Rusia, Uni Eropa dan Amerika Serikat perlu mengarah ke dialog dalam krisis di Ukraina

(VOVworld) – Pada saat semua instabilitas di Ukraina belum menunjukkan indikasi turun suhu, dunia  menyaksikan lagi ledakan kontradiksi yang dianggap paling besar antara Rusia dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat Serikat (AS), Rusia mengirim pasukan-nya ke Republik Otonomi Krimea, termasuk Ukraina untuk membela warga negara Rusia. Perkembangan di gelanggang politik tersebut selama beberapa hari ini sedang mengorek lebih dalam hubungan yang memang “tidak begitu baik" antara Rusia dengan Barat sejak Perang Dingin .   


Rusia, Uni Eropa dan Amerika Serikat  perlu mengarah ke dialog dalam krisis di Ukraina - ảnh 1
Situasi Ukraina mungkin tidak menuju ke instabilitas 
jika  negara ini tidak cukup anggaran keuangan
atau perekonomian negara ini lebih kuat 
(Foto: Getty)


         Pertemuan-pertemuan darurat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Organisasi Traktat Atlantik Utara (NATO), Uni Eropa yang diadakan diadakan secara bertubi-tubi; pembicaraan- pembicaraan per telepon yang memakan banyak waktu antara para kepala negara Barat dengan Presiden Federasi Rusia, Vladimir Putin yang disertai  dengan peringatan- peringatan  diajukan berbagai fihak.

Barat mengumumkan serentetan sanksi

Wakil senior Uni Eropa, urusan keamanan dan kebijakan hubungan luar negeri Catherine Ashton memberitahukan bahwa Uni Eropa sedang meninjau kembali sanksi-sanksi terhadap para tokoh yang bersangkutan melalui penghentian hubungan atau tidak memberikan visa di dalam Uni Eropa. Menteri Luar Negeri Jerman, Frank Walter Steinmeier menyatakan bahwa kalau Rusia tidak cepat mengambil gerak – gerik yang terpercaya, maka akan menderita akibat dalam hubungan dengan Eropa. Semua akibat yang disindirkan di sini yalah perundingan tentang pelonggaran visa untuk warga negara Rusia dan Traktat Kemitraan dan Kerjasama antara Rusia dengan Uni Eropa, bahkan termasuk blokade terhadap harta benda para pejabat Rusia.

Dalam pembicaraan per telepon selama 90 menit dengan Presiden Rusia, Vladimir  Putin, Presiden AS, Barack Obama juga memperingatkan bahwa penolakan Moskwa tentang menarik semua angkatan bersenjata ke pangkalan-nya di Krimea “akan memberikan pengaruh  buruk terhadap nama Rusia di gelanggang internasional” dan “tentunya Rusia akan terkena isolasi politik dan ekonomi yang lebih mendalam lagi”.

Setelah ada peringatan itu, Washington telah menyatakan menghentikan semua perundingan tentang perdagangan dan investasi dengan Moskwa. Pentagon juga mengumumkan bahwa AS menghentikan semua kerjasama militer dengan Rusia yang bersangkutan dengan krisis di Ukraina, diantaranya ada semua latihan perang dan  kunjungan- kunjungan ke pelabuhan.

Tentang perdagangan, AS, Kanada, Inggeris dan Perancis bersama-sama menyatakan akan  menghentikan proses partisipasi-nya untuk menyiapkan Pertemuan Puncak “
G-8” di Sochi (Rusia) pada bulan Juni mendatang.Sementara itu, pada pihak NATO,  Sekretaris Jenderal NATO, Fogh Rasmussen mengatakan bahwa  semua perkembangan dalam dan di sekitar  Ukraina  ada bahaya  mengancam semua negara anggota NATO yang berbatasan dengan Ukraina dan bisa mengancam keamanan  dan kestabilan di kawasan Eropa-Atlantik.

Reaksi keras  dari pihak Rusia.

Dalam menghadapi semua perkembangan tersebut, Presiden Rusia, Vladimir Putin menjelaskan pendirian-nya bahwa jika mengerahkan prajurit ke Krimea, tidak bisa lain bertujuan membela para warga negara Rusia yang sedang terancam tentang jiwanya dalam menghadapi bahaya yang bisa timbul oleh para anasir nasionalis yang provokatif di Ukraina. Menurut hemat Presiden Vladimir Putin, semua gerak-gerik Rusia terhadap Ukraina sampai sekarang adalah cocok, dengan tujuan menstabilkan situasi menurut arah damai.

Rusia juga beranggapan bahwa kecaman NATO tentang tindakan-tindakan negara ini di Krimea akan tidak membantu menstabilkansituasi di Ukraina setelah NATO mengatakan bahwa Moskwa telah mengancam perdamaian dan keamanan di Eropa. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengecam keras ancaman-ancaman “
memberikan sanksi  dan boikot” yang dikeluarkan Barat karena peranan Rusia  dalam  krisis  yang sedang mengalami eskalasi di Ukraina.

Hal yang penting ialah memerlukan dialog antar-pihak terkait
.

Meskipun mengeluarkan peringatan-peringatan kepada Rusia, tapi pada kenyataannya banyak negara Barat tidak begitu berharap pada hasil-guna dari langkah-langkah ini. Ketua Subkomisi Eropa dari Komisi Hubungan Luar Negeri Senat Amerika Serikat, Senator Chris Murphy mengatakan  bahwa pengenaan sanksi sepihak oleh Amerika Serikat akan sedikit mencapai hasil guna jika tidak melakukan koordinasi dengan tindakan-tindakan dari Eropa. 
Mantan Menteri Pertahanan AS, Robert Gates merekomendasikan kepada Presiden Barack Obama supaya mempertimbangkan secara teliti semua reaksi terhadap Rusia, Menurut dia, Presiden Barack Obama akan menjumpai banyak kesulitan kalau para sekutunya di Eropa “mengeluarkan suara besar”, akan tetapi tidak bertindak keras. Senator AS, John McCain mengakui bahwa ancaman memboikot Pertemuan Puncak G-8 yang diselenggarakan di Rusia benar-benar lucu, tidak cukup punya daya tangkal. Jerman juga menolak menyingkirkan Rusia dari G-8 dan menyerukan kepada semua negara anggota lain supaya mempertimbangkan kembali masalah ini. 

Selain itu, kemungkinan AS bisa mengenakan sanksi terhadap bank, memblokir keuangan Rusia seperti yang pernah dilakukan terhadap Iran menjadi masalah yang sulit bisa terjadi, karena kalau berbuat seperti itu, justru Eropa akan menjadi fihak pertama yang menentang, karena mereka punya banyak hubungan ekonomi dekat dengan Rusia. Menteri Luar Negeri Lukxemburg, Jean Asselborn memberitahukan bahwa 25% pasokan energi kepada Eropa adalah dari Rusia dan hubungan ekonomi antara Rusia dengan Uni Eropa sekarang terlalu erat. Washington juga tidak bisa melewatkan Rusia dalam memecahkan masalah Suriah atau dokumen nuklir Iran, karena peranan yang tidak kecil dan tidak kurang penting Rusia dalam banyak masalah internasional.

Menurut para pengamat internasional, krisis di Krimea sudah pasti akan menjadi “ketidak-akuran” besar dalam hubungan antara Rusia dengan Barat sejak Perang Dingin. Akan tetapi, dalam mengatasi ketidak-akuran ini barang kali bukan mengajukan sanksi-sanksi dari fihak manapun, tapi penggantinya yalah dialog yang terbuka dan tulus./.

Komentar

Yang lain