BRICS: penggalan jalan 16 tahun dan tangangan-tantangan di depan

(VOVWORLD) - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) tahunan Kelompok perekonomian-perekonomian baru muncul papan atas di dunia (BRICS) yang meliputi Brasil, Rusia, India, Tiongkok dan Afrika Selatan berlangsung dari 3-5 September di kota Xiamen, Tiongkok. Dengan tema: “Memperkuat kemitraan demi satu masa depan yang cerah”, KTT ini bermaksud menyampaikan pesan kuat dalam memperkuat kerjasama intrakawasan, turut menjaga perdamaian, kestabilan dunia dan temu pergaulan perikemanusiaan yang mendalam”. Akan tetapi, tantangan-tantangan yang sedang dihadapi oleh BRICS belakangan ini  seperti sengketa garis perbataan dan situasi internal yang tidak stabil di beberapa negara anggota membuat opini umum menyangsikannya. Apakah BRICS mengalami sesat jalan dalam melaksanakan target menjadi satu pembandingan baru terhadap Barat  dalam tertib ekonomi dunia?
BRICS: penggalan jalan 16 tahun dan tangangan-tantangan di depan - ảnh 1Panorama KTT BRICS    (Foto: AFP)

Konsep “BRIC” untuk pertama kalinya dikeluarkan pada tahun 2001 terdiri dari huruf pertama dalam bahasa Inggris dari perekonomian-peekonomian baru muncul yaitu Brasil, Rusia, India dan Tiongkok. Sampai tahun 2010. BRIC diubah menjadi BRICS karena ada partisipasi dari Afrika Selatan,

Dengan kesamaan ialah jumlah penduduknya banyak (menduduki kira-kira 42% jumlah penduduk dunia”,arealnya luas menduduki kira-kira 26% luas bola bumi, potensi militernya kuat, ekonominya mengalami reformasi kuat dan semuanya mencapai laju pertumbuhan cukup tinggi, maka BRICS selalu memelopori dunia di segi pertumbuhan ekonomi dan hingga kini, BRICS menduduki kira-kira 28% GDP seluruh dunia. Selama ini, Kelompok BRICS telah menjadi lokomotif, memainkan peranan motor dalam mendorong pemulihan ekonomian dunia pasca krisis keuangan dan mencapai suara yang semakin besar di samping lembaga-lembaga seperti G-7 atau G-20.

 

Kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapi oleh BRICS

Akan tetapi, dalam menghadapi perubahan-perubahan situasi dunia yang cepat  dan tertib dunia sedang dijungker-balikkan, kelima anggota teras BRICS sedang menghadapi tantangan. Kalau Brasil menghadapi krisis ekonomi dan politik, maka Afrika Selatan terperangkap  dalam kemerosotan ekonomi. Pertumbuhan Afrika Selatan hanya berada dalam taraf 0,6%, sedangkan Brasil  hanya mencapai angka 0,2% setelah tiga tahun terus-menerus mengalami kemerosotan dan belakangan ini baru ada indikasi lepas dari pusaran krisis untuk sementara. Pada pihaknya, selama beberapa tahun ini, Rusia harus dengan keras mengatasi embargo-embargo yang dikenakan oleh Amerika Serikat dan sekutunya dan sekarang ini, Rusia sudah tidak lagi masuk dalam grup 10 perekonomian yang paling besar di dunia. Dua anggota sisanya yaitu India dan Tiongkok selalu mengalami konfrontasi tentang kepentingan dan persaingan  geo-politik. Bentrokan antara Tiongkok dan India baru-baru ini di Doklam, barisan gunung Himalaya  sebelah Barat telah membuat Perdana Menteri India hampir saja membatalkan kehadirannya dalam KTT BRICS. Hanya beberapa hari sebelum KTT BRICS dibuka, dua negara adi kuasa di Asia ini baru berhasil membongkar sumbu ledak bentrokan setelah mengalami ketegangan dalam waktu dua bulan.

Perkembangan melompat yang dicapai oleh Tiongkok dan ambisi-ambisi  geo-politik negara ini yang semakin besar telah membuat kepercayaan politik antara negara-negara anggota merosot. Di samping itu, kecenderungan proteksi dagang yang sedang muncul juga menjadi tantangan besar terhadap BRICS dalam proses pertumbuhan dan perkembangan.

 

Berupaya keras menghapuskan kesangsian tentang keterkaitan

Pada latar belakang itu, KTT BRICS ke-9 di Tiongkok dianggap sebagai kesempatan bagi kelompok ini untuk menghapuskan semua kesangsian opini umum ketika menyatakan bahwa organisasi ini kurang ada keterkaitan dan sudah tidak sesuai lagi.

Dalam pidato pembukaan dengan martabat sebagai wakil negara tuan rumah, Presiden Tiongkok, Xi Jinping menekankan bahwa latar belakang dunia mengalami banyak perubahan yang rumit dan mendalam dewasa ini  menuntut kepada semua negara anggota BRICS supaya mendorong kerjasama ekonomi secara praksis, mendorong reformasi terhadap kemampuan menyelenggarakan ekonomi dunia. Para anggota BRICS perlu membuktikan saling menghormati dan menghindari bentrokan. Tentang kerjasama intrakawasan, para pemimpin Tiongkok menegaskan bahwa angka pertukaran intrakawasan yang menduduki 5,7% di antara total modal investasi asing sebanyak 197 miliar USD di BRICS pada tahun 2016 adalah terlalu sedikit dan semua negara anggota harus bertanggung-jawab mendorong kerjasama untuk sepadan dengan potensi yang dimiliki. Tiongkok berkomitmen memberikan 500 juta Yuan (sama dengan 76,4 juta USD) kepada rencana kerjasama ekonomi dan teknologi kelompok BRICS, sekaligus menyumbangkan 4 juta USD kepada berbagai proyek yang dilakukan oleh Bank Pembangunan Baru dari BRICS (NDB). Tiongkok juga mengeluarkan ide tentang BRICS yang diperluas (BRICS plus) untuk meningkatkan jumlah anggota kelompok ini. Ide memperluas BRICS bisa menguruk ruang kosong yang ditinggalkan oleh kebijakan proteksi dagang dari Amerika Serikat, membantu BRICS bisa memainkan peraman yang lebih penting dalam dunia yang sedang berkembang.

Sebagai gagasan yang dibentuk pada 16 tahun lalu, dalam kenyataannya BRIC Stelah  berhasil membina satu pengaruh yang tidak kecil dalam komunitas internasional. Dalam menghadapi tantangan-tantangan dewasa ini, BRICS sedang  berupaya keras untuk menyampaikan pesan yang positif tentang penguatan kerjasama yang praksis, solidaritas intrakawasan dan mengarah ke target “manajemen global”. 

Komentar

Yang lain