PBB mendesak kepada negara-negara di dunia supaya menaati Perjanjian Paris

(VOVworld) – Perubahan iklim sedang menjadi musibah yang belum pernah ada sebelumnya yang mengancam perdamaian, kemakmuran dan perkembangan. Usaha menangani masalah ini memberikan kesempatan-kesempatan ekonomi kepada Pemerintah banyak negara dan badan usaha. Oleh karena itu, semua negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) perlu menjaga komitmen terhadap Perjanjian Paris mengenai perubahan iklim. Ketika berbicara di depan satu sidang Majelis Umum PBB, Kamis (23/3), Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Antonio Guterres telah menonjolkan keterkaitan antara Perjanjian Paris dengan target-target perkembangan yang berkesinambungan sampai tahun 2030 (SDGs) dari PBB. Dia menekankan sifat dua segi dari masalah perubahan iklim. Ini merupakan ancaman langsung dan berkembang menurut deret ukur, berkaitan dengan SDGs. Akan tetapi, di samping itu, perubahan iklim juga menciptakan kesempatan-kesempatan besar kepada negara-negara anggotanya dalam proses menanggulangi pemanasan suhu bumi.


PBB mendesak kepada negara-negara di dunia supaya menaati Perjanjian Paris - ảnh 1
Sekjen PBB, Antonio Guterres
(Foto: Xinhua / Vietnam+)


Guna mengkonsolidasi pesan dari Sekjen PBB, Antonio Guterres, Ketua Majelis Umum PBB, Peter Thomson dan Sekretaris Pelaksana Konferensi Konvensi Kerangka tentang perubahan iklim (COP), Patrica Espinosa menganggap bahwa suhu bumi sedang berkecenderungan naik dari 3-4 derajat celcius, sehingga memberikan ancaman secara serius terhadap lingkungan hidup manusia. Dua pejabat PBB tersebut menekankan bahwa semua negara perlu bertindak untuk melindungi bumi-  lingkungan hidup manusia sebelum terlalu terlambat.

Semua pesan tersebut dikeluarkan pada latar belakang pemerintah pimpinan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump berencana membalikkan kebijakan-kebijakan akrab dengan lingkungan hidup dan memperlambat proses perubahan iklim dari pemerintah pendahulunya. 

Komentar

Yang lain