Langkah mundur Gedung Putih dalam masalah TPP

(VOVworld) – Dengan 236 suara pro dan 189 suara kontra, Parlemen Amerika Serikat pada Rabu (17 Juni) telah sepakat menunda waktu pemungutan suara ke-2 tentang Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Penyesuaian Dukungan Perdagangan (TAA), satu bagian yang penting dalam paket RUU tentang Hak Mendorong Perdagangan (atau juga disebut sebagai hak perundingan cepat TPA), sampai tanggal 30 Juli mendatang. Nasib TPA sampai sekarang belum jelas, tapi ada satu hal yang pasti ialah RUU yang belum diesahkan ini telah menarik mundur proses perundingan tentang Perjanjian Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) yang sedang didorong oleh Washington, bersamaan itu juga menampakkan perpecahan yang mendalam dalam internal Partai Demokrat yang sedang menguasai badan eksekutif. 


Langkah mundur Gedung Putih dalam masalah TPP - ảnh 1
Presiden Barack Obama berusaha mencapai TAA
(Foto: baomoi.com)



Dengan perpanjangan waktu ini, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama dan para pendukung TPA akan mendapat lebih banyak waktu untuk mengusahakan solusi menyelamatkan RUU tentang Hak mendorong perdagangan ini. Akan tetapi, menurut penilaian kalangan pengamat, kesempatan bagi Presiden Barack Obama untuk memiliki TPA dan menyelesaikan TPP adalah sangat rendah karena RUU ini sebelumnya telah menghadapi tentangan keras ketika prosentase suara kontra sebanyak 302 terbanding dengan 126 suara pro. Hal yang ironis ialah RUU tersebut ditolak oleh para legislator dari Partai Demokrat pimpinan Presiden Barack Obama sendiri.


Nasib TPA

TAA merupakan sebagian dalam paket RUU TPA. RUU ini disusun untuk membantu para pekerja Amerika Serikat yang kehilangan lapangan kerja karena TPP yang sedang didorong Washington. Sampai sekarang, semua perundingan tentang TPP hampir selesai, namun para mitra dagang memberitahukan bahwa mereka menginginkan supaya Pemerintah pimpinan Presiden Barack Obama mendapat TPA sebelum menyelesaikan perjanjian ini. Jika diesahkan, maka RUU ini akan menjadi instrumen yang membolehkan Presiden Amerika Serikat mengajukan permufakatan-permufakatan perdagangan kepada Kongres negara ini pada saat para legislator dari lembaga bikameral ini hanya bisa mengesahkan atau menolaknya saja jadi sama sekali tidak punya hak merevisinya. RUU ini dianggap sebagai satu syarat utama bagi Presiden Barack Obama untuk mendapat hak penuh dalam menjalankan perundingan-perundingan TPP dengan 11 negara mitra guna membentuk satu zona perdagangan bebas yang mencapai 30% total nilai perdagangan dan 40% volume ekonomi global.

Akan tetapi, dalam pemungutan suara di Parlemen pada 12 Juni ini, tanpa memperdulikan upaya keras dari Presiden Barack Obama yang datang sampai di tempat ini untuk melakukan penggerakan, TAA tetap ditolak. Pada saat hampir semua legislator dari Partai Republik menyambut baik TPP, tapi sebagian besar legislator dari Partai Demokrat mencemaskan bahwa TPP hanya memberikan kepentingan kepada perusahaan-perusahaan multi-nasional saja, sedangkan pekerja domestik akan kehilangan lapangan kerja karena perusahaan-perusahaan Amerika Serikat akan mencari tenaga kerja asing yang murah. Ditambah lagi, rekomendasi tentang pemangkasan uang asuransi kesehatan sebesar 700 juta dolar Amerika Serikat dari pos keuangan negara sebesar 2,6 miliar dolar Amerika Serikat untuk kaum lansia guna membantu program TAA dari Presiden Barack Obama juga ditentang keras oleh para legislator Partai Demokrat. Pada saat itu, pemimpin golongan minoritas di Parlemen, Nancy Pelosi bahkan terang-terangan menyatakan memberikan suara kontra terhadap TAA untuk mencegah hak perundingan cepat. Dalam suratnya kepada para legislator setelah pemungutan suara tersebut, ibu Nancy Pelosi mendesak para legislator Partai Republik dan Partai Demokrat supaya berkoordinasi menyusun satu RUU perdagangan baru, diantaranya ada pasal-pasal yang lebih kuat lagi untuk membela hak dan kepentingan pekerja Amerika Serikat dan lingkungan hidup.


Kuncinya ialah kepentingan kaum pekerja

Dengan demikian, bagaimana nasib TPA harus menunggu sampai tanggal 30 Juli mendatang. Kita hanya tahu bahwa usaha mencapai TPA pasti akan menjadi satu perang yang sengit bagi Gedung Putih. Kegagalan di Parlemen Amerika Serikat baru-baru ini menunjukkan bahwa Presiden Barack Obama akan harus menghadapi banyak kesulitan karena tidak sampai 18 bulan lagi dia akan mengakhiri masa baktinya yang ke-2. Bersamaan itu, hasil ini juga menunjukkan perpecahan yang mendalam dalam internal Partai Republik. Alasan mengapa para legislator dengan tegas membela kepentingan pekerja domestik ialah hubungan yang erat mereka dengan semua organisasi serikat buruh Amerika Serikat. Mereka tidak ingin kehilangan kesempatan terpilih kembali pada masa bakti mendatang. Seorang legislator Partai Demokrat telah terus-terang menyatakan bahwa masa bakti Presiden Barack Obama hanya tinggal 18 bulan lagi saja, sementara itu semua serikat buruh yang pernah mendukung Partai Demokrat selama bertahun-tahun ini akan tetap beraktivitas dalam waktu bertahun-tahun lagi. Tentangan yang keras dari berbagai organisasi serikat buruh sedikit-dikitnya juga merupakan ancaman terhadap kemungkinan terpilih kembali dari setiap legislator Partai Demokrat yang memberikan suara dukungan kepada TPP.

Menurut para analis, menolak memberikan wewenang melakukan perundingan cepat akan membuat Pemerintah pimpinan Presiden Barack Obama tambah sulit untuk mencapai TPP, yang sudah terlambat beberapa tahun terbanding dengan jadwalnya. TPA mempunyai makna teramat penting bagi proses perundingan tentang TPP karena perundingan-perundingan tentang satu perjanjian perdagangan bebas yang komprehensif dan berpatokan tinggi seperti TPP memang telah berlangsung secara amat rumit dan tercapainya kebulatan pendapat antara 12 negara anggota dalam semua masalah merupakan hal yang amat sulit. Pada akhir Mei lalu, Konferensi Tingkat Menteri tentang TPP yang berencana mengadakan sesi perbahasan terakhir, tapi telah batal karena Jepang dan Cile menyatakan tidak bisa menyelesaikan perundingan TPP sampai saat RUU TPA diesahkan baik di Senat maupun di Parlemen Amerika Serikat. Pemerintah Jepang telah menyatakan secara jelas bahwa negara ini sulit memberikan konsesi-konsesi politik yang perlu untuk menanda-tangani TPP jika Kongres Amerika Serikat berhak merevisi permufakatan-permufakatan terakhir.


TPP akan menghadapi banyak kesulitan sebelum tercapai

Akan tetapi ini bukan akhir bagi TPA. Walaupun RUU TAA gagal, tapi paket RUU TPA tetap punya peluang karena dari sekarang sampai 30 Juli mendatang, Presiden Barack Obama punya tambahan waktu untuk meyakinkan para legislator Partai Demokrat. Walaupun sudah diharapkan sebagai satu pusaka ekonomi dari Presiden Barack Obama, tapi perundingan TPP mungkin akan diperpanjangkan lagi dengan berbagai kesulitan. Pada latar belakang Amerika Serikat ingin menegaskan kepemimpinannya di Asia terhadap satu Tiongkok yang sedang bangkit, Washington pasti harus menemukan satu suara bersama untuk tidak melewatkan kesempatan membawa TPP tercapaid./. 

Komentar

Yang lain