Menemui Seorang Guru Indonesia- Satu Jiwa yang Mencintai Kota Hanoi

(VOVWORLD) - Hampir 50 puisi tentang Kota Hanoi adalah emosi dan rasa cinta yang diberikan seorang guru Indonesia,  Eko Widianto terhadap kota ini. Setelah 5 tahun, ketika kembali ke Kota Hanoi pada hari-hari yang berangin, pemuda dari negeri ribuan pulau yang hanya ada matahari dan angin sepanjang tahun ini tampaknya mengingat kembali waktu yang ia tinggal dan bekerja di bumi ini dengan penuh emosi. 

Hampir 50 puisi tentang Kota Hanoi adalah emosi dan rasa cinta yang diberikan seorang guru Indonesia, Eko Widianto terhadap kota ini. Setelah 5 tahun, ketika kembali ke Kota Hanoi pada hari-hari yang berangin, pemuda dari negeri ribuan pulau yang hanya ada matahari dan angin sepanjang tahun ini tampaknya mengingat kembali waktu yang ia tinggal dan bekerja di bumi ini dengan penuh emosi. Berikut ini, penyiar... menyampaikan reportase dengan judul: “Menemui Seorang Guru Indonesia- Satu Jiwa yang Mencintai Kota Hanoi”.

"Hanoi adalah kota yang sangat spesial bagi saya. Bahkan, saya menganggap kota ini sebagai kota kedua bagi saya, setelah kota kelahiran saya tentunya. Saya sangat mencintai kota ini seperti saya mencintai kota kelahiran saya. Kota ini begitu istimewa karena sudah menyambut saya dengan sangat hangat. Kota ini juga memperlakukan saya dengan sangat manis. Oleh karena itu, saya sangat mencintai kota ini. Terlebih, kebudayaan yang dirawat dengan baik membuat saya semakin jatuh cinta dengan kota ini. Tôi yêu Hà Nội".

Mencicipi secangkir kopi Trung Nguyen panas di warung kopi yang sudah beken di sektor kota kuno, Saudara Eko Widianto teringat saat pertama kali menginjakkan kaki di Kota Hanoi pada bulan September 2018. Guru Eko, yang saat itu berusia 27 tahun, sangat bersemangat bisa datang ke bumi dan masyarakat di sini. Selama 3 bulan bekerja, dia ditugasi untuk mempromosikan bahasa dan budaya Indonesia kepada masyarakat Ibukota Hanoi sebagai guru BIPA (pengajaran bahasa Indonesia kepada orang asing). Selama ini, ia mencoba merasakan semua budaya dan gaya hidup masyarakat. Setiap hari, Eko berangkat ke sekolah dengan naik bus, berbelanja di pasar tradisional, minum teh lemon di pinggir jalan bersama teman-temannya, berjalan-jalan di Danau Hoan Kiem, mengunjungi situs peninggalan serajah  kota, dan sebagainya. Ia juga meluangkan waktunya untuk belajar bahasa Vietnam agar bisa berkomunikasi dengan penduduk asli, terutama saat dia berjalan-jalan dan menyelami kehidupan kota.

Menemui Seorang Guru Indonesia- Satu Jiwa yang Mencintai Kota Hanoi  - ảnh 1Eko Widianto dan Istri dalam kunjungan ke Hanoi pada awal November 2023 

Pada awal bulan November, dalam perjalanan 4 hari ke Vietnam, Eko mengajak istrinya mengunjungi tempat-tempat yang pernah ia kunjungi sebelumnya, bertemu dengan teman-teman lama dan mahasiswa, serta menyusuri jalan-jalan lama untuk mencaritahu tentang kehidupan sehari-hari warga dan emosi untuk diri sendiri.

"Semuanya masih familier bagi saya. Jalanan kota Hanoi, makanannya, keramahan orang-orangnya, dan budaya yang kental yang membuat saya selalu cinta dengan kota ini. Saya juga beruntung karena punya banyak teman dan siswa di sini. Mereka sangat membantu saya untuk banyak hal, terutama saat mencari makanan. Berkat mereka, saya menemukan banyak hal di sini, membantu saya berintegrasi dengan baik ke dalam kehidupan. Saya telah membawa semua emosi dan pengalaman itu ke dalam puisi-puisi saya".

Saat ini, sebagai seorang dosen Bahasa dan Sastra Indonesia di Univertitas UIN Walisongo Semarang, Eko Widianto juga dikenal sebagai penyair muda yang beraktivitas cukup aktif di tanah airnya, hingga saat ini sudah meluncurkan 3 kumpulan puisi dengan ratusan puisi, di antaranya ada sekitar 50 tentang Kota Hanoi. Mungkin bisa dimengerti kalau masyarakat Vietnam memberikan rasa cinta terhadap Kota Hanoi melalui karya sastra dan seni. Namun ketika orang asing seperti Eko menulis tentang Hanoi, dia pasti sangat mencintai Hanoi dengan cinta yang sangat istimewa. Dan cinta itu diceritakan secara jujur dan hidup-hidup oleh Eko melalui puisi. Itulah pertama kalinya dia merasakan dinginnya musim dingin di Kota Hanoi, pemandangan Kota Hanoi saat pergantian musim, gerimis, kehidupan sehari-hari masyarakat, atau kekaguman terhadap Presiden Ho.Chi Minh, dan sebagainya.

Menemui Seorang Guru Indonesia- Satu Jiwa yang Mencintai Kota Hanoi  - ảnh 2Eko Widianto berbincang-bincang sama penyiar Program siaran Bahasa Indonesia di Studio Departemen Siaran Luar Negeri, Radio Suara Vietnam 

Di Studio Departemen Siaran Luar Negeri, Radio Suara Vietnam, Eko Widianto membacakan puisi "Selamat datang musim dingin" kepada para penyiar dan pendengar pada sesi rekaman untuk rubrik “Kotak Surat Anda”. Puisi tersebut adalah kecintaannya pada Kota Hanoi, keterkejutan sang pengunjung terhadap pemandangan dan orang-orang ketika musim dingin tiba tanpa peringatan sementara dia belum menyiapkan selimut dan pakaian hangat. Namun dia menyukai segala  yang menjadi milik Hanoi karena "Saya di sini untukmu , Hanoi". Puisi  yang tercetak dalam kumpulan puisi bertajuk “Kultum Asmara” ini merupakan kado yang ia berikan kepada para redaksi program siaran sebelum berpisah. Pak Eko berbagi:

Dengan membaca puisi2 saya, masyarakat Indonesia akan lebih paham tentang Vietnam dan Hanoi. Sedangkan bagi teman-teman Vietnam, kalian akan merasakan Vietnam yang berbeda melalui kacamata orang asing seperti saya, terutama mahasiswa Vietnam saya, mereka akan memiliki cara lain untuk belajar bahasa Indonesia melalui puisi-puisi tentang Vietnam. Menjadi dosen BIPA telah memberi saya kesempatan untuk tinggal dan berkaitan dengan Hanoi. Saya merasa bersyukur untuk itu".
Menemui Seorang Guru Indonesia- Satu Jiwa yang Mencintai Kota Hanoi  - ảnh 3Pak Eko menyampaikan buku puisinya kepada Melisa, Kepala Program Siaran Bahasa Indonesia 

Menerbitkan kumpulan puisi terpisah tentang Kota Hanoi dan Vietnam serta terus mencari peluang untuk kembali ke Vietnam untuk mengajar bahasa Indonesia adalah dua rencana yang sangat ingin dilaksanakan Eko Widianto dalam waktu dekat. Kini baginya, Kota Hanoi adalah bagian tak terpisahkan dalam hidupnya, kampung halaman keduanya. Berpisah dengan Kota Hanoi dalam pelukan hangat mantan muridnya, Eko Widianto dengan terharu menyanyikan lagu Vietnam yang diajarkan teman-temannya selama pengembaraannya di kota yang indah ini.

Komentar

Yang lain