Satu acara memperkenalkan bahasa Indonesia melalui dongeng yang dilakukan oleh anak-anak Viet Nam

(VOVWORLD) - Dongeng merupakan santapan rokhani yang sangat dekat dengan anak-anak di seluruh dunia. Dewasa ini, bagi anak-anak Viet Nam, selain dongeng di dalam negeri, mereka juga punya syarat mendekati dongeng-dongeng dari negara-negara. Selain tujuan menciptakan arena bermain yang bermanfaat bagi anak-anak, pada tanggal 7 Juli sore, di zona pameran “Umah Indo”, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kota Ha Noi mengadakan acara mencari tahu tentang bahasa Indonesia melalui dongeng yang berjudul: “Si Malin Kundang”. Melalui acara ini, anak-anak akan dapat mencari tahu tentang beberapa ciri budaya “negeri puluhan ribu pulau Indonesia” dengan satu bahasa yang sama sekali baru.
Satu acara memperkenalkan bahasa Indonesia melalui dongeng yang dilakukan oleh anak-anak Viet Nam - ảnh 1Anak-anak sedang belajar bahasa Indonesia  (Foto: vovworld.vn) 

Tepat pada pukul 14.30, program ini dimulai. Di ruang yang luasnya kira-kira 35 meter persegi, 30 orang anak sudah hadir. Setiap anak diatur  duduk di satu meja sendiri, di atas meja ini telah disiapkan masakan seperti kue, buahan dan minuman. Sedangkan orang tua mereka diatur  duduk di samping untuk memantau anak-anak mereka. Di sekitar kamar ini ialah foto-foto tentang negeri dan manusia Indonesia karya  para fotografer Indonesia.

Sebelum memulai dongeng “Si Malin Kundang”, saudari Tran Anh Thu, personil magang Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) memperkenalkan secara umum tentang negeri Indonesia. Melalui suara yang ekspresif dengan slide foto ilustrasi yang ditulis dalam dua bahasa Indonesia dan Inggris, anak-anak nampaknya tersesat ke dalam ruang hidup orang Padang zaman dulu. Kisah ini menceritakan seorang anak yang bernama Malin Kundang yang durhaka terhadap ibunya. Oleh karena itu, dia dikutuk menjadi batu

Duduk di barisan pertama, anak yang bernama Pham Tung Lam, 10 tahun dari Sekolah Dasar Nguyen Tri Phuong sedang dengan teliti mendengarkan kata-kata baru yang diperkenalkan oleh saudari Tran Anh Thu dan saudari Nafia yang juga adalah seorang personil magang Kedutaan Besar Republik Indonesia. Tung Lam memberitahukan: “Saya melihat bahwa program ini sangat bermanfaat, karena saya dapat belajar banyak bahasa. Sebelum datang ke sini, saya tidak mengetahui apa-apa tentang negeri dan bahasa Indonesia. Kisah hari ini sangat menyenangkan. Pelajaran dari kisah ini ialah kita harus menghormati orang tua dan pekerjaan mereka”.

Pada permulaannya, anak-anak nampaknya merasa segan-segan ketika diundang untuk membacakan kata-kata yang sudah mereka pelajari, tetapi kemudian, semuanya merasa antusias karena telah memberikan jawaban tepat dan mereka mendapat bingkisan-bingkisan kecil. Baik jawabannya tepat atau salah, semuanya mendapat tepukan tangan dari semua orang. Hal yang penting ialah setelah program ini, anak-anak ini tidak hanya dapat mendengarkan kisah yang menyenangkan tentang negeri Indonesia, tapi juga bisa belajar beberapa kata  bahasa Indonesia.

Duduk di sebelah belakang, para orang tua anak-anak juga berusaha menyemangati anak-anak. Ada seorang tua istimewa yang membawa lebih dari 10 orang anak untuk menghadiri program ini yaitu bu guru Nguyen Phuong Dung dari Sekolah Dasar Nguyen Trung Truc. Dia memberitahukan: “Saya memilih beberapa pelajar untuk ikut serta dalam program ini. Saya mau mengetahui apa manfaat yang diberikan kepada pelajar, dari situ, saya akan mengembangkan dan menyosialisasikan kebudayaan yang bernilai ini. Saya melihat bahwa program ini sangat bermanfaat, pengetahuan-pengetahuannya sesuai dengan usia dan budaya daerah cukup baik. Saya berharap bahwa kalau ada banyak program yang bermanfaat seperti ini, maka partisipasi anak-anak akan lebih banyak lagi”.

Pada pihak KBRI, ibu Linda Widiyanti, Sekretaris ketiga memberitahukan: “Kenapa kami memilih anak-anak karena an ak-anak seperti kertas masih putih dan jika kita memperkenalkan harapanya mereka lebih ingat dan punyai ketertarikan lebih besar dibandingan dengan orang dewasa.  Kenapa kita memilih Malin Kundang karena itu sendiri punya pesan moral dimana sebagian anak-anak  kita tidak boleh  durhaka atau kurang ajar kepada Ibu kita. Jadi itu tidak hanya sekedar cerita, tapi juga menyampaikan pesan, jadi itu adalah bagian dari cerita di Indonesia dan sepertinya juga mempunyai nilai-nilai universal  yang sama di Viet Nam dimana kita harus menghormati orang tua, khususnya Ibu”.

Pada pukul 16.30, program ini berakhir. Ketika pulang kembali, semua anak mendapat satu bingkisan yang bermakna. Menurut ibu Linda Widiyanti, pada waktu mendatang, di zona “Umah Indo” akan terus diadakan peristiwa-peristiwa yang lain untuk memperkenalkan kebudayaan dan manusia Indonesia ke massa rakyat Ibu kota Ha Noi.  

Komentar

Yang lain