(VOVworld)- Vietnam adalah negeri yang punya banyak pesta adat dan musim semi juga adalah musim yang mengawali penggelaran pesta - pesta adat dalam setahun. Menurut adat istiadat dari dahulu kala, awal musim semi adalah kesempatan bagi rakyat untuk memohon perlindungan dan pembelaan dari para dewa. Di daerah Khoai Chau, provinsi Hung Yen sekarang ini masih ada satu pesta adat yang khas dan dikaitkan dengan kisah asmara yang romantis dan adalah satu legenda “Empat Dewa Abadi” menurut kesedaran rakyat Vietnam.
Kuil Da Trach di kabupaten Khoai Chau,provinsi Hung Yen
(Foto: biethet.com)
Konon, pada zaman Raja Hung ke-18, ada seorang putri raja yang cantik dan sudah sampai usia untuk menikah tetapi tetap ingin pergi bertamasya. Pada suatu hari musim semi, dia dan rombongan perahunya bertamasya di sungai Merah dan ketika sampai di lapangan Tu Nhien di desa Da Trach, melihat pemandanan alamnya yang masih alami dan menyenangkan, maka putri raja itu telah menyuruh pelayanya membuat tirai pelindung untuk tempat mandi. Tiba-tiba muncul seorang jejaka yang berperawakan dempal, masih remaja tanpa pakaian. Jejaka itu ketakutan sehingga sang putri raja dengan tenang menyapa. Jejaka mengatakan bahwa dia dirinya adalah seorang yatim piatu, harus mencari nafkah dengan menangkap ikan untuk memenuhi hidup sehari - hari. Ketika melihat iringan perahu yang penuh dengan bendera, jejaka itu takut lalu bersembunyi di bawah pasir. Tidak menyangka kalau tempat itu, adalah tempat putri raja itu mandi. Memaklumi nasib jejaka miskin itu, dan berpendapat bahwa pertemuan itu adalah suatu suratan takdir, maka putri raja itu mengundang sang pemuda turun ke perahu, membuka jamuan dan mengumumkan ikatan suami-istri. Sejak itu, putri raja yang cantik itu tinggal hidup di daerah ladang bersama dengan suaminya untuk hidup dan membantu rakyat setempat membuka hutan, mendirikan perkampungan dan dermaga perdagangan. Dalam proses selanjutnya, kisah tentang asmara antara jejaka miskin Chu Dong Tu dan putri raja yang cantik Tien Dung telah diwariskan dari generasi ke generasi dan dirajut menjadi kisah asmara yang indah, romantis dan atraktif dalam kebudayaan folklor Vietnam. Nguyen Hong Thuan, seorang lansia di desa Da Trach menceritakan bahwa, “ Putri raja Tien Dung tinggal di rumah untuk mengajar rakyat untuk bertani. Dia pandai mengobati penyakit, dapat mengobati penyakit raja dan rakyat di seluruh daerah. Oleh karena itu, rakyat di 72 kecamatan dulu telah mendirikan kuil untuk memujanya. Akan tetapi, ada hulubalang yang menjilat raja telah melaporkan kepada raja bahwa mereka mengorganisasi rakyat daerah ini untuk menentang raja, maka raja telah mengerahkan pasukan untuk menindasnya. Chu Dong Tu dan putri Tien Dung untuk menjaga moral kebaktian kepada ayah telah terbang ke langit dengan meninggalkan tongkat dan caping. Ppenduduk di tempat ini telah membangun kuil untuk memuja mereka pada setiap tanggal 10 bulan kedua tahun Imlek”.
Upacara mengarak tandu pada Pesta Adat Chu Dong Tu- Tien Dung
(Foto: dulichmientrung.vn)
Menurut legenda, waduk air yang luas dan biru airnya di sini adalah bekas istana dari suami-istri putri raja yang telah hilang setelah satu malam, maka ia dinamakan Da Trach artinya Waduk Satu Malam. Justru di tempat ini, penduduk telah membangun kuil Da Trach untuk mengenangkan jasa Chu Dong Tu dan putri Tien Dung. Saban tahun, Pesta Adat Chu Dong Tu - Tien Dung telah menggelorakan satu daerah pedesaan yang tenteram pada hari-hari awal musim semi. Saban tahun, dari tanggal 10 sampai tanggal 12 bulan kedua tahun Imlek, rakyat di provinsi Hung Yen dan wisatawan di semua penjuru tanahair telah datang ke Da Trach untuk menghadiri salah satu pesta adat yang khas di Vietnam. Pesta Adat Chu Dong Tu diadakan di dua kuil yaitu kuil di desa Da Hoa dan kuil di desa Yen Vinh, kecamatan Da Trach dengan protokol - protokol tradisional, memanifestasikan kepercayaan-kepercayaan dari kebudayaan folklor. Di sini akan berlangsung protokol-protokol yang khidmat seperti mengarak tandu, air, tongkat sakti dan caping.
Setelah protokol-protokol ialah acara pesta dengan menyerap partisipasi banyak pemuda-pemudi setempat ada banyak permainan tradisional seperti lomba perahu, pertandingan silat, adu ayam dan lain-lain. Selama tahun-tahun belakangan ini, wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara yang datang ke pesta adat ini semakin banyak. Banyak pemuda-pemudi datang ke kuil Chu Dong Tu- Tien Dung yang terletak di tepian sungai Merah yang dimisalkan sebagai kuil asmara. Pasangan-pasangan pemuda-pemudi selalu datang ke sini untuk memohon asmara, ingin mencari kekasih yang sesuai untuk menjadi suami-istri, dalam pada itu, bagi wisatawan mancanegara, ini benar - benar merupakan satu Valentine Ketimuran, satu kisah asmara yang romantis dari orang Vietnam. Ha Van, mahasiswi dari Institut Keuangan Hanoi mengatakan bahwa “ Ini untuk kedua kalinya saya datang ke sini, kali sebelumnya, saya datang ke sini untuk memotret, jadi belum memperhatikan ciri budaya dan legenda di sekitar kuil ini. Akan tetapi, pada tahun ini, berkesempatan ikut serta dalam pesta dengan semua orang, maka saya merasa sangat gembira dan ringan hati”.
Aktivitas dalam Pesta Adat Chu Dong Tu- Tien Dung
(Foto: hungyentv.vn)
Dalam suarana yang bergelora dari semua pesta adat musim semi, maka Pesta Adat Chu Dong Tu- Tien Dung membawa ciri indah sendiri dari daerah yang berbudaya. Pesta ini menghidupkan kembali satu kisah asmara, menerangkan hasrat-hasrat akan kehidupan yang damai, hasrat tentang asmara sesungguhnya yang melampaui semua ritual agama dan unsur asalnya. Pesta Adat Chu Dong Tu - Tien Dung memanifestasikan ciri budayayang indah dari folklor Vietnam./.
To Tuan