Panorama Timur Tengah pada tahun 2019: Berwarna Suram

(VOVWORLD) - Pada tahun 2019, panorama Timur Tengah terus diselubungi dengan warna-warna suram dari bentrokan, kekerasan dan krisis. Situasi seluruh kawasan masih disimpulkan potensial dengan bahaya-bahaya instabilitas yang sangat tinggi.
Panorama Timur Tengah pada tahun 2019: Berwarna Suram - ảnh 1Ilustrasi (Foto: KT VOV1) 

 

Krisis Suriah belum berakhir

Di Suriah - pusat perhatian opini umum selama bertahun-tahun ini, situasi bentrokan, kekerasan, perpecahan etnis dan perebutan pengaruh antara negara-negara masih berlangsung secara sangat rumit. Sampai akhir tahun 2019, wilayah negara Arab ini tetap berada dalam situasi “perpecahan” dengan keberadaan militer dari puluhan pasukan yang berbeda-beda, di antaranya ada kekuatan-kekuatan dari luar. Setelah operasi “Musim Semi Perdamaian” yang dicanangkan Turki terhadap Suriah Utara pada 9/10 yang lalu dan berlangsung selama dua pekan, situasi politik di Suriah telah mengalami perubahan yang signifikan. Amerika Serikat (AS) kehilangan posisinya, sementara itu Rusia meningkatkan pengaruhnya secara berarti, sedangkan Turki dan Suriah telah mencapai satu langkah kemajuan besar dalam perhitungan-perhitungan mereka.

Akan tetapi, hal yang paling ditunggu-tunggu opini umum ialah perdamaian dan kestabilan untuk warga Suriah, masih belum bisa ditegakkan. Pada saat Anda sekalian mendengarkan ulasan ini, situasi perang sedang berlangsung secara sengit di Idlib Selatan, kawasan Daraa, Damaskus dan sebagainya. Selama setahun ini, situasi kekerasan dan pertempuran tetap secara permanen berlangsung di banyak kawasan di wilayah Suriah dengan partisipasi dari berbagai pasukan asing, tentara dan kaum pembangkang Suriah, organisasi-organisasi teroris dan ekstrimis, sehingga merampas jiwa ribuan orang yang tak berdosa.

 

Bentrokan Palestina – Israel menunggu-nunggu untuk meledak

Satu warna suram lainnya dalam panorama tentang perdamaian Timur Tengah pada tahun 2019 yang tidak bisa tidak disebutkan ialah bentrokan yang sudah berlangsung berlarut-larut antara Palestina dan Israel selama beberapa dekade ini. Dengan tindakan Pemerintah AS yang secara terus-menerus melakukan langkah-langkah yang bersifat mengorek lebih dalam lagi konfrontasi antara dua pihak seperti mengakui Yerussalem sebagai Ibukota Israel dan memindahkan Kedutaan Besar AS ke sana, menyatakan mendukung Pemerintah Israel dalam masalah membangun gugus-gugus pemukiman penduduk Yahudi di wilayah-wilayah Palestina yang diduduki Israel. Semua tindakan ini telah membuat ketegangan di Palestina meningkat selama setahun ini. Tembak-menemmbak lintas batas antara para militan Palestina di Jalur Gaza dan tentara Israel berlangsung secara permanen, sehingga terbentuklah suasana peperangan, dan kematian yang selalu menunggu-nunggu untuk meledak dan menghancurkan segala-galanya.

Opini umum di kawasan dan dunia telah menyatakan kecemasan atas kemacetan dalam proses perundingan perdamaian Timur Tengah, sudah berkali-kali mengimbau kepada para pihak supaya mengekang kekerasan, menghindari langkah-langkah yang turut meningkatkan ketegangan dan berupaya bertindak untuk menyelematkan perundingan-perundingan.

 

Ketegangan meningkat di Selat Hormuz, bahaya terjadinya perang yang mendekat

Akan merupakan kekurangan besar kalau tidak menyebutkan tahapan meledaknya ketegangan yang sangat serius di Selat Hormuz selama setahun ini. AS dan Iran telah berdiri di jurang bentrokan yang sungguh-sungguh. Washington menggelarkan kelompok kapal induk Abraham Lincoln ke Teluk pada bulan Mei, sedangkan Teheran menembak jatuh pesawat tanpa pilot senilai 200 juta USD milik Angkatan Laut AS pada pertengahan bulan Juni. Presiden Donald Trump bahkan telah memerintahkan melakukan serangan udara terhadap Iran, tetapi dibatalkan pada saat-saat terakhir. Setelah itu, Iran juga menangkap serentetan kapal tanker asing di Selat Hormuz dengan tuduhan-tuduhan yang berbeda-beda.

Ketegangan di Selat Hormuz mencerminkan konfrontasi geo-strategis yang sengit di Teluk antara pasukan-pasukan internasional dan regional. AS dan sekutu yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab sudah berkali-kali menuduh Iran memperebutkan pengaruh melalui pasukan-pasukan mandataris di Yaman, Suriah, dan Irak. Sebaliknya, Teheran menganggap bahwa Washington mengancam perdamaian di kawasan ketika menggelarkan kapal induk, pesawat tempur dan banyak senjata militer ke Teluk. Baru-baru ini, Iran menyatakan akan melakukan langkah ke-5 untuk mempersempit komitmen mereka dalam permufakatan nuklir yang sudah ditandatangani antara Teheran dengan 6 negara adi kuasa pada tahun 2015, jika negara-negara Eropa peserta permufakatan ini tidak melakukan langkah-langkah praksis untuk mempertahankan permufakatan ini. Hal ini menunjukkan bahwa ketegangan masih belum bisa cepat berakhir.

 

Titik-titik cerah yang langka

Untungnya, dalam panorama kawasan Timur Tengah selama setahun ini, yang menyelingi warna-warna suram, masih ada titik-titik cerah meski sedikit. Pertama-tama harus menyebutkan turunnya suhu yang berarti  dalam krisis diplomatik antara 4 negara Arab, yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir dengan Qatar yang mulai meledak pada Juni 2017. Pada awal Desember ini, Arab Saudi mengirim surat undangan kepada Raja Qatar untuk menghadiri konferensi ke-40 Dewan Kerjasama Teluk (GCC) yang berlangsung di Riyadh pada 10/12. Sampai dengan tanggal 15/12, Menteri Luar Negeri Qatar, Mohammed Bin Abdulrahman al-Thani menyatakan bahwa jalan buntu yang berkepanjangan dengan Arab Saudi sudah berakhir.

Di samping itu, perang menentang Organisasi teroris Islam yang menamakan diri sebagai Negara Islam (IS) telah mencapai banyak prestasi di Suriah dan Irak. Wilayah aktivitas IS semakin dipersempit dan Pemimpin Tertinggi IS, Abu Bakr al-Baghdadi telah dibasmi oleh pasukan khusus AS di Suriah bagian barat laut pada 26/10 yang lalu.

Tetapi, lebih dari pada semuanya, di tengah-tengah pusat-pusat krisis dan bentrokan, aspirasi dan upaya menegakkan perdamaian tetap ada, tetap mendapat perhatian dan dukungan kuat dari komunitas internasional. Itu sungguh-sungguh merupakan ciri-ciri baru dan sangat positif dalam panorama situasi Timur Tengah yang penuh dengan asap api dan kekerasan selama tahun ini.

Komentar

Yang lain