Adat meminta maaf dari warga etnis minoritas Xo Dang

(VOVWORLD) - Dalam kehidupan sehari-hari, sulit menghindari kesalah-pemahaman dan percekcokan, oleh karena itu sudah sejak lama,  warga etnis minoritas Xo Dang mempunyai adat meminta maaf untuk mengatasi kontradiksi antarperseorangan, keluarga dan dukuh. 

 

Adat  meminta maaf dari  warga etnis minoritas Xo Dang - ảnh 1Adat meminta maaf dari warga etnis Xo Dang. (Foto: vov4) 

Ada hal yang khusus yalah minta maaf selalu dilakukan pada pagi berikut-nya. Masalahnya besar atau kecil, semua-nya kalau dilakukan pada saat ini, maka semua kontradiksi akan bisa diselesaikan.

Bapak A Djoa, di dukuh 3, kecamatan Tan Canh, kabupaten Dak To, propinsi Kon Tum, memberitahukan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, warga etnis Xo Dang selalu melakukan pertemuan dan temu pergaulan satu sama lain pada waktu beristirahat di rumah, ketika pergi ke huma, pergi ke hutan atau pada saat sedikit mabuk setelah hari kerja yang meletihkan…

Dalam kehidupan, warga tidak bisa menghindari cekcok, atau hanya dalam sesaat saja, kalau tidak bisa mengekang diri, secara tidak sengaja saling melukai hati…Ketika malam tiba, mereka memahami bahwa kemarin, kata dan tindakan-nya telah berpengaruh terhadap teman, tetangga dan lain-lain….Bapak A Djoa, mengatakan: “Menurut adat dari etnis kami, minta maaf sangat penting, kalau tidak sengaja mengumpat orang lain, harus tahu meminta maaf kepada mereka. Kalau tidak meminta maaf, orang lain akan tidak berfikir baik tentang kita, karena telah melemparkan kata-kata yang melanggar perasaan mereka”.

Menurut adat dari warga etnis Xo Dang, minta maaf harus dilakukan pada pagi-pagi benar dengan ditengahi oleh sesepuh dukuh barulah bisa berhasil. Ibu Y Ui, di dukuh Tea Dje Kram, kecamatan Dak Ronga, kabupaten Dak To, propinsi Kon Tum memberitahukan: "Menurut adat tradisional, kalau dalam dukuh terjadi hal yang tidak baik, mereka harus memninta maaf pada dini pagi. Mereka membawa ayam panggang untuk melakukan upacara ritual, setelah itu mulai meminta maaf kepada orang lain, bahkan mereka membawa miras Can tradisional dan seekor ayam untuk meminta maaf…Penegahnya adalah seorang sesepuh dukuh, mempunyai peran menganalisis kesalahan kedua fihak, fihak yang salah akan disuruh meminta maaf, bahkan memberikan sanksi.. Fihak yang melakukan kesalahan harus berjanji tidak melakukan-nya lagi..”.

Ketika menjelaskan adat  meminta maaf pada pagi hari dari warga etnis Xo Dang,  bapak A Luo, sesepuh dukuh Kom Pau, di dukuh Kon Wang, kecamatan Ea Yiêng, kabupaten Krong Pach, propinsi Dak Lak menganggap bahwa waktu pagi merupakan waktu yang paling mempunyai arti  untuk menengali masalah. Waktu itu udara masih segar, bersih dan tenang. Ke-dua yalah pada pagi hari fikiran manusia masih bijaksana, kata-kata-nya tulus. Ke-tiga yalah melalui dua soal tersebut, para dewa barulah setuju menyaksikan dan memberikan hal-hal yang baik kepada kedua fihak, menghindari kontradiksi atau bentrokan besar yang mungkin terjadi.

Dengan arti yang “suci” itu, meminta maaf pada pagi hari selalu berhasil, menghapuskan perselisihan antarperseorangan dan menambah keterkaitan dalam komunitas warga etnis Xo Dang.

Sekarang ini, meskipun kehidupan mengalami banyak perubahan, tapi warga etnis Xo Dang tetap masih bisa mempertahankan adat meminta maaf pada pagi hari. Bapak A Thin, warga dukuh Tea Roxa, kecamatan Dak Tram, kabupaten Dak To, propinsi Kon Tum, menganggap bahwa adat meminta maaf ini merupakan peringatan, tidak ada orang yang sempurna, kalau telah secara tidak sengaja melakukan kesalahan, harus sepenuh hati bertobat untuk mengarah ke hal-hal yang lebih baik.

Dalam adat meminta maaf dari warga etnis Xo Dang,  hanya ada penyesalan yang tulus hati baru bisa diakui komunitas. Tahu menerima kesalahan, bertobat, menarik pengalaman untuk tidak melanggar kesalahan lagi dan tahu memberikan ampun untuk saling membantu bersama-sama maju, itu merupakan ciri-ciri indah dalam budaya berperilaku dari komunitas warga etnis Xo Dang di daerah dataran tinggi Tay Nguyen.

Komentar

Yang lain