Para pemimpin Eropa menghadapi perpecahan tentang masa depan Uni Eropa pasca Brexit

(VOVworld) – Setelah Inggris ke luar dari Uni Eropa (atau Brexit), internal Uni Eropa sedang berangsur-angsur muncul banyak perselisihan yang mendalam tentang masa depan, terutama tentang apakah terus “memperluas” atau “mempersempit” skala blok ini. Diantara para pemimpin yang mau mendorong Uni Eropa berintegrasi lebih lanjut lagi, ada Presiden Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker, para pemimpin Eropa dan banyak negara Eropa Selatan. Semuanya berharap akan ada lagi kebijakan-kebijakan untuk mendorong pertumbuhan dan mengurangi lembaga-lembaga keuangan.

Para pemimpin Eropa menghadapi perpecahan tentang masa depan Uni Eropa pasca Brexit - ảnh 1
Presiden Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker
(Foto: EPA / Vietnam+)


Sementara itu Kanselir Jerman, Angela Merkel dan sekutu-sekutu yang mengikuti pandangan konservatif serta banyak pemimpin Eropa Timur lainnya ingin agar Uni Eropa mengontrol lebih erat lagi masalah-masalah Eropa. Negara-negara ini menganggap bahwa kalau pemilih Inggris memilih Brexit, hal itu mencerminkan kenyataan bahwa warga negara Eropa sedang merasa kecewa dan ingin merebut kembali kekuasaan untuk Tanah Airnya saat menghadapi dominasi sebuah Uni Eropa yang kurang memberi perhatian.

Tentang ekonomi, pada saat Kanselir Angela Merkel menilai Inggris sebagai satu sekutu kunci dalam perang menentang kebijakan-kebijakan keuangan Uni Eropa yang tidak ketat, Presiden Komisi Eropa Juncker, Presiden Perancis, Francois Hollande dan Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi terus mendesak kepada Inggris supaya cepat melakukan prosedur meninggalkan “rumah bersama” Uni Eropa.

Komentar

Yang lain