Konferensi PBB tentang perubahan iklim sepakat memperpanjang waktu Protokol Kyoto

(VOVworld)- Setelah berbahas secara tegas selama hampir dua pekan, pada Sabtu, (8 Desember), Konferensi ke-18 Konvensi Kerangka Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)  tentang perubahan iklim (COP-18) telah berakhir di kota Doha, Ibu Kota Qatar dengan komitmen memperpanjang waktu Protokol Kyoto sampai tahun 2020.

Konferensi PBB tentang perubahan iklim sepakat memperpanjang waktu Protokol Kyoto - ảnh 1

Ilustrasi
(Foto: vietnamplus.vn)

Menurut penilaian dari para pengamat, kemenangan ini walaupun kecil, tetapi dianggap sebagai simbol bagi upaya  dunia tentang masalah menghadapi perubahan iklim. Pada konferensi ini, wakil 27 negara anggota Uni Eropa (EU), Australia dan Swiss dan delapan negara industri lain di dunia telah menandatangani permufakatan memperpanjang waktu Protokol Kyoto dari 1 Januari 2013 sampai tahun 2020 pada saat menunggu satu permufakatan internasional yang baru tentang pengurangan emisi gas rumah kaca atau disebutkan sebagai Protokol “purna Kyoto”. Hasil yang dicapai dalam konferensi ini dianggap sebagai satu langkah yang penting untuk menuju ke satu permufakatan internasional yang baru dari PBB yang direncanakan akan diesahkan pada tahun 2015 untuk bisa berlaku pada tahun 2020 ketika waktu perpanjangan Protokol Kyoto berakhir. Ketika menyambut permufakatan ini, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Ban Ki Moon menilai ini sebagai kemajuan penting yang pertama, tapi beliau juga menekankan bahwa dunia masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
Tentang masalah bantuan keuangan kepada negara-negara miskin untuk menghadapi panasnya bola bumi dan berpindah ke perekonomian yang menggunakan banyak energi terbarukan dan akrab lingkungan hidup, maka negara-negara Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Perancis, Swedia, Belanda dan Denmark berkomitmen akan terus memberikan bantuan kepada negara-negara miskin, tapi tidak mengajukan jumlah uang yang kongkrit dengan alasan “sedang menjumpai kesulitan keuangan”. Negara-negara sedang berkembang menyatakan bahwa mereka memerlukan sedikit-dikitnya USD 60 miliar dari sekarang sampai tahun 2015 untuk menghadapi bencana kekeringan, bencana banjir, taupan dan kenaikan air laut./.

Komentar

Yang lain