(VOVworld) – Terhitung sampai bulan Maret 2013, Malaysia punya areal landasan hijau kira-kira 4,6 juta meter persegi. Ini adalah hasil yang telah dicapai oleh para arsitek dan investor Malaysia dalam memperbaiki dan membangun bangunan-bangunan yang akrab lingkungan hidup untuk menuju ke penghematan energi dan air serta pengurangan limbah.
Seperti halnya dengan negara-negara maju, semua kota dan zona perkotaan Malaysia semakin diperluas untuk memenuhi kebutuhan rakyat tentang infrastruktur. Namun, proses ini juga membuat jumlah limbah meningkat. Menurut statistik, Malaysia menduduki posisi ke-66 tentang indeks perkembangan manusia pada tahun 2009 dan posisi ke-54 tentang indeks hasil-guna lingkungan hidup pada 2010, turun 28 tingkat terbanding dengan tahun 2008. Hal ini menunjukkan: Perekonomian dan kualitas hidup dari rakyat Malaysia meningkat, tapi perubahan lingkungan hidup juga tidak sedikit, bersamaan itu menghadapi satu masalah tentang keseimbangan antara perkembangan ekonomi dan penjagaan lingkungan hidup di Malaysia. Oleh karena itu, para arsitek di negara ini telah dan sedang berfokus memperbaiki dan membangun rumah-rumah yang berkesinambungan untuk turut memecahkan masalah ini. Arsitek Goh Kai Chen, di Universitas Tun Hus-sein On Malaysia memberitahukan: “Saban tahun, Malaysia punya ribuan ton zat limbah dalam kehidupan, zat limbah ini pada pokoknya bertolak dari rumah-rumah. Selain itu, semua rumah ini juga menelan sejumlah besar energi dan air. Oleh karena itu, kami menuju ke pembaungan rumah-rumah yang berkesinambungan. Rumah-rumah ini juga turut menjaga lingkungan hidup di Malaysia”.
Dengan tujuan menstandarkan konsep tentang pembangunan yang berkesinambungan, indeks pembangunan hijau (Green Building Index) telah diterapkan pada tahun 2009. Indeks ini berdasarkan pada 6 kriterium yaitu penghematan energi, air, kualitas lingkungan dalam rumah, perancangan dan pengelolaan yang berkesinambungan, penggunaan bahan mentah yang akrab lingkungan, sesuai dengan sumber daya alam dan sifat perbaikan. Rumah-rumah hijau ini akan meminimalkan pengaruh proses pembangunan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup melalui memilih tempat, perancangan, pembangunan, pengoperasian, penjagaan dan penghapusan rumah-rumah yang tidak akrab lingkungan hidup. Setelah kira-kira 4 tahun pelaksanaan, ada lebih dari 400 proyek yang dikeluarkan, di antaranya ada 125 proyek yang mendapat surat pengakuan sebagai rumah hijau. Proyek-proyek ini turut mengurangi lebih dari 200 000 ton gas limbah per tahun di Malaysia. Untuk menjamin keakraban lingkungan hidup, bersamaan itu mendorong para investor terus melakukan perbaikan, rumah-rumah ini diklasifikasi menjadi 4 tingkat, berdasarkan pada indeks pembangunan hijau dan mendapat penilaian kembali tiga tahun sekali.
Meskipun telah mencapai hasil-hasil yang menggembirakan, pengembangan cabang pembangunan hijau di Malaysia masih menghadapi banyak tantangan. Arsitek Goh Kai Chen, dari Universitas Tun Hus-sein Malaysia memberitahukan: Kerena kekurangan pengalaman dan teknologi, maka penerapan pembangunan yang berkesinambungan sedikit muncul dalam semua perancangan. Dia juga memberitahukan: “Konsep tentang pembangunan yang berkesinambungan masih cukup baru di Malaysia. Banyak warga tetap belum memahami makna penting dalam pembangunan yang berkaitan dengan penjagaan lingkungan hidup. Selain itu, ongkos pembangunan satu rumah yang berkesinambungan biasanya lebih tinggi sebanyak 40% terbanding dengan pembangunan yang biasa, pada saat ongkos-ongkos yang akan dihemat adalah masalah kemudian hari. Para investor dengan perhatiannya yang terutama ialah keuntungunan dan waktu pengembalian modal tidak begitu tertarik denan pembangunan yang berkesinambungan”.
Bersamaaan dengan kecenderungan pembangunan yang berkesinambungan di dunia, Malaysia sedang menuju ke langkah-langkah permulaan. Semua bangunan yang akrab lingkungan hidup sedang turut menciptakan satu ruang hijau di Malaysia./.