Brexit tetap semrawut laksana benang kusut

(VOVWORLD) - Proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) semakin tetap se,rawut laksana benang kusut  keteika pada legislator Inggris tidak bisa menemukan suara bersama terhadap semua opsi yang diajukan untuk dipunut suara pada Rabu (27 Maret), bahkan ketika Perdana Menteri (PM) Theresa May setuju lengser kalau para legislator mendukung permufakatan Brexit. Pada latar belakang itu, pemungutan suara pada Jumat sore (29 Maret) menurut waktu lokal tentang sebagian permufakatan Brexit ada banyak kemungkinan juga tidak bisa menghindari kegagalan. Situasi tersebut tidak hanya menunjukkan kerumitan dalam proses Brexit, tapi juga menunjukkan kontradiksi internal di Parlemen Inggris.
Brexit tetap semrawut laksana benang kusut - ảnh 1Ilustrasi  (Foto: internet) 

Pemungutan suara di Parlemen pada Jumat sore (29 Maret) di sekitar hak para warga negara Inggris dan Uni Eropa, rencana perbatasan keras  Irlandia. Masalah-masalah dalam pernyataan politik meliputi masa depan hubungan Inggris-Uni Eropa seperti halnya dalam dua pemungutan suara sebelumnya akan tidak dipungut suara pada Jumat (29 Maret).

 

Lingkaran setan

Segera setelah merebut hak menyelenggaraan proses Brexit dari Pemerintah, opini umum internasional menyaksikan perdebatan-perdabatan yang sangat menegangkan di Parlemen Inggris untuk mengatasi kemacetan-kemacetan terhadap proses Brexit. Banyak opsi telah dikeluarkan, tetapi akhirnya ke delapan rekomendasi baru tentang Brexit semuanya ditolak. Hal yang patut diperhatikan ialah kedelapan rekomendasi ini dikeluarkan oleh para legislator dan justru merekalah yang tidak mengesahkannya. Hasil ini menunjukkan bahwa para legislator Inggris tidak hanya menentang maksud-maksud dari Pemerintah Inggris, tapi sekarang ini mereka juga menentang semua maksud dalam internal mereka. Dengan kata lain, proses Brexit sekarang ini   telah semrawut seperti benang kusut sebagian tidak kecil diakibatkan oleh kontradiksi-kontradiksi antara para legislator. Kenyataan ini juga membuat opini umum harus mengajukan pertanyaan: sebenarnya apa keinginan para legislator Inggris?.

Kita  ingat, sebelum kontradiksi antara para legislator tampa menjadi jelas, PM Inggris, Theresa May telah mengalami dua kali kegagalan ketika berupaya keras mencari cara mendorong Parlemen mengesahkan rancangan permufakatan Brexit yang telah dia rundingkan dengan Uni Eropa.

Pada latar belakang yang tidak seberapa cerah tersebut, Parlemen Inggris pada Jumat sore (29 Maret) mengizinkan pemungutan suara tentang sebagian permufakatan Brexit yang sudah disepakatkan oleh pemerintahnya dengan Uni Eropa sebelumnya seperti “surat kesepakatan perceraian”, hak-hak dari warga negara Inggris dan Uni Eropa, rencana perbatasan keras Irlandia (masalah yang paling diperdebatkan). Walaupun begitu, hingga Kamis malam (28 Maret), para legislator dari Partai Uni Demokratik (DUP) dan kira-kira 30 legislator Partai Konservatif masih menyatakan akan memberikan suara untuk menentang isi pemungutan  tanggal 29 Maret. Pemimpin Partai Buruh oposisi, Jeremy Corbyn memberitahukan bahwa Partai Buruh akan tidak memberikan suara dukungan terhadap permufakatan Brexit karena mereka tidak memberikan suara dukungan  menyetujui Inggris keluar dari Uni Eropa tapi tidak tahu  bagaimana masa depan hubungan antara Inggris dengan Uni Eropa.

Kalau kenyataan berlangsung tepat seperti yang dikatakan oleh para legislator, maka bisa dikatakan, keluarnya Inggris dari Uni Eropa akan merupakan satu lingkaran setan dan tidak pernah sampai ke kesimpulan terakhir. Bahkan, banyak media juga memisalkan bahwa permufakatan keluarnya Inggris dari Uni Eropa Brexit (585 halangan merupakan permufakatan “perceraian” yang  bersifat mengikat secara hukum antara Inggris dan Uni Eropa) sekarang sedang  mengalami situasi “tak sadarkan diri”.

 

Warga Inggris berangsur-angsur kehilangan kesabaran

Proses Brexit yang berjalan di tempat tidak hanya menunjukkan kontradiksi di Parlemen Inggris itu sendiri, tapi juga membuat warga Inggris kehilangan kesabaran. Pada akhir pekan lalu, London telah menyaksikan demonstrasi yang besar-besaran selama puluhan tahun ini dengan partisipasinya lebih dari 1 juta orang bersama dengan slogan-slogan yang mengimbau penghentian proses Brexit.

Dalam pada itu, permintaan menghentikan pelaksanaan Brexit juga menjadi petisi online dengan jumlah pendukung yang paling besar dalam sejarah Inggris yang selama dua hari (21-22 Maret) telah mencapai 3 juta tanda tangan pada tanggal 22 Maret. Petisi online ini dimuat di website Parlemen Inggris dari tanggal 21 Maret dan cepat menyerap tanda tangan dukungan dari para warga negara Inggris. Ada saat sampai mencapai hampir 2.000 orang yang membubuhkan tanda tangan dalam waktu  satu menit sehingga membuat website ini  runtuh berulang  kali ketika tidak  bisa memuat jumlah akses rekor.

Kalangan analis menyatakan bahwa para legislator tetap saling beradu di tengah-tengah celaan yang semrawut, sepenuhnya ada kemungkinan akan berlangsung banyak demonstrasi serupa dengan skala yang lebih besar tidak hanya di Kota London saja, tapi juga di banyak daerah lain.

Pemilih Inggris telah memberikan suara memilih Brexit pada bulan Juni tahun 2016 karena berpikir bahwa hal  ini akan menguntungkan Inggris. Akan tetapi, setelah hampir 3 tahun sejak memberikan suara untuk meninggalkan Uni Eropa, proses Brexit sekarang ini sedang tenggelam dalam lingkaran setan. Jalan buntu sekarang ini hanya  bisa diatasi kalau para legislator Inggris bersatu  hati memecahkan kontradiksi tentang Brexit di Parlemen.  

Komentar

Yang lain