Tahun 2023: Tahun Kemerosotan Perdagangan Global”

(VOVWORLD) - Tekanan inflasi dan suku bunga tinggi, pemulihan yang lambat dari banyak perekonomian besar, ditambah instabilitas politik dan utang publik tinggi dari banyak negara mengakibatkan kemerosotan perdagangan global. Menurut para pakar, kesulitan-kesulitan ini belum berhenti dalam jangka pendek, tetapi perdagangan global pada tahun depan tetap diharapkan.

Dalam laporan dengan judul “Mengupdate perdagangan global” yang diumumkan pada tanggal 11 Desember, Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) memprakirakan nilai perdagangan global tahun ini mencapai sekitar 30,7 triliun USD, turun dibandingkan dengan taraf 32,2 triliun USD pada tahun lalu. Khusus perdagangan komoditas turun hampir 2 triliun USD atau 8%.

Tahun 2023: Tahun Kemerosotan Perdagangan Global” - ảnh 1Kapal kargo di gudang container di Uiwang, Seoul, Republik Korea (Foto: Yonhap / VNA)

Banyak Faktor Instabilitas

UNCTAD menilai bahwa perdagangan global mengalami kemerosotan sebagian karena ekspor dari perekonomian-perekonomian maju di Asia Timur yang kurang efektif, sebagian lagi karena terkena dampak dari kemerosotan kebutuhan di negara-negara maju. Di samping itu, pada tahun ini, harga banyak jenis komoditas telah turun setelah naik tinggi karena dampaknya inflasi pada tahun lalu.  Turunya harga komoditas merupakan sebab yang mengakibatkan kemerosotan nilai perdagangan komoditas global, sementara itu nilai perdagangan jasa pada tahun ini diprakirakan meningkat 500 miliar USD dibandingkan dengan tahun lalu, atau meningkat sekitar 7%. 

Hal yang patut mengkhawatirkan ialah seperti peringatan UNCTAD, negara-negara yang berhubungan akrab sedang cenderung lebih banyak melakukan transaksi dagang satu sama lain, sementara itu, negara-negara kurang akrab cenderung menurunkan transaksi dagang bilateral. Kepala ekonom WTO, Ralph Ossa menilai:

“Sementara perdagangan global masih berkembang kuat dengan berbagai cara, ketegangan dagang juga meningkat dan sudah ada beberapa indikasi perpecahan. Namun, data-data juga tidak mendukung pendapat tentang deglobalisasi. Namun ada perpecahan, tetapi belum ada bukti tentang satu tren deglobalisasi yang luas”.

Prospek yang tidak stabil untuk jangka pendek

Tentang prospek tahun depan, UNCTAD beranggapan bahwa risiko-risiko terkait ketegangan geopolitik global seperti: konflik di Ukraina, konflik Hamas-Israel di Jalur Gaza, meningkatnya kebijakan-kebijakan proteksionisme serta persentase utang publik yang naik tinggi di banyak negara akan terus menjadi faktor-faktor yang berdampak terhadap arus perdagangan global, membuat panorama perdagangan global pada pokoknya tidak stabil untuk jangka pendek dan jangka menengah. 

Tahun 2023: Tahun Kemerosotan Perdagangan Global” - ảnh 2Ibu Ngozi Okonjo-Iweala, Direktur Jenderal WTO (Foto: AFP)

Dengan penilaian yang sesama UNCTAD tentang risiko pada tahun depan, tetapi WTO menilai bahwa perdagangan global tetap tumbuh, di antaranya kuantitas perdagangan komoditas bisa meningkat 3,3% pada tahun depan. Menurut Ibu Ngozi Okonjo-Iweala, Direktur Jenderal WTO, masalah kunci perdagangan global sekarang ialah harus "memwujudkan kembali" globalisasi menurut arah yang inklusif dan lebih berkelanjutan, agar negara-negara berkembang dengan sungguh-sungguh menikmati kepentingan dari perdagangan global, bersamaan dengan itu akan memberikan kontribusi penting dalam menangani tantangan-tantangan global:

Kami menginginkan globalisasi yang termasuk orang-orang yang terbelakang, satu globalisasi yang lebih inklusif. Akan ada pergeseran  rantai pasokan, tetapi kita perlu menciptakan kesinambungan perdagangan global dengan memasukkan negara-negara yang dulu dikesampingkan ke dalam rantai-rantai nilai global. Dunia mengalami terlalu banyak masalah yang harus diselesaikan dan perdagangan global perlu menjadi sebagian dari solusi”. 

Berdasarkan pada titik-titik cerah pada tahun ini, juga ada banyak ekonom beranggapan bahwa meskipun risiko perpecahan muncul, tetapi tren mendominasi perdagangan dunia sekarang ini tetaplah mendorong kerja sama, memperkuat penandatanganan perjanjian-perjanjian perdagangan bebas (FTA), bahkan di antara perekonomian-perekonomian yang dulu kurang konektivitas. Beberapa contoh tipikal ialah Amerika Serikat dan negara-negara Afrika pada tahun ini telah menyelesaikan 547 kesepakatan perdagangan dan investasi senilai 14,2 miliar USD, meningkat 67% dibandingkan dengan tahun lalu, atau Pasar Bersama Amerika Selatan (Mercosur) menandatangani FTA dengan Singapura dan sedang mendorong negosiasi FTA dengan Republik Korea dan Indonesia.

Komentar

Yang lain