Irama Bonang 9X” mendidik tanggung jawab melestarikan kebudayaan komunitas

(VOVworld) – Pada hari-hari awal Oktober ini, Museum Etnologi Vietnam berkoordinasi dengan VTV5, kanal Televisi Vietnam dalam bahasa etnis minoritas membuka ruang pameran dan pemutaran film yang berjudul “Irama Bonang 9X”. Ruang pameran ini memperkenalkan benda-benda yang berhasil dikoleksi dan didekorasikan oleh anak-anak 9X (yaitu anak-anak yang lahir pada tahun 90an abad 20) dalam tim bonang dan Xoang desa Kon Tum Kpang, kecamatan Thang Loi, kota Kon Tum, beserta film dengan durasi kira-kira 30 menit yang diputar dalam ruang pameran dan telah mencerminkan secara cukup nyata hasrat, perasaan dan impian tim gong dan bonang generasi muda. 

Irama Bonang 9X” mendidik tanggung jawab melestarikan kebudayaan komunitas - ảnh 1
Pembukaan pameran Irama bonang 9X
(Foto: vov)

Itulah suara bonang dari kayu tradisional dan khas dari etnis Ba Na yang dipertunjukkan oleh anak-anak dalam tim bonang – xoang desa Kon Tum Kpang, kota Kon Tum dalam satu latihan. Tim ini terdiri dari 21 orang. Orang yang paling tinggi usianya ialah kepala tim yang baru berusia 16 tahun, sedangkan para anggota yang lain berusia dari 12 sampai 14 tahun. Di samping belajar dan berproduksi saban tahun, mereka juga ikut berlatih tarian Xoang, memainkan gong dan bonang.

Semua aktivitas dalam kehidupan sehari-hari yang sederhana dari anak-anak di desa Kon Tum Kpang dimanifestasikan secara hidup-hidup dalam pameran “Irama Bonang 9X” melalui benda-benda yang mereka koleksi sendiri misalnya gendongan, bonang, gong dan beberapa pakaian dari kain ikat, pohon “neu”, atap rumah gadang rakyat etnis minoritas Ba Na di Kon Tum, dll, yang memanifestasikan kehidupan sehari-hari dari rakyat Ba Na seperti menenun kain, melakukan produksi, cocok tanaman atau festival.

Irama Bonang 9X” mendidik tanggung jawab melestarikan kebudayaan komunitas - ảnh 2
Anak-anak melakukan pertunjukan bonang dalam pameran ini
(Foto: vov.vn)

Dalam ruang pameran ini juga diputar film yang berdurasi kira-kira 30 menit tentang kisah-kisah yang diceritakan dengan suara anak-anak rakyat etnis minoritas Ba Na yang memanifestasikan fikiran, perasaan dan impian tim gong dan bonang generasi 9X. 

Saudari Nguyen Dieu Huyen, wartawan VTV5, Televisi Vietnam mengatakan: "Film yang berjudul “Irama Bonang 9X” ini bicara tentang lima tema yang secara pada pokoknya menceritakan kegandrungan anak-anak dengan gong dan bonang, bagaimana mereka berlatih, dan impian mereka dengan gong dan bonang. Di samping itu, dalam film ini ada gambaran dan kisah tentang kehidupan sehari-hari, tentang perasaan antara sesama anggota tim. Mereka dengan santai dan bebas memanifestasikan semua fikiran dan keinginannya.

Anak-anak dalam tim bonang dan Xoang semuanya mengalami kesulitan, diantaranya ada anak yatim atau piatu, tetapi hal itu tidak menghilangkan perasaan optimisme dan cinta mereka pada kehidupan.

Irama Bonang 9X” mendidik tanggung jawab melestarikan kebudayaan komunitas - ảnh 3
Anak-anak berlatih sebelum pertunjukan
(Foto: vov.vn)

Dengan aktivitas-aktivitas latihan memainkan bonang dan menyanyikan lagu xoang saban hari, anak-anak tersebut telah turut memberikan satu bagian yang kecil untuk menjaga kekhasan kebudayaan komunitas. Itu juga merupakan makna mendalam yang dititip anak-anak kecil desa Kon Tum Kpang dalam film “Irama bonang 9X”. 

Saudari Huyen memberitahukan: "Alih-alih kata-kata, anak-anak ingin menunjukkan bahwa kehidupan mereka walaupun sulit tetapi mereka tetap gandrung dengan gong dan bonang. Semua aktivitas untuk melestarikan kebudayaan tradisional harus dijaga dan dikonservasikan dengan sesuatu cara untuk diwariskan kepada generasi kemudian hari, bersamaan itu memperkenalkannya kepada sahabat-sahabat internasional".

Irama Bonang 9X” mendidik tanggung jawab melestarikan kebudayaan komunitas - ảnh 4
Pameran ini menyerap kedatangan banyak pengunjung
(Foto: vov)

Aktivitas pameran dan pemutaran film “Irama bonang 9X” dilaksanakan dalam kerangka proyek “Komunikasi yang bersandar pada komunitas di Vietnam: kisah-kisah dengan suara bicara subyektif” yang disponsori Dana Ford. Melalui peranan subyektifnya, anak-anak desa Kon Tum Kpang dalam film telah membantu semua penonton lebih mengerti ciri-ciri budaya khas komunitasnya, bersamaan itu menyampaikan pesan tentang tanggung jawab untuk turut melestarikan dan mewariskan kebudayaan tersebut kepada generasi kemudian hari./. 

Komentar

KRATON MATARAM

Kebudayaan (yang) MendidikMetro Kolom | Minggu, 05 Agustus 2012 WIBRadhar Panca DahanaDengan pengucapan yang lugas, guru senior mantan pengajar di kepulauan Seribu itu, menegaskan pendapat yang bersama saya saling mengafirmasi: di masa kini guru tidak lagi pantas menyandang gelar “pahlawan” dengan keterangan apa pun di baliknya. Tentu saja Amin Hamzah, M.A. (yang juga dikenal sebagai Amir Hamzah karena kegiatan persajakannya), guru senior itu, tentu memiliki alasan sendiri di balik pendapat itu. Sebagaimana saya.Dan alasan itu, bukan hanya sekadar berita di sebuah media massa yang memperlihatkan bagaimana guru-guru di zaman sekarang, bahkan di tingkat sekolah dasar, memiliki penghasilan tetap bulanan yang bisa lebih tinggi dari seorang profesor senior. Atau karena berita-berita lain yang mengabarkan penyimpangan perilaku dari sementara guru... Selanjutnya

Yang lain