Kebebasan berkepercayaan dan beragama di Vietnam tidak bisa diingkari

  (VOVworld) – Kaum penganut agama di Vietnam, semuanya bisa bebas mengamalkan agama, melakukan berbagai ritual agama dalam kerangka hukum. Di negara ini tidak pernah ada diskriminasi terhadap orang-orang yang memunyai kepercayaan beragama. Namun begitu, tetap ada orang yang mengatakan di Vietnam tidak ada kebebasan beragama. Mereka mengelirukan antara orang yang menyalah-gunakan agama untuk melanggar hukum dengan “hak kebebasan beragama” atau dengan sengaja memutarbalikkan kebebasan beragama di Vietnam.

Kebebasan berkepercayaan dan  beragama di Vietnam tidak bisa diingkari - ảnh 1
Pagoda Quan Su.(Ilustrasi).
(Foto:vinhnghiemvn.com)

          Statistik terbaru memperlihatkan bahwa ada 95 persen penduduk Vietnam mempunyai kehidupan berkepercayaan, diantara-nya ada lebih dari 24 juta orang, menduduki kira-kira seperempat jumlah penduduk yang adalah penganut berbagai agama di Vietnam. Di seluruh negeri, ada kira-kira 25 000 tempat ibadah dan 45 sekolah pendidikan pemuka agama. Semua angka ini menjelaskan bahwa pada kenyataan-nya, Vietnam adalah negara multi agama dan kepercayaan.

Penilaian-penilaian terbaru tentang kebebasan berkepercayaan dan kebebasan beragama di Vietnam.

Bahkan Amerika Serikat, negara yang selalu mengajukan penilaian yang kurang beriktikat baik tentang situasi kebebasan beragama di Vietnam dalam Laporan tahunan tentang kebebasan beragama di seluruh dunia pada tahun 2013 yang diumumkan oleh Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, pada 31 Juli 2014 juga menegaskan bahwa Undang-Undang Dasar dan semua undang-undang dan kebijakan lain di Vietnam mengajukan ketentuan-ketentuan jelas tentang hak kebebasan beragama. Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat juga memberitahukan bahwa Pemerintah Vietnam telah semakin banyak memberikan surat izin mendaftarkan organisasi agama. Vietnam juga semakin menciptakan syarat yang kondusif bagi organisasi- organisasi untuk memperluas aktivitas amal, menyelenggarakan ritual-ritual agama yang berskala besar dengan dihadiri oleh kira-kira 100 000 orang. Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat juga menegaskan bahwa para pejabat Amerika Serikat selalu melakukan pertemuan dan kontak dengan para pemuka agama, bersamaan itu melakukan dialog-dialog tentang kebebasan berkepercayaan dengan banyak pemimpin Vietnam.

Juga pada 31 Juli 2014, dalam komunike pers setelah mengakhiri kunjungan-nya di Vietnam dari 21-23 Juli 2014, Pelapor khusus urusan agama dan  kepercayaan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Heiner Bielefeldt telah menekankan kenyataan bahwa syarat-syarat untuk menjalankan aktivitas kebebasan beragama di Vietnam telah menjadi baik. Dia memberitahukan bahwa wakil berbagai komunitas agama di Vietnam mengakui bahwa mereka mempunyai lebih banyak ruang untuk lebih menjalankan aktivitas agama dari pada masa lampau.

Kebebasan berkepercayaan dan kebebasan beragama di Vietnam telah ditegaskan

Pada kenyataannya, aktivitas-aktivitas mengamalkan agama di Vietnam berlangsung secara bergelora yang dikaitkan dengan kehidupan  aktivitas masyarakat. Saban tahun, ada kira-kira 8 500 pesta agama dan kepercayaan diselenggarakan. Aktivitas pendidikan dan penataran untuk para pemuka dan biarawan dipertahankan dan diperluas. Banyak pemuka agama dan biarawan Vietnam dikirim ke Amerika Serikat, Perancis, Italia dan India untuk mendapat pendidikan. Wakil kalangan pemuka agama Vietnam telah berpartisipasi pada dialog agama, kepercayaan, temu pergaulan dan pertukaran ajaran agama dan undang-undang tentang agama di berbagai forum besar, misalnya Forum Kerjasama Asia-Eropa (ASEM), Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) dan lain-lain. Vietnam juga menyelenggarakan dengan sukses Mega Upacara Weisak  PBB pada tahun 2008, 2014 dan Konferensi Tingkat Tinggi Agama Buddha Dunia pada tahun 2010 dan lain- lain….

Vietnam juga mempunyai hubungan baik dengan Takhta Suci Vatikan sejak tahun 1989. Karena hubungan baik ini, Takhta Suci Vatikan telah mengirim wakil tidak tetap di Vietnam pada tahun 1911 dan sampai sekarang Utusan Khusus  tidak tetap  Takhta Suci Vatikan telah 20 kali melakukan kunjungan di 60 diantara 63 provinsi dan kota di Vietnam. Jika Vietnam membatasi agama, melanggar kebebasan berkepercayaan dan beragama, apakah semua organisasi agama bisa menetapkan posisi, bisa berkembang secara stabil dan agama-agama di Vietnam bisa melakukan integrasi global seperti sekarang ?

Suara-suara yang menyimbang sendirian dan memutarbalikkan .

Vietnam menjamin hak kebebasan berkepercayaan dan beragama bagi semua warga negara. Hal ini merupakan kenyataan yang tidak bisa diingkari. Siapa yang mengatakan bahwa di Vietnam, kebebasan beragama hanya ada secara tertulis dan  tidak ada  dalam praktek adalah hal yang tidak berdasar. Juga tidak bisa mengatakan bahwa Vietnam melakukan diskriminasi terhadap orang-orang yang punya kepercayaan beragama. Itulah cara memandang yang berat sebelah, kurang obyektif dan kurang berkemauan baik terhadap masalah kepercayaan dan agama. Perlu dilihat secara jelas bahwa kebebasan beragama tidak bisa dikelirukan dengan beberapa orang yang menyalah-gunakan agama untuk melaksanakan pelanggaran  terhadap undang-undang.  Undang-undang di Vietnam dan di hampir semua negara di dunia semuanya ada ketentuan-ketentuan bahwa semua warga negara dari suatu negara semuanya sama derajat di depan  undang-undang. Jika melakukan kejahatan, maka meskipun warga negara yang adalah penganut atau bukan penganut agama semua-nya juga dikenai hukuman secara setara.

  Negara Vietnam selalu menjamin pelaksanaan hak kesetaraan dalam kebijakan kebebasan beragama  dengan tiga prinsip yang mendasar yaitu sama derajat tentang kepercayaan, sama derajat tentang kepentingan dan kewajiban (kewajiban agama dan kewajiban warga negara) dan sama derajat tentang undang-undang. Penjaminan  kebebasan berkepercayaan  dan beragama di Vietnam ditempatkan secara harmonis dengan faktor-faktor sejarah, kebudayaan dari bangsa, berkombinasi dengan usaha mempertahankan secara mantap keamanan nasional dan kedaulatan  bangsa. Politik konsekuen  dari Negara Vietnam ialah selalu  menghormati dan menciptakan syarat yang kondusif bagi semuua warga negara untuk melaksanakan hak kebebasan beragama dan berkepercayaan, menghargai keharmonisan antar-agama, menjamin kesama-derajatan, tidak melakukandiskriminasi karena alasan agama dan kepercayaan, melindungi aktivitas-aktivitas dari semua organisasi agama dengan undang-undang. Kenyataan yang jelas ini tidak bisa diputarbalikkan dan diingkari oleh siapa pun./. 


Komentar

Yang lain