Konektivitas badan usaha start-up pada zaman teknologi digital

(VOVWORLD) - Pada akhir bulan Maret lalu, Vietnam telah mengadakan konferensi yang berkaliber kawasan yaitu Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-6 Kerjasama Sub-kawasan Sungai Mekong yang diperluas (GMS-6) dan KTT ke-10 Kerjasama Kawasan Segitiga Perkembangan Kamboja-Laos-Vietnam (CLV-10). Segera setelah acara pembukaan, para wakil dari  negara-negara GMS yaitu Tiongkok, Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand dan Vietnam telah ikut serta dalam perbahasan tentang start-up dan konektivitas GMS. Pada perbahasan ini, para utusan juga mengemukakan pola-pola yang sedang dilaksanakan oleh negaranya secara efektif, dari situ saling berbagi pengalaman tentang start-up dan konektivitas badan usaha start-up.
Konektivitas badan usaha start-up pada zaman teknologi digital - ảnh 1Para peserta konferensi GMS-6  (Foto: vovworld.vn)

Ketika membuka perbahasa ini, wakil Tiongkok menekankan bahwa badan-badan usaha perlu melakukan konektivitas satu sama lain karena kalau hanya satu badan usaha saja yang melakukan usaha secara efektif, maka hanya ada sedikit orang yang mendapat keuntungan, tapi kalau badan-badan usaha kecil melakukan konektivitas dan melakukan usaha secara efektif maka akan memberikan sumber pendapatan besar. Sependapat dengan wakil pihak Tiongkok, ibu Souphaphone Souannavong dari Badan Usaha “Toh-Lao” dari Laos, perusahaan yang melakukan bisnis tentang teknologi informasi juga menekankan arah perkembangan pola bisnis baru dan konektivitas badan usaha start-up untuk menciptakan hasil-guna. Dia memberitahukan bahwa Laos telah melaksanakan banyak solusi untuk menstandarisasi aktivitas, menciptakan kesempatan kerjasama dan menyampaikan ilham kepada badan-badan usaha, khususnya badan usaha start-up. Walaupun badan usaha start-up dari Laos belum benar-benar menjadi tipikal-tipikal yang cerah di kawasan, tapi dengan upaya memperkuat kerjasama internasional dan memperbaiki pola bisnis, badan-badan usaha Laos telah melakukan aktivitas secara cukup efektif dan mencapai beberapa hasil tertentu dengan banyak potensi yang akan terus diperluas dan dikembangkan pada masa depan. “Selama tahun-tahun belakangan ini, kami telah menyampaikan ilham dan melakukan latihan untuk lebih dari 1.000 badan usaha start-up. Ada beberapa badan usaha Laos yang telah melakukan usaha secara efektif walaupun seberapa hasilnya kalau dibandingkan dengan banyak badan usaha asing, tapi juga merupakan mobilisasi dan dorongan semangat sangat besar bagi kami pada periode ini”.

Mengedepankan solusi-solusi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan GMS, wakil dari Thailand menyatakan bahwa negara-negara di kawasan perlu memperbaiki lebih lanjaut lagi rangkaian nilai dan konektivitas industri di atas dasar mendorong koridor-koridor ekonomi, kawasan perbatasan dan menyederhanakan prosedur lintas negara. Negara-negara perlu menggunakan lingkungan digital sebagai satu fundasi dan instrumen bisnis. Sudah sampai saatnya, semua negara perlu melakukan kerjasama untuk bersama-sama mendorong nilai yang lebih besar antar-perekonomian.

Sedangkan, wakil dari Myanmar memberitahukan bahwa Asosiasi Perdagangan Myanmar punya 2.000 anggota yang adalah para wirausaha yang berusia di bawah 45 tahun, hampir semuanya adalah badan usaha start-up, badan usaha kecil dan menengah serta beberapa perusahaan di kawasan. Asosiasinya telah membangun satu eko-sistem start-up, satu jaringan suplai keuangan dan dana-dana investasi untuk bisa melakukan investasi pada badan usaha start-up. Htun Htun Layung, Presiden Direktur Eksekutif Blue Ocean memberitahukan: “Myanmar dengan jumlah penduduk  45 juta jiwa, punya garis perbatasan dengan hampir semua negara GMS, Myanmar sedang bekerjasama erat satu sama lain untuk bisa mengubah perekonomian Myanmar agar badan-badan usaha muda bisa mengembangkan kemampuannya. Pekerjaan yang perlu kita lakukan ialah bersama-sama melakukan kerjasama  dan berkembang bersama. Di Myanmar, hampir semua badan usaha mendapat investasi dari negara-negara lain. Sehubungan dengan ini, kami juga sangat berharap bisa melakukan kerjasama dengan badan-badan usaha Kamboja, Laos dan Vietnam, badan-badan usaha digital, badan-badan usaha yang mencakup dan kami berharap agar pada tahun-tahun mendatang, kita bisa melakukan konektivitas untuk bersama-sama berkembang”.

Setuju dengan wakil  dari Myanmar, bapak Kok Pheng, pendiri yang sekaligus adalah presiden bersama Avanee Clorii & Logistic utusan dari Kamar Dagang Kamboja berbagi tentang teknologi digital dokumen-dokumen bisnis dan menginginkan ada konektivitas  tentang  portal pembayaran untuk melaksanakan Logistik Pintar. “Ketika berbicara tentang konsumen Kamboja, kami adalah salah satu di antara negara-negara yang banyak menggunakan konektivitas telepon genggam. Sekarang ini, setiap warga menggunakan lebih banyak dari satu kartu telepon. Kosumen Kamboja, khususnya generasi muda muda mendekati teknologi informasi, maka kami sedang berangsur-angsur melaksanakan pembayaran dengan telepon genggam dan juga menerapkan transfer uang dari pedesaan ke perkotaan, ini merupakan cara bagi semua orang untuk bisa mendekati sumber keuangan secara mudah”.

Ketika mengakhiri perbahasan, para utusan mengeluarkan kesimpulan perlunya ada lebih banyak lagi forum serupa agar badan-badan usaha, khususnya badan-badan usaha start-up dapat berbagi, belajar pengalaman dan berpeluang mencari tahu dan memperluas pasar agar GMS semakin berkembang  sebagai satu kawasan konektivitas yang mantap.  

Komentar

Yang lain