Keputusan yang tepat waktu dari PM Theresa May

          (VOVworld) – Seruan Perdana Menteri (PM) Inggris, Theresa May untuk secara mendadak menyerukan melakukan pemilihan umum (pemilu) sebelum waktunya pada 8/6 mendatang, yaitu lebih dini tiga tahun terbanding dengan jadwal-nya dianggap sebagai langkah yang bijaksana pada latar belakang ada perpecahan di Parlemen yang sedang mengancam proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa (atau Brexit). Keputusan ini dikeluarkan ketika Theresa May yang baru memegang kekuasaan belum sampai 10 bulan menunjukkan kepercayaan diri pada kemenangan dalam pemilu mendatang dan tekat Perdana Menteri wanita Inggris dalam mempercepat proses Brexit. 

         Ibu Theresa May menunjukkan adanya perserisihan dan perbedaan pandangan dalam Parlemen Inggris mengenai masalah Brexit, sehingga posisinya menjadi lemah dalam melakukan perundingan dengan Uni Eropa sebagai salah satu di antara alasan-alasan utama untuk menyerukan pemilu dini. PM Inggris memberitahukan sudah sampai waktunya, Inggris perlu membangun Pemerintah baru sebelum resmi menggelarkan semua perundingan mengenai Brexit. Pemimpin ini menegaskan bahwa solusi tersebut merupakan cara satu-satunya untuk menjamin kestabilan politik untuk waktu bertahun-tahun mendatang ketika Inggris menggelarkan proses perundingan tentang keluarnya Inggris dari Uni Eropa.


 Keputusan yang tepat waktu dari PM Theresa May - ảnh 1
Perdana Menteri Inggris, Theresa May
(Foto : Getty)

Keputusan yang tepat waktu

       Keputusan melakukan pemilu dini dikeluarkan oleh PM Inggris pada saat Partai Konservatif yang dia pimpin diperkirakan akan mencapai kemenangan kalau pemilu diselenggarakan pada waktu ini. Semua jajak pendapat yang berlangsung selama berbulan-bulan ini menunjukkan bahwa Ibu Theresa May sedang mendapat dukungan yang tingginya mencapai rekor. Menurut dua jajak pendapat yang diadakan pada akhir pekan lalu, Partai Konservatif masih sedang memelopori Partai Buruh Oposisi dengan kesenjangan 21%. Satu jajak pendapat lain yang diadakan pekan lalu juga menunjukkan bahwa prosentasi dukungan terhadap  Ibu Theresa May juga lebih tinggi terbanding dengan pemimpin Partai Pekerja, Jeremy Corbyn dengan 37%. Sikap yang tidak jelas dari Jeremy Corbyn mengenai masalah Brexit merupakan penyebab utama yang membuat banyak pemilih yang pernah mendukung Partai Buruh tampaknya putus asa. Oleh karena itu, kalau pemilu diadakan lebih dini, maka Partai Konservatif akan mendapat banyak kesempatan menang dan akan tidak menimbulkan kesulitan terhadap Ibu Theresa May. Kalau faksi oposisi tidak menerima diadakannya pemilu, maka akan dianggap merintangi pelaksanaan keinginan para pemilih yang menginginkan Brexit.

Keputusan Ibu Theresa May untuk melakukan pemilu dini juga bertujuan meresmikan dia menjadi seorang PM yang pilihan rakyat. Pada kira-kira setahun lalu, Ibu Theresa May memegang kekuasaan ketika pendahulunya, David Cameron meletakkan jabatan setelah gagal dalam jajak pendapat mengenai Brexit pada Juni 2016, jadi bukan karena ada kartu suara pemilih. Oleh karena itu, meskipun adalah Kepala Pemerintah, tapi PM Theresa May selalu dikecam oleh para lawan politiknya bahwa dia tidak bisa mewakili Kerajaan Inggris, karena pemilih belum pernah memberikan suara untuk memilih dia. Satu pemilu dini membuat Ibu Theresa May bisa mencapai target ini, bersamaan itu melalui itu akan memperkokoh kekuasaan dan persatuan Tanah Air dalam masalah Brexit.

Pemilu ini juga berlangsung pada saat Partai Nasional Scotlandia (SNP) sedang menimbulkan tekanan untuk menuntut supaya menyelenggarakan referendum ke-2 di Scolandia tentang kemerdekaan dan keberpisahan dari Inggris dan Irlandia Utara. Hal ini bertentangan dengan pendirian PM Theresa May, oleh karena itu menurut kalangan peninjau, PM Theresa May juga menginginkan agar sehubungan dengan pemilu dini untuk mengurangi jumlah legislator Partai SNP yang mewakili Scotlandia dalam Parlemen Inggeris, membantu melemahkan ambisi pemberian suara untuk menuntut kemerdekaan dari wilayah ini. 

Parlemen mendukung, Eropa menyambut.

Dengan 522 suara pro dan 13 suara kontra, pada Rabu (19 April), Majelis Rendah  Inggeris telah cepat mengesahkan rekomendasi menyelenggarakan pemilu dini yang dikeluarkan oleh PM Theresa May, membuka jalan bagi penyelenggaraan pemilu dini. Sementara itu, para perunding Parlemen Eropa juga menyambut baik keputusan PM Inggeris, Theresa May dan menganggap bahwa ini adalah peluang bagi rakyat Inggeris untuk menyatakan pandangan mereka tentang hubungan dengan Uni Eropa. Bapak Guy Verhofstadt, perunding Parlemen Eropa urusan proses keluarnya Inggeris dari Uni Eropa telah menilai bahwa pemilu di Inggeris adalah “satu masalah internal, namun jelaslah bahwa masalah Brexit akan menjadi faktor penting dari peristiwa ini”. Bersamaan itu dia menegaskan akan bekerjasama dengan Pemerintah baru di Inggeris “demi satu masa depan bersama paling baik yang bisa ada”. Menteri Luar Negeri Jerman, Sigmar Gabried berharap supaya pemilu dini di Inggeris akan memberikan suara yang lebih jelas dan bertanggung jawab dalam perundingan-perundingan tentang Brexit. Menurut Menteri Luar Negeri Jerman, jika destabilitas yang berkepanjangan seperti sekarang akan tidak menguntungkan hubungan-hubungan politik dan ekonomi antara Eropa dan Inggeris.

Seruan PM Theresa May untuk menyelenggarakan pemilu dini  adalah langkah yang pandai dari pemilik Gedung di Jalan Downing nomor 10. Satu kemenangan yang dicapai oleh Partai Konservatif akan menjadi perlindungan yang mantap bagi kabinet pimpinan dia sepenuh hati berfokus pada perundingan-perundingan yang sulit  dalam waktu 2 tahun  terhadap Uni Eropa.

Komentar

Yang lain