Krisis migran : warna gelap dalam gambar dunia tahun 2016

(VOVworld) - Pada tahun 2016, meskipun sudah banyak mengeluarkan banyak solusi untuk menghadapi arus migran, tetapi negara-negara Eropa tetap masih belum mengajukan jawaban bersama. Walaupun dalam kenyataan, jumlah migran  yang menyeberangi laut ke Uni Eropa pada tahun 2016 telah turun terbanding dengan tahun 2015, tetapi perkembangan krisis migrasi muncul kembali dengan kecenderungan- kecenderungan yang berbahaya dan patut dicemaskan. 



Krisis migran : warna gelap dalam gambar dunia tahun 2016 - ảnh 1
Para migrant Eropa
(Foto : Kantor berita Vietnam)

Walaupun sudah menerapkan banyak langkah, misal-nya memperketat kontrol terhadap perbatasan, membentuk tim-tim patroli Angkatan Laut untuk menghadapi kaum pedagang manusia, melakukan perundingan tentang satu permufakatan dengan Turki untuk mencegah arus migran, menutup pintu  jalan Balkan, jalan migran utama ke Eropa, mempercepat pengusiran orang-orang yang ditolak surat izin migran dan lain- lain, tapi musibah migran  tahun 2016 memusingkan kepala para pemimpin Eropa dan sampai sekarang ini belum bisa menemukan jawabannya.

Pada Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai pengungsi yang berlangsung pada September lalu, dalam pidatonya, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama mengakui  bahwa kriris migran global merupakan salah satu "tantangan yang paling mendesak sekarang ini". Namun, semua komitmen  dari para pemimpin belum sepadan dengan tantangan ini. Sementara itu, semua bahaya yang potensial dalam krisis migran ini semakin menjerumuskan Eropa ke dalam putaran destabilitas dan sulit diduga.

Perkembangan- perkembangan berbahaya dari krisis migran

Menurut statistik, jumlah migran yang menyeberangi laut ke Eropa pada tahun 2016 telah lebih turun terbanding dengan tahun 2015, tapi jumlah orang yang tewas di Laut Tengah pada tahun 2016 telah meningkat di tarap rekor sebanyak 5.000 orang,  naik kira-kira 25 persen terbanding dengan tahun 2015. Karena adanya operasi pemburuan dan penghancuran kapal yang dilakukan organisasi-organisasi perdagangan manusia dan aktivitas-aktivitas patroli permanen di jalan-jalan laut Eropa, maka kaum migran yang menyeberangi laut masuk Eropa harus menghadapi lini-lini jalan laut dan kapal-kapal perdagangan gelap secara lebih berbahaya. Disamping itu, prosentase anak yang pergi sendirian  semakin naik, sehingga mengakibatkan sejumlah besar anak jatuh ke tangan para pedagang anak-anak.

Krisis tetap terus  berlangsung  di kawasan-kawasan sekitar Eropa dengan kaum pengungsi asal dari Suriah, Afghanistan dan Irak yang menduduki kira-kira 90 persen. Sementara itu, Suriah tetap terus menghadapi bentrokan secara luas, maka bentrokan di Afghanistan dan Irak juga mengalami bahaya meledak kapan-pun. Hal ini mengancam bahwa arus migran terus melanda Eropa pada waktu mendatang. Belum terhitung, hantu-hantu teroris yang berbaur padakaum migran telah menimbulkan banyak kerugian terhadap negara-negara anggota Uni Eropa pada tahun 2016.


Krisis migran : warna gelap dalam gambar dunia tahun 2016 - ảnh 2
Warna gelap dari krisis migran
(Foto : Ibtimes)


Belum menyepakati tindakan

Pada saat, krisis migran sedang mengancam kestabilan Eropa, maka para pemimpin  tetap masih terus melakukan perdebatan mengenai apakah negara  mereka siaga atau bagaimana bisa  berbagi beban “menyelamatkan migran”.

Pada konferensi para Menteri Dalam Negeri Eropa yang berlangsung pada akhir November lalu di Belgia, Menteri Dalam Nengeri Jerman, Thomas de Maiziere mengakui bahwa Uni Eropa sedang terpecah-belah secara serius dan masih ada banyak perbedaan pendapat dalam masalah ini. Sejak tahun 2015, negara-negara Eropa telah sepakat bahwa setiap negara anggota harus menerima sejumlah migran tertentu, akan tetapi, sampai sekarang meskipun telah mengadakan banyak perundingan tetapi semua fihak belum mendapat kesepakatan bersama. Sementara itu, negara-negara Barat mendukung pandangan tentang “kesepakatan yang luwes”, siap membuka pintu untuk menerima migran. Menggantinya, mereka hanya menerima sumbangan tentang keuangan atau bentuk bantuan yang lain. Dua negara di Eropa Tengah yaitu Hungaria dan Slovakia mengajukan gugatan kepada Mahkamah Pengadilan Eropa untuk menentang rencana berbagi penerimaan migran Uni Eropa.

Sampai sekarang, Uni Eropa masih sedang berupaya untuk melaksanakan permufakatan yang dicapai dalam mengalokasikan kepada negara-negara anggotanya 160.000 migran yang pada pokoknya adalah orang Suriah, Irak dan Eritrea yang bermukim sementara di Italia dan Yunani. Dalam laporan belakangan ini, Organisasi Amnesti Internasional memprakirakan hanya ada 6% diantara 66 ribu orang dari Yunani tahun 2015 yang mendapat pemukiman di negara-negara anggota Uni Eropa. Jumlah sisanya sedang harus hidup dalam pusat penerimaan kelebihan dan menunggu keputusan resmi terhadap surat permintaan bermigrasi. Negara-negara anggota Uni Eropa tidak mengeluarkan tindakan manapun untuk menangani kenyataan tersebut. Justru sikap takmau tahu dari negara-negara anggota Uni Eropa membuat penanganan krisis migran mangalami jalan buntu.

Hanya tinggal 2 hari lagi, dunia akan masuk tahun 2017. Eropa menyambut Tahun Baru dalam situasi penuh dengan kekhawatiran. Satu Eropa yang semakin terpecah, mengalami kekerasan dan ketidakstabilan. Krisis migran telah dan akan terus menciptakan gambar suram bagi keamanan dunia.

Komentar

Yang lain