baru akan belajar tarian tradisional kuno seperti Tarian Mamri, Tarian Piring…Yang lama akan belajar tarian baru seperti Selang Giri, Tari Warak dan lain-lain. Tarian Saman adalah tarian yang paling sulit karena tarian ini membutuhkan penarinya harus menghafalkan kata-kata Indonesia. Mereka sangat sulit dalam menghafalkannya.”.

Kebudayaan Vietnam-Indonesia- satu pilar dari hubungan bilateral - ảnh 7 Mbak Ghata, staff KJRI dengan para mahasiswa di kursis tarian ini dalam pertunjukan di Propinsi Vung Tau.

Tarian Saman yang diungkapkan saudari Ghata merupakan sebuah tarian Suku Gayo yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat suku ini. Syair dalam tarian saman mempergunakan Bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tari Saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia pada tahun 2011. Tari Saman biasanya ditampilkan tanpa menggunakan iringan alat musik, akan tetapi menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi dan menghempaskan badan ke berbagai arah. Karena keseragaman formasi dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna. Nguyen Phuong Trinh, mahasiswi tahun ke-2 Fakultas Ilmu Ketimuran- Jurusan Studi Indonesia USSH mengatakan:

“Tarian Saman ini sangat sulit. Saya sudah berlatih dalam waktu 3 bulan ini. Pertama-tama harus menghafalkan semua kata-kata dalam tarian dengan bahasa suku Gayo. Kemudian harus lancar dengan semua gerak tangan. Hanya seorang saja salah  irama, tarian akan merusak keseluruhannya, Saudari Ghata sudah sangat sabar dan hangat memberikan bimbingan kepada kami untuk mengucapkan secara tepat semua kata-kata dan memanifestasikan secara tepat semangat dari tarian.”

Kursus tarian dari Konsulat Jenderal selama ini telah menjadi tempat bagi para mahasiswa USSH,  Fakultas Ilmu Ketimuran- Jurusan Studi Indonesia  datang untuk melatih tarian, belajar tarian baru, sambil menjadi tempat bagi mereka untuk berbahasa Indonesia. Tidak hanya begitu, semua peristiwa kebudayaan dari Indonesia di Kota Ho Chi Minh dan propinsi-propinsi di Vietnam Selatan diikut-sertai para mahasiswa dalam kursis tarian ini. Berbicara tentang pengarahan kursis menari pada waktu mendatang, saudari Ghata mengatakan :

“Pada waktu mendatang, kita masih mempertahankan kelas tarian ini. Mengajar lagi mereka beberapa tarian yang baru dan terus melakukan tampilan di beberapa acara pertukaran kebudayaan Indonesia di Vietnam”

Bisa dilihat bahwa, upaya menyosialisasikan kebudayaan dan bahasa Indonesia kepada kalangan muda Vietnam telah mencapai hasil-hasil yang tertentu. Justri berbagai generasi mahasiswa Indonesia  di seluruh penjuru Tanah Air Vietnam, para mahasiswa jurusan budaya dan bahasa Indonesia yang telah dan sedang punya syarat mendekati dan mencintai bahasa Indonesia akan menjadi inti dan duta yang menyosialisasikan kebudayaan Indonesia kepada orang Vietnam pada umumnya dan kalangan muda Vietnam pada khususnya./.

Komentar

JAYADI

Hubungan yang perlu terus ditingkatkan diantara dua bangsa yang bersaudara. Maju bersama!

Yang lain