Instabilitas di Afghanistan setelah AS dan Sekutu Menarik Serdadu

(VOVWORLD) - Tepat seperti yang dicemaskan oleh kalangan analis, pasukan Taliban tengah memperkuat serangan-serangan dan merebut hak kontrol di banyak wilayah di Afghanistan. Kebangkitan Taliban didorong pada latar belakang pasukan koalisi yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) berangsur-angsur menyelesaikan rencana penarikan sepenuhnya serdadu dari medan perang ini.
Instabilitas di Afghanistan setelah AS dan Sekutu Menarik Serdadu - ảnh 1Para milisi mendukung kekuatan pemerintah menentang Taliban di pinggiran Herat pada 10 Juli 2021  (Foto: Reuters)

Pada akhir pekan lalu, seorang pejabat Taliban menyatakan kekuatan ini telah berhasil merebut hak kontrol terhadap sekitar 85 persen wilayah Afghanistan. Meskipun informasi ini segera ditolak oleh kalangan otoritas Afghanistan, tetapi hal ini masih membuat banyak orang harus mengulangi bahaya yang sudah diprakirakan oleh para pakar sebelumnya bahwa seluruh Afghanistan bisa cepat jatuh pada tangan pasukan pembangkang setelah AS dan para sekutunya menyelesaikan penarikan kekuatannya dari wilayah ini.

 

Taliban Memperhebat Serangan, Mempeluas Kontrol Wilayah

Pada latar belakang kekuatan AS telah menyelesaikan penarikan sekitar 90 persen serdadunya dari Afghanistan, para pembangkang Taliban tengah memperhebat operasi serangan untuk merebut hak kontrol terhadap wilayah-wilayah. Pada akhir pekan lalu, para pembangkang Taliban dengan diperlengkapi senjata berat telah memperkuat serangan terhadap kekuatan serdadu pemerintah di Herat Barat, merebut hak kontrol terhadap dua koridor perbatasan yang penting antara Afghanistan dengan Iran dan Turkmenistan. Seorang pejabat Afghanistan yang tidak disebut namanya mengakui bahwa sebagian besar Provinsi Herat telah jatuh pada tangan Taliban kecuali ibukota provinsi Herat dan distrik-distrik Gozara dan Injil di sekitarnya. Tetapi kemungkinan seluruh provinsi ini jatuh pada tangan Taliban hanyalah masalah waktu saja.

Selain provinsi strategis Herat, Taliban juga tengah memperhebat serangan-serangan untuk merebut hak kontrol terhadap kawasan-kawasan pedesaan dan pegunungan di hampir semua wilayah Afghanistan. Seorang anggota senior Taliban pada 9 Juli menyatakan bahwa kekuatan ini telah berhasil mengontrol sekitar 85 persen wilayah Afghanistan. Kalangan otoritas Afghanistan menolak informasi ini tetapi mengkonfirmasikan bahwa Taliban tengah menduduki banyak wilayah di sekitar kota-kota dan kotamadya besar. Taliban belum menuju secara dalam ke perkotaan-perkotaan penting karena menghadapi tentangan gigih dari kekuatan serdadu pemerintah.

Tetapi, hal yang mencemaskan yakni kemampuan tempur kekuatan-kekuatan Afghanistan ketika tidak ada lagi dukungan pasukan koalisi. Satu laporan baru-baru ini memberitahukan bahwa hanya beberapa hari setelah menghadapi serangan-serangan Taliban telah ada sekitar 1.000 serdadu Afghanistan yang melarikan diri ke negara tetangga Tajikistan. Jumlah serdadu yang ditangkap sebagai tahanan perang, melarikan diri atau menyerah pada Taliban belum diumumkan, tetapi semuanya dinilai mencapai ratusan bahkan lebih banyak lagi.

Instabilitas di Afghanistan setelah AS dan Sekutu Menarik Serdadu - ảnh 2AS akan menyelesaikan penarikan serdadunya pada Agustus 2021  (Foto: ABC News)

Perspektif yang Mencemaskan

Dalam satu pernyataan di televisi pada tanggal 11 Juli, juru bicara Kementerian Pertahanan AS, John Kirby mengakui  Pentagon mencemaskan secara mendalam situasi di Afghanistan ketika menyatakan bahwa “Kami merasa cemas secara mendalam ketika memantau situasi keamanan yang memburuk secara cepat dan kekerasan yang terlalu tinggi serta laju serangan yang dilakukan Taliban saat ini”. Meskipun begitu, juru bicara Kementerian Pertahanan AS tetap menegaskan bahwa tentara Afghanistan mampu membela tanah air: “Mereka memiliki angkatan udara yang berkemampuan dan unit-unit satgas yang teramat modern, mampu menghadapi kebangkitan Taliban. Ini adalah saat mereka bangkit untuk melaksanakan hal itu”.

Tetapi, berdasarkan perkembangan di lapangan, para pengamat menyatakan bahwa tentara Afghanistan sulit berhasil menghadapi serangan Taliban yang kuat saat ini kalau tidak mendapat bantuan dari komunitas internasional. Khususnya, banyak analis menyatakan dukungan terhadap penilaian dari badan-badan intelijan AS yang dikutip oleh banyak sumber bahwa pemerintah sentral Afghanistan yang didukung oleh Washington di Kabul bisa runtuh selama 6 bulan sejak AS dan pasukan koalisi menyelesaikan penarikan serdadunya dari negara ini. Menurut pernyataan terkini dari Presiden Joe Biden pada pekan lalu, AS akan menghentikan sepenuhnya kehadiran serdadunya di Afghanistan pada 31 Agustus tahun ini.

Menurut perintah Presiden AS, George W. Bush pada 7 Oktober 2001 yaitu sekitar sebulan setelah terjadinya serangan teror tanggal 11 September 2001, tentara AS telah mencanangkan serangan dengan angkatan udara terhadap Afghanistan yang dikontrol oleh Taliban dalam operasi yang bernama “Kebebasan Abadi”, mengawali perang yang paling berkepanjangan dalam sejarah AS modern. 

Komentar

Yang lain