Pasar Dao San: warna-warni musim semi

(VOVworld) - Berbaur  pada suara seruling Khen yang bergema di tengah-tengah  hutan rimba belantara adalah suasana hari pasaran yang berwarna-warni di daerah pegunungan. Pada hari-hari akhir tahun, para warga etnis-etnis minoritas seperti Mong, Dao dan Ha Nhi di 8 kecamatan perbatasan di kabupaten Phong Tho, provinsi Lai Chau (Vietnam Utara) berhimpun di pasaran Dao San di puncak gunung Chung Sua Dan untuk mengadakan temu pergaulan, tukar-menukar barang dagangan, sehingga menciptakan satu pasaran musim semi yang berwarna-warni. 


Pasar Dao San: warna-warni musim semi - ảnh 1
Pasaran Dao San: warna-warni musim semi
(Foto: laichau.tourism.vn)

Tidak tahu kapan pasar itu mulai ada, orang hanya tahu masa dulu bahwa setiap hari, ketika di atas kalender ada gambar binatang bertanduk, maka para warga  etnis-etnis  di daerah pergi ke pasar untuk bertemu, berbelanja dan tukar-menukar barang dagangan. Menurut konsep warga di daerah ini, dua jenis binatang bertanduk yaitu kerbau dan kambing memberikan kehidupan yang cukup sandang dan cukup padang, oleh karena itu, setiap 6 hari sekali, mereka pergi ke pasar. Dalam beberapa tahun  belakangan ini, supaya praktis dalam mengadakan pertukaran barang-barang dan berekreasi untuk warga di daerah ini, pemerintahan daerah telah mengubah hari berlangsungnya pasaran yaitu pada  hari Minggu setiap pekan.

Pasar musim semi mulai diadakan pada tanggal 25 bulan dua belas tahun imlek. Mulai pagi-pagi benar, ketika ayam jantan hutan  berkokok-kokok,  mata hari  baru  menyinari punggung gunung,  para warga  etnis-etnis minoritas Mong dan Dao yang mengenakan rok dan baju yang indah pada naik kuda di tengah-tengah udara berembun untuk pergi ke pasar. Arus orang pergi ke pasar laksana sehelai sutra di hutan pegunungan hutan. Para warga berbicara sambil tertawa-tawa dan saling memanggil secara akrab. Orang-orang di tempat lain merasa aneh karena orang-orang di daerah pegunungan menganggap semua orang adalah teman dan adalah orang sesama keluarga. Barang-barang di keranjang gendongan yang membawa  aroma daerah hutan pegunungan yaitu  madu,  beras, buluh, kapulaga, daun ganyong, ranting bunga Mei dan lain-lain untuk Hari Raya Tahun Baru Tradisional Imlek (atau Hari Raya Tet). Ibu Phang Thi Ke, seorang warga  di kecamatan Pa Vay Su yang hadir di pasar memberitahukan: “Harus lama menunggu hari pasaran, maka sebelum pergi ke pasar, semua orang merasa berdebar-debar. Kaum lelaki menyembelih babi, memotong daun ganyong dan lain-lain… untuk melakukan persiapan bagi hari pasaran pada besok pagi. Sedangkan, kaum perempuan  memilih rok yang indah untuk pergi ke pasar. Semua warga di dukuh  suka pergi ke pasar karena  bisa menemui teman-teman”.


Pasar Dao San: warna-warni musim semi - ảnh 2
Kaum perempuan etnis minorita Dao membeli barang-barang yang mereka gemari
(Foto: laichau.tourism.vn)

Hal yang istimewa di pasar akhir tahun  ialah  para penjual  dan  pembeli tidak  rewel, mereka saling memandang seolah-olah seperti sudah saling mengerti. Ketika selesai menjual barang, orang-orang setengah baya membeli garam, makan masakan  Thang Co atau minum miras yang dibuat dari jagung  bersama-sama dengan teman dan menunggu sore hari untuk pulang ke rumah. Kaum lansia menunggu teman lama untuk saling mengenangkan kembali masa remaja. Sedangkan kaum pemuda-pemudi mencari tempat meniup seruling Khen dan menyanyi lagu asamara. Setelah pasar berakhir, para warga  pulang ke rumah dengan barang-barang untuk mempersiapkan Hari Raya Tet dan menunggu pasaran-pasaran mendatang. Bapak Di A Dia, seorang lansia yang menari di tengah-tengah suara seruling Khen memberitahukan: “Pada setiap pekan, saya juga pergi ke pasar untuk menari di tengah-tengah suara seruling Khen demi para wisatawan dan para warga di dukuh. Orang-orang yang sudah tahu mengajar orang-orang yang belum tahu. Itu merupakan identitas etnis kami dan tidak bisa dilewatkan”.

Ketika sinar matahari sudah sepenggalah tinggi, pasar mulai  jarang orang, para warga di pasar berangsur-angsur pulang ke rumah. Ada orang yang membeli lidah bajak, orang yang membeli beberapa kilogram beras, tetapi juga ada orang yang tidak membeli apa-apa, dan  orang-orang yang berjalan terhuyung-huyung dalam kemabukan duduk saling memayungi, menunggu waktu sore datang untuk pulang. Meninggalkan pasar juga adalah saat para warga merasakan adanya satu kepercayaan dan satu semangat tentang satu tahun yang lebih cukup sandang dan cukup padang dan berternak ayam dan babi supaya lebih gemuk, menghasilkan banyak beras terbanding dengan tahun lalu supaya kemudian membawa barang-barang bagi pasaran-pasaran selanjutnya.

Pasaran Dao San “tergandul-gandul” di puncak gunung Chung Sua Dan yang tingginya 1900 meter dari permukaan air laut. Para warga yang pergi ke pasar tidak hanya untuk berjual-beli, melainkan juga untuk menemukan kegembiraan dan mendapatkan lagi teman-teman baru untuk diri sendiri. Kemudian ketika pasar sudah tutup, hatinya dengan berat menunggu satu pasaran baru pada awal tahun baru dengan suara-suara tawa yang lebih banyak lagi.


Komentar

Yang lain