Kecamatan Bac Son dibentuk pada tahun 2003. Seluruh kecamatan ini punya 400 kepala keluarga, 1.700 orang penduduk yang hidup di 4 dukuh diatas areal seluas 50.000 hektar. Mayoritas penduduk di kecamatan Bac Son adalah etnis minoritas Dao, San Chi, Tionghoa dan beberapa etnis lain seperti etnis minoritas Tay dan Kinh. Ini adalah salah satu kecamatan perbatasan di kota Mong Cai yang berbatasan dengan Tiongkok dengan garis perbatasan yang panjangnya 22,7 kilometer dan ada 13 tonggak perbatasan. Sebagai satu kecamatan pegunungan yang tergolong di daerah pedalaman dan daerah pelosok, maka ketika menggelarkan pembangunan pedesaan baru, kecamatan ini masih menjumpai banyak kesulitan, karena rakyat secara pada pokoknya melakukan cocok tanam di sawah terasering, maka pelaksanaan sawah percontohan besar dan penggunaan mesin dan mekanisasi pertanian juga menjumpai banyak kesulitan. Disamping itu, sistim kanal juga tidak kondusif seperti halnya dengan di daerah dataran rendah, oleh karena itu, hasil produksi padi tidak tinggi. Akan tetapi, dengan kedinamisan, pemerintahan kecamatan Bac Son telah menggunakan bukit dan gunung untuk mengembangkan kehutanan, membantu memperbaiki pendapatan rakyat. Bersamaan itu, pemerintahan kecamatan Bac Son juga membuka kursus-kursus pelatihan jangka pendek, kursus-kurus penyuluhan pertanian untuk memberikan bimbingan dan menyosialisasikan pengetahuan penanaman pohon akasia mangium kepada rakyat etnis minoritas. Oleh karena itu, rakyat kecamatan Bac Son selangkah demi selangkah mengubah cara hidup, pola pikir dan tahu menanam jenis pohon-pohon yang memberikan nilai tinggi. Saudara Giang A Sinh, penduduk kecamatan Bac Son memberitahukan: “Pada tahun-tahun permulaan, rakyat di sini hanya membuka dan memulihan tanah, lalu, mereka mulai menghijaukan tanah terlantar dan perbukitan. Nampaknya rakyat di sini mengembangkan penanaman pohon akasia mangium. Jenis pohon ini berkembang sangat baik, hanya dalam umur dari 7 sampai 8 tahun saja sudah bisa dipaneni”.

          

Sejak adanya program pembangunan pedesaan baru, pemerintahan kecamatan Bac Son juga memberikan bimbingan kepada rakyat untuk menggeser struktur ternak yang sesuai dengan syarat yang dimiliki daerah. Daerah Mong Cai terkanal dengan jenis babi Mong Cai, jenis babi ini punya daging yang baunya harum, mudah dipasarkan dan memberikan hasil-guna ekonomi yang tinggi. Mengembangkan keunggulan ini, rakyat setempat berani melakukan investasi untuk mengembangkan jenis babi Mong Cai, bersamaan itu,  melakukan uji coba peternakan jenis babi hutan Lang Son. Keluarga saudari Ho Thi Vay, dukuh Than Phun dipilih menjadi kepala keluarga pilot proyek tentang peternakan di kecamatan Bac Son ini. Pada permulaannya, keluarganya beternak 10 ekor babi hutan, ketika mencapai hasil-guna, dia telah memperluas peternakannya menjadi 30 ekor. Setelah pola peternakan ini mencapai hasil-ekonomi tinggi, saudari Ho Thi Vay telah berbagi pengalaman kepada rakyat di daerah dan membantu rakyat memperkaya diri dari peternakan. Saudari Ho Thi Vay memberitahukan: “Total modalnya sebesar VND 200 juta, diantaranya, biaya pembangunan kolam bioga sebesar VND 30 juta, kandang sebesar VND 50 juta dan pembelian babi hutan sebesar VND  30 juta. Saya beternak selama  dari 1 setengah tahun sampai 2 tahun bisa menjualnya. Dengan usaha ini, saya memperoleh pendapatan sebesar VND 100 juta setiap tahun”.

          

Dengan kekhususan sebagai satu kecamatan pegunungan yang masih menjumpai banyak kesulitan, tapi karena upaya dari pimpinan dan sumbangan sepenuh hati dari rakyat, maka kecamatan Bac Son telah mengatasi kesulitan untuk maju, kehidupan rakyat terjamin dengan pendapatan rata-rata sebesar VND 30-40 juta per tahun.  Untuk mendapatkan sukses ini, harus berbicara tentang barisan kepala desa muda yang ditugasi oleh pemerintahan kecamatan untuk merapati tempat pemukiman rakyat. Mereka adalah orang-orang yang langsung menyosialisasikan dan menggerakkan rakyat etnis minoritas melaksanakan semua kebijakan dan cara pembuatan yang baik untuk memperbaiki kehidupan rakyat, bersamaan itu, mereka juga adalah orang-orang yang selalu menguasai situasi di daerah. Karena adanya kanal informasi ini, maka rakyat mengerti bahwa dalam pekerjaan pembangunan pedesaan baru, rakyat menjadi subyek dan orang yang menimati keuntungan, oleh karena itu, mereka mempunyai pemahaman dalam  bergotong-royong membangun pedesaan baru./.