Bahaya yang dihadapi perekonomian dunia

(VOVWORLD) - Karena dampak berat dari pandemi Covid-19, perekonomian dunia kini menyaksikan resesi yang belum pernah ada selama beberapa dekade terakhir. Ada beberepa penilaian yang bahkan memperkirakan bahwa ekonomi global bisa jatuh ke dalam satu zaman malaise besar yang sama buruknya atau lebih buruk daripada zaman malaise di tahun 30-an abad lalu.
Bahaya yang dihadapi perekonomian dunia - ảnh 1 Direktur Jenderal Dana Moneter Internasional, Kristalina Georgieva (Foto: VNA)

Dalam karangan analisa yang dimuat di majalah “Foreign Policy”, Rabu (9/9), baik Direktur Jenderal Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva, maupun Kepala Ekonom IMF, Gita Gopinath, memperingatkan bahwa krisis ekonomi global sekarang ini akan berlangsung lama, kemampuan pemulihan sangat tipis dan tidak setara antar-wilayah dan antar-bidang. Peringatan tersebut dikeluarkan di tengah pandemi Covid-19 yang terus mengalami perkembangan rumit dengan skala global, banyak negara harus mengenakan kembali langkah-langkah pengendalian yang ketat seperti menutup pintu perbatasan, memblokade semua atau sebagian wilayah, membatasi aktivitas produksi, ekonomi, dan sebagainya, sehingga memengaruhi secara serius rantai pasokan global. Akibatnya, indeks-indeks dan perkiraan prospek ekonomi yang suram secara terus-menerus dikeluarkan.

Angka-angka yang sangat memprihatinkan

Kalangan analis “Wall Street” (Amerika Serikat) menilai bahwa pandemi Covid-19 akan merugikan GDP global sebesar 5.000 miliar USD. Sementara itu, menurut IMF, ekonomi global diperkirakan mengalami pertumbuhan -4,9% pada 2020, di antaranya perekonomian-perekonomian maju: -8%, perekonomian-perekonomian baru muncul: -3%. Juga begitu, Bank Dunia menilai bahwa ekonomi dunia tahun ini mengalami pertumbuhan -5,2%, di antaranya perekonomian-perekonomian maju: -7%, dan perekonomian-perekonomian baru muncul: -2,5%.

Amerika Serikat, perekonomian terbesar di dunia, yang sekaligus negara yang terkena dampak paling berat akibat pandemi Covid-19 dalam hal jumlah kasus terinfeksi dan jumlah kematian, pada triwulan II lalu, mengalami pertumbuhan GDP sebesar -9,1% dibandingkan -1,3% pada triwulan I. IMF memperkirakan bahwa ekonomi AS pada 2020 akan turun 6,6%. Khususnya, beberapa lembaga keuangan internasional bahkan memperkirakan bahwa ekonomi AS di tahun ini bisa tercatat dengan tarap resesi sebesar 8% lebih, tarap resesi yang belum pernah ada selama beberapa dekade ini.

Sementara di Eropa, perekonomian terbesar di benua ini, yaitu Jerman, mencatat tarap resesi hingga 10,1% pada triwulan II/2020, sedangkan perekonomian Eurozone turun 12,1%.

Menurut kalangan analis, ini sungguh-sungguh merupakan angka-angka yang sangat memprihatinkan, menunjukkan bahwa krisis ekonomi sekarang ini tengah mengalami perkembangan yang jauh lebih buruk dibandingkan dengan krisis keuangan global tahapan 2008-2009, bisa sama tarap dan bahkan lebih serius dari pada krisis besar di tahun-tahun 30-an.

Kemampuan pemulihan

Meskipun krisis sekarang ini diperingatkan masih berlangsung lama, tetapi dalam karangan analisa di majalah “Foreign Policy”, Rabu (9/9), Direktur Jenderal dan Kepala Ekonom IMF menilai bahwa ekonomi dunia tengah menunjukkan indikasi-indikasi tumbuh kembali setelah waktu mengalami resesi serius karena dampak pandemi Covid-19. Namun, kemampuan pemulihan ekonomi yang sepenuhnya sangat rendah apabila dunia tidak punya vaksin yang efektif untuk mencegah wabah Covid-19. Dengan perihal Rusia sudah memberikan surat izin untuk mengedarkan vaksin Covid-19 yang pertama di dunia, dan banyak negara lain tengah mempercepat pembuatan vaksin, harapan tentang kemampuan pemulihan ekonomi semakin diperkokoh.

Bahaya yang dihadapi perekonomian dunia - ảnh 2 Dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian dunia (Foto: nhadautu.vn)

Di samping itu, perekonomian yang besarnya nomor dua di dunia, yaitu Tiongkok, juga menunjukkan indikasi-indikasi pemulihan yang menggembirakan. Dari akhir Juli, Bloomberg mengutip sumber dari Bank UBS Group AG (Swiss) yang menilai bahwa ekonomi Tiongkok bisa mencapai pertumbuhan sebesar 2,5% di 2020, lebih jauh tinggi daripada tarap pertumbuhan 1,5% yang sudah dikeluarkan lembaga keuangan ini sebelumnya. Sampai triwulan II tahun ini, ekonomi Tiongkok bisa mencapai tarap pertumbuhan sebesar 5,5% dan naik ke tarap 6% pada triwulan terakhir tahun ini. Perkiraan pertumbuhan baru ini berdasarkan pemulihan konsumsi dalam negeri dan investasi kuat Tiongkok.

Meskipun demikian, kalangan pakar dan para analis secara terus-menerus mengeluarkan peringatan tentang bahaya resesi serius yang sedang menguntit perekonomian global karena banyak faktor. Di antaranya, ada alasan-alasan seperti: perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok yang belum tahu kapan akan berakhir; kesulitan dalam mendistribusikan vaksin Covid-19; ketegangan-ketegangan geopolitik yang terus menerus merebak di banyak kawasan di dunia, dan lain-lain. Oleh karena itu, setiap negara dan seluruh dunia tetap perlu menjunjung tinggi kewaspadaan, dengan tekun melakukan secara bersamaan upaya-upaya pengendalian wabah dan pemulihan ekonomi.

Komentar

Yang lain