Gejolak di Gelanggang Politik Italia dan Kemungkinan Dampaknya terhadap Politik Umum Uni Eropa

(VOVWORLD) - Sebagai negara dengan peran posisi geostrategis penting di Uni Eropa (UE), gejolak-gejolak yang bertubi-tubi di gelanggang politik Italia saat ini menyerap perhatian khusus dari opini umum regional dan internasional. Di antaranya, hasil pemilihan umum dini sebelum waktunya pada tgl 25 September dengan kemenangan dicapai sayap kanan, dikatakan dapat menciptakan dampak tertentu terhadap orientasi dan politik umum Uni Eropa. 
Gejolak di Gelanggang Politik Italia dan Kemungkinan Dampaknya terhadap Politik Umum Uni Eropa - ảnh 1Para pemilih memberikan suara dalam pemilihan umum dini di Rome, Italia pada 25/9/2022. Foto: AFP/VNA

Pemilihan umum dini Italia sebelum waktunya diadakan lebih dari dua bulan setelah Pemerintah Perdana Menteri Mario Draghi terpaksa mengumumkan pengunduran dirinya (Juli 2022) karena tekanan di dalam negeri. Menurut hasil penghitungan suara yang diumumkan pada tgl 26 September, persekutuan sayap kanan yang dipimpin oleh partai Persaudaraan Italia (FDI) telah mencapai kemenangan dengan mayoritas kursi di kedua lembaga (majelis rendah dan majelis tinggi) dari Parlemen Italia dalam masa bakti mendatang. Persekutuan tengah-kiri di Italia yang dipimpin oleh Partai Demokrat (PD) telah mengakui kekalahan dan mengumumkan akan menjadi kekuatan oposisi terbesar di Parlemen Italia. Hasil ini membuat gelanggang politik Italia mengalami perubahan mendasar tentang neraca kekuatan itu, berarti di masa mendatang akan ada tidak sedikit penyesuaian mendalam tentang politik ekonomi dan diplomatik dari negara ini.

Perubahan-Perubahan yang Patut Diperhatikan

Menurut banyak analis regional dan internasional, hasil pemilihan Parlemen Italia pada akhir pekan lalu sudah dapat diprakirakan, lebih dulu, sudah pada saat ketika Perdana Menteri (PM) Mario Draghi dan Kabinetnya terpaksa harus mengumumkan pengunduran diri pada bulan Juli lalu. Banyak jajak pendapat yang dilakukan banyak organisasi menjelang pemilihan juga memberikan satu hasil yang sama, yaitu kemenangan yang jelas-jemelas dari persekutuan tengah-kanan FDI.

Dengan demikian, neraca kekuatan di gelanggang politik Italia telah berubah secara mendasar. Dengan demikian, kekuatan sayap kanan merebut kepemimpinan dan membentuk Pemerintah, bersamaan itu memiliki keunggulan mengontrol kedua lembaga parlemen. Di antaranya, ada kemungkinan sangat tinggi ialah Italia akan memiliki PM wanita pertama, yaitu Giorgia Meloni - pemimpin persekutuan tengah-kanan FDI.

Pada kenyataan, perihal sayap kanan berkuasa di negara yang sering mengalami gejolak besar du gelanggang politik seperti Italia, tibukanlah hal diluar dugaan. Karena Italia telah pernah memiliki 43 PM sejak Perang Dunia II dan akan segera memiliki Pemerintahan ke-4 dalam waktu 4 tahun. Namun, hal yang paling membuat opini umum menaruh perhatian ialah konteks khusus di mana perubahan tersebut terjadi. Yaitu kesulitan sosial-ekonomi serius yang dihadapi Italia dan seluruh Eropa, karena dampak melonjaknya harga pangan dan energi global yang belum pernah ada sebelumnya setelah konflik Rusia-Ukraina meledak. Oleh karena itu, kekisruhan dalam kepemimpinan di Italia dalam konteks saat ini membuat Eropa harus khawatir.

Gejolak di Gelanggang Politik Italia dan Kemungkinan Dampaknya terhadap Politik Umum Uni Eropa - ảnh 2Hasil awal pemilihan Italia menunjukkan bahwa persekutuan tengah-kanan yang dipimpin oleh partai FDI dari Ibu Giorgia Meloni telah menang. Foto: Reuters

Kekhawatiran Eropa

Menurut para analis, ada alasan yang jelas yang membuat Eropa, konkretnya ialah Uni Eropa memperhatikan dan mengkhawatirkan gejolak-gejolak di gelanggang politik Italia.

Pertama, tentang segi ekonomi, Italia merupakan negara anggota Uni Eropa yang paling banyak diuntungkan dari paket bantuan pandemi Covid-19 Uni Eropa senilai 750 miliar euro pada tahun 2021. Perihal menjamin efektivitas dan keberhasilan paket bantuan di Italia mampu memberikan dampak terhadap efektivitas dan keberhasilan dari paket bantuan di seluruh Uni Eropa. Selain itu, dalam proses kempanya pemilihan terakhir, pemimpin persekutuan tengah-kanan FDI (Ibu Giorgia Meloni), berulang kali mengumumkan untuk menghapuskan ketentuan Uni Eropa tentang disiplin anggaran (defisit tahunan tidak lebih dari 3% PDB dan utang publik tidak melebihi 60% dari seluruh anggaran).

Kedua, bagi politik luar negeri, banyak pemimpin persekutuan tengah-kanan FDI memiliki pikiran  yang jelas berbeda terhadap sebagian besar negara-negara anggota Uni Eropa lainnya dalam konflik Rusia-Ukraina. Di antaranya, Silvio Berlusconi (pemimpin Partai Forza Italia FI) dan Matteo Salvini (pemimpin Partai Liga Italia) adalah dua pemimpin yang memiliki pandangan menentang tindakan-tindakan yang keras dan sanksi Uni Eropa terhadap Rusia. Artinya, kesepakatan dalam menjawab masalah Rusia-Ukraina di Uni Eropa ada bahaya mengahdapi perpecahan dan sulit dicapai ketika Italia memiliki pemerintahan baru.

Namun, beberapa analis percaya bahwa negara anggota penting di Uni Eropa seperti Italia memiliki pemerintah baru mungkin memberikan dampak atau bahkan membuat perubahan positif bagi seluruh Eropa. Di antaranya, beberapa pendapat percaya bahwa upaya mendorong solusi diplomatik dengan Rusia untuk memecahkan krisis Rusia-Ukraina, serta dalam hubungan Uni Eropa dengan Rusia akan diperkuat sekarang. Saat ini, negara Uni Eropa yang paling kuat mendukung solusi diplomatik dengan Rusia adalah Hongaria. Para pemimpin Hongaria percaya bahwa hanya dengan melakukan dialog yang beriktikad baik dengan Rusia dapat menyelesaikan krisis yang menimbulkan serangkaian kesulitan yang bertumpuk-tumpuk di Eropa saat ini.

Komentar

Yang lain