Jubir Kemlu AS- Ned Price. Foto: Reuters

Oleh karena itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price mengkonfirmasi bahwa AS berencana untuk bekerja dengan Inggris, Prancis, dan Jerman untuk menemukan solusi yang berfokus pada mengimbau Iran untuk bekerja sama sepenuhnya dengan IAEA. Menurut dia, laporan terbaru IAEA mengangkat "keprihatinan yang sangat mendalam bahwa Iran tidak dapat memberikan jawaban yang dapat diandalkan" atas pertanyaan dari badan yang berbasis di Wina (Austria). Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS menekankan bahwa Iran harus sepenuhnya mematuhi kewajiban yang mengikat secara hukum di bawah Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Sebelumnya, pada tanggal 30 Mei, IAEA merilis laporan yang mengatakan bahwa Iran belum menjawab pertanyaan lama tentang partikel uranium yang ditemukan di tiga basis Marivan, Varamin dan Turquzabad yang tidak ada dalam daftar negara ini. Sehari kemudian, Iran menyebut laporan IAEA itu "tidak adil". Ini adalah salah satu masalah yang telah menghentikan negosiasi antara Iran dan Barat untuk memulihkan kesepakatan nuklir 2015 yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA).