Alarm terhadap situasi pengontrolan senjata di Amerika Serikat

(VOVworld) – Amerika Serikat baru saja menyaksikan pemberondongan senapan yang paling berlumuran darah sejak terjadinya serangan teror pada 11/9/2001. Hal yang patut diperhatikan ialah jumlah senapan yang digunakan dalam pemberondongan senapan kali ini serta berbagai pemberondongan senapan di Amerika Serikat belakangan ini dibeli secara legal di bawah pemeriksaan badan federal. Hal ini sekali lagi membunyikan lonceng alarm tentang pengontrolan senapan di Amerika Serikat, negara yang selama ini terkenal dalam hal kebebasan dan demokrasi.


Alarm terhadap situasi pengontrolan senjata di Amerika Serikat - ảnh 1
Polisi Amerika Serikat berjaga di tempat kejadian pemberondongan senapan
(Foto: Shinhua/VNA)


Ada 50 orang yang telah terbunuh dan 53 orang lain menderita luka-luka ketika pelaku melepaskan tembakan di satu kelab malam yang ramai untuk kaum gay di Orlando, Amerika Serikat. Menurut FBI, pelaku yang bernama Omar Saddiqui Mateen, 29 tahun, lahir dan dibesarkan di New York telah dua kali diperiksa oleh FBI pada tahun 2013 dan tahun 2014.


Lubang-lubang dalam kontrol senjata

Ini bukan untuk pertama kalinya Amerika Serikat menyaksikan pemberondongan senjata yang berlumuran darah. Pemberondongan senapan di Sekolah Dasar Sandy Hook, negara bagian Connecticut pada 12/2012 telah menewaskan 26 orang, diantaranya ada 26 orang anak. Pemberondongan senapan di gereja Charleston, negara bagian South Carolina pada 6/2015 telah menewaskan 9 orang kulit hitam. Pemberondongan senapan di Universitas Komunitas Umum Umpqua di negara bagian Oregon pada 10/2015 telah menewaskan 10 orang dan belum sampai 2 bulan kemudian, satu pemberondongan senapan lain yang mengerikan telah terjadi di San Bernardino, negara bagian California sehingga menewaskan 14 orang dan mencederai 17 orang lain. Menurut pendataan selama beberapa tahun belakangan ini, setiap hari di Amerika Serikat tercatat kira-kira 90 orang yang tewas dan setiap tahun ada kira-kira 32.000 orang yang tewas akibat kekerasan senjata. Berbagai pemberondongan senapan di Amerika Serikat menduduki sepertiga jumlah pemberondongan senapan massal di dunia. Amerika Serikat juga merupakan negara yang menggunakan paling banyak senapan di dunia, dimana ada kira-kira dari 270 juta sampai 310 juta senapan yang sedang beredar di masyarakat. Atau dengan kata lain, hampir setiap warga Amerika Serikat memiliki sebuah senapan.

Kembali pada pemberondongan senapan terkini yang terjadi pada 12/6 ini, FBI memberitahukan bahwa sejak tahun 2013, Omar Saddiqui Mateen telah memberikan komentar kepada para koleganya bahwa dia mendukung kelompok-kelompok teroris. Setahun kemudian, FBI terus melakukan penyelidikian karena dia diduga bersangkutan dengan seorang warga Amerika Serikat yang datang ke Suriah untuk berikut-serta ke dalam kelompok ekstrimis. Akan tetapi pada saat itu, FBI menyimpulkan bahwa “Mateen bukan satu ancaman”. Beberapa hari sebelum terjadinya pemberondongan senapan tersebut, Mateen telah membeli sedikitnya 2 senapan. Hal yang patut diperhatikan ialah sebagian besar senapan yang digunakan dalam berbagai pemberondongan senapan di Amerika Serikat belakangan ini dibeli dengan cara yang sepenuhnya legal di bawah pemeriksaan badan federal. Tidak hanya begitu saja, juga menurut FBI, setelah pembunuhan ini terjadi, mereka baru menyedari bahwa sedikitnya 8 penembak residivis atau terkena sakit jiwa, tapi tetap bisa membeli senapan.


Harga kebebasan

Pada kenyataan, tidak harus menunggu sampai saat ini, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama atau semua Presiden sebelumnya baru bisa menyedari bahaya dari masalah kontrol senjata. Sudah berulang kali, Presiden Barack Obama tidak bisa menahan emosinya dan tercetus bahwa: “Kita tidak perlu menganggap pembunuhan-pembunuhan ini sebagai harga kebebasan”. Dia sudah berulang kali mendesak pelaksanaan “langkah-langkah memperketat pengelolaan atas kepemilikan senjata”. Akan tetapi, dengan 2 masa bakti yang berlangsung selama 8 tahun, kekecewaan dan ketidak-berdayaan dari Presiden Barack Obama tampaknya semakin besar. Masalah mendukung atau menentang pengontrolan senjata dalam Kongres Amerika Serikat terjadi diferensiasi yang jelas sehingga upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah pimpinan Presiden Barack Obama tidak bisa melahirkan Undang-Undang tentang kontrol jenis-jenis senjata yang berbahaya ini.

Menurut para analis, pelarangan terhadap penggunaan senjata di Amerika Serikat sangat sulit dilakukan pada saat sekarang dan masa depan yang dekat. Alasan yang paling besar dan sulit diubah ialah kebiasaan memiliki senjata sudah terukir secara mendalam dalam bawah sadar setiap warga Amerika Serikat. Sejak mendirikan negara, memperluas wilayahnya ke arah barat atau memperkuat pengaruhnya ke seluruh dunia, di samping warga Amerika Serikat selalu ada senapan. Senapan sudah menjadi barang yang tak terpisahkan dari banyak warga Amerika Serikat setiap kali “ada urusan yang harus ditangani”. Karena mereka berpendapat bahwa ini merupakan salah satu diantara hak-hak kebebasan fundamentalnya. Ditambah lagi, grup-grup produksi senjata setiap tahun memperoleh keuntungan raksasa dari bisnis senjata, yang benar-benar merupakan keunggulan yang berpengaruh besar terhadap kartu suara para legislator, mencegah Kongres Amerika Serikat mengesahkan semua rancangan Undang-Undang tentang membatasi penggunaan senapan.

Jelaslah bahwa hak penggunaan senapan dari warga Amerika Serikat sesuai dengan Undang-Undang Amerika Serikat telah melahirkan akibat yang menyedihkan. Pemberondongan senapan mengerikan yang baru saja terjadi pada 12/6 ini merupakan alarm mengenai lubang-lubang dalam kontrol senjata di Amerika Serikat. Kesedihan dan penyesalan pasti tidak bisa mengatasi banyak masalah, tapi masalah yang penting ialah Amerika Serikat harus mengatasi musibah ini untuk dengan tenang menemukan alasan dan mengajukan solusi terhadap masalah ini. Adakah satu Undang-Undang tentang pengontrolan senjata bisa diesahkan Kongres Amerika Serikat atau tidak pada waktu mendatang merupakan hal yang dinanti-nantikan opini umum guna mencegah musibah-musibah serupa yang bisa terjadi pada masa depan. 

Komentar

Yang lain