Inggris akan punya PM baru sebelum tanggal 20 Juli

(VOVWORLD) - Pemimpin papan atas  Partai Konservatif yang berkuasa di Inggris, Brandon Lewis, pada Jumat (24 Mei), telah memberitahukan: Negara ini akan mengangkat orang untuk mengganti Theresa May untuk memegang jabatan guna memimpin Partai ini dan Perdana Menteri (PM) Inggris sebelum Parlemen memasuki reses musim panas yang ditetapkan  pada tanggal 20 Juli mendatang.

Inggris akan punya PM baru sebelum tanggal 20 Juli - ảnh 1PM Theresa May  berbicara di depan Majelis Rendah  di London pada 22/5/2019. (Foto: AFP/Kantor Berita Viet Nam). 

Pekerjaan nominasi  antara para legislator akan berakhir pada pekan yang dimulai  tanggal 10 Juni mendatang, dari situ para anggota Partai mempunyai waktu untuk memilih salah satu di antara dua calon papan atas guna mengganti Theresa May sebelum Parlemen memasuki reses musim panas.

Sebelumnya, pada hari yang sama, PM Theresa May memberitahukan bahwa dia akan meletakkan jabatan sebagai pemimpin Partai Konservatif pada tanggal 7 Juni setelah tidak bisa meyakinkan para legislator mendukung permufakatan tentang keluarnya Inggris dari Uni Eropa (atau Brexit) yang telah dia capai dengan Uni Eropa pada akhir tahun lalu.

Theresa May akan merupakan Perdana Menteri sementara Inggirs dalam waktu pemilihan pemimpin Partai Konservatif yang direncankan  akan memakan waktu  kira-kira 6 pekan.

Tentang reaksi dari opini umum internasional dalam menghadapi perkembangan politik baru di Inggris, penjabat juru bicara Pemerintah Spanyol, Isabel Celaa, pada Jumat (24 Mei) memberitahukan: Skenario Brexit keras hampir tidak dihindari. Menurut pejabat ini,  Pemerintah Spanyol telah membuat rencana cadangan bagi semua skenario yang bersangkutan dengan Brexit. 

Menteri Luar Negeri Irlandia, Simon Coveney mengatakan: Uni Eropa akan tidak mengubah pandangan tentang Brexit atau mengeluarkan satu permufakatan lain yang luwes terhadap orang yang mengganti Theresa May pada masa depan. Dia menekankan  kemungkinan bahwa Inggris mundur dari Uni Eropa tanpa ada permufakatan yang sedang ada lebih jelas  dari yang sudah-sudah karena Uni Eropa telah kehabisan kelatenan.

Komentar

Yang lain