(VOVworld) – Daerah pegunungan Vietnam Utara merupakan satu sumber ilham penciptaan yang tak habis-habisnya bagi para fotografer. Itu adalah satu daerah yang masih primitif dan beralam megah dalam perjalanan penemuan dari para penggemar wisata. Siapa saja yang pernah datang ke sini tidak hanya terkesan tentang satu daerah pegunungan yang beralam megah, tapi tidak bisa lupa akan sawah-sawah terasering yang terletak di tengah-tengah lembah-lembah atau lereng gunung. Sawah terasering telah menjadi salah satu ciri budaya yang khas dari setiap komunitas etnis minoritas di daerah pegunungan Vietnam Utara.
Sawah terasering di daerah pegunungan Vietnam Utara
(Foto: yenbai.gov.vn)
Sejarah terbentuknya sawah terasering terkait dengan sejarah pemukiman rakyat etnis minoritas di daerah pegunungan Vietnam Utara. Nilai budaya sawah terasering dimanifestasikan pada pengalaman cocok tanam, kebiasaan berproduksi dan pembentukan sawah-sawah terasering setiap etnis. Sawah-sawah terasering memanifestasikan ciri budaya cocok tanam di sawah setiap komunitas rakyat etnis minoritas di Vietnam Utara. Khoang Van Tien, warga etnis minoritas Thai Putih provinsi Dien Bien memberitahukan: “Dari dahulu kala, kami punya kebiasaan menghasilkan padi sawah. Rakyat etnis minoritas datang ke mana saja selalu bersawah. Tanah-tanah yang tidak bisa digunakan, kami juga menggunakannya untuk menanam padi sawah”.
Sawah terasering di daerah pegunungan Vietnam Utara
(Foto: maivang.nld.com.vn)
Dinamakan sawah terasering, karena sawah ini punya banyak teras, setiap teras adalah satu sawah yang kecil, semua teras sambung-menyambung, semakin banyak teras semakin memanifestasikan teknik cocok tanamdari pemiliknya. Sawah terasering disambungkan dari yang tinggi ke yang rendah sesuai dengan posisi topologinya dan berbagai bentuk. Karena di daerah pegunungan, maka tanah cocok tanam yang rata sangat langka, maka para penanam padi telah mengatasinya dengan memilih lereng bukit dan gunung untuk menciptakan sawah-sawah terasering ini, itu merupakan kekreatifan sehingga menciptakan hal-hal yang langka ada dalam peradaban padi sawah Vietnam. Saudara Giang A Pua, warga etnis minoritas H’Mong di provinsi Ha Giang memberitahukan: “Pembukaan tanah adalah waktu yang paling sulit, memakan banyak tenaga. Harus memilih tempat yang tidak terlalu miring dan sedikit kerikil. Tempat yang ada banyak rumput atau pohon yang besar adalah tempat yang baik”.
Sawah terasering di daerah pegunungan Vietnam Utara
(Foto: discounttravel.vn)
Setelah sawah-sawah terasering telah berhasil dibuka, maka masalah memperbaikinya menjadi sawah yang bisa ditanami padi juga teramat penting. Pekerjaan pertama dari proses ini ialah membuat saluran air untuk sawah yang baru saja dibuka. Saudara Luong Van Thiet, peneliti dari Museum Etnologi Vietnam memberitahukan bahwa pembuatan saluran air, pada pokoknya dilakukan oleh kaum laki-laki, mereka harus berbuat bagaimana agar air bisa mengalir ke sawah secara permanen dan terus-menerus selama menanam padi. Air disalurkan dari sawah yang tinggi ke sawah yang rendah, setiap sawah merupakan sebagian dari saluran air yang khusus ini. Bagi sawah yang dimiliki oleh banyak orang, maka pembelaan, pengelolaan dan pembagian sumber air dipikul bersama-sama.
Sawah terasering di daerah pegunungan Vietnam Utara
(Foto: baoanhdatmui.vn)
Pembukaan tanah dan penanaman padi diteruskan dari tahun ke tahun, dari generasi ke generasi sehingga sawah-sawah terasering ini nampaknya sebagai satu gambar artistik yang megah di lereng-lereng bukit.Bersama dengan pembentukan sawah-sawah terasering, selama ratusan tahun ini, menurut proses pemukiman menetap dan penanaman padi sawah, maka rakyat berbagai etnis di daerah pegunungan Vietnam Utara telah berangsur-angsur terbentuk banyak aktivitas kebudayaan, pesta adat tradisional yang terkait dengan aktivitas produksi pertanian. Justru ini merupakan jiwa budaya yang khas dalam kehidupan rakyat berbagai etnis minoritas. Saudari Thao Thi Do, etnit minoritas H’Mong, kecamatan La Ban Tan, kabupaten Mu Cang Chai, provinsi Ha Giang memberitahukan: “Rakyat etnis minoritas H’Mong memisalkan sawah terasering sebagai tumbu gabah yang bernilai. Tumbu itu menjadi paling indah ketika air penuh di sawah terasering ini. Ketika pagi berwarna hijau, lalu berwarna kuning sangat indah. Ketika cukup padi untuk kebutuhan pangan, kami merasa sangat gembira”.
Dilihat dari sudut manapun, sawah terasering juga mempunyai bermacam-macam keindahan berlainan. Pada bulan Oktober, yaitu waktu panenan, sawah-sawah padi yang berwarna kuning memberikan indikasi tentang satu masa tanam yang sukses. Yang berselang-seling dengan warna kuning dari padi ada sawah-sawah terasering yang masih berpindah ke warna hijau-kuning. Semuanya bagaikan satu panorama warna-warni yang hidup-hidup sehingga menciptakan keindahan dari daerah pegunungan Vietnam Utara, tempat-tempat pemukiman rakyat etnis-etnis minoritas Thai, H’Mong dan lain-lain./.