(VOVWORLD) - Dalam rangka menyambut peringatan ulang tahun ke-50 hubungan diplomatik Viet Nam - Jepang (1973-2023), pada bulan Oktober lalu, massa penggemar seni Viet Nam disuguhkan sajian musik yang kental akan roh kebudayaan Viet Nam dan Jepang melalui kombinasi antara Band Musik Daya Hidup Baru dari Viet Nam dan Ryoma Quartet dari Jepang dalam program konser musik amal “Ryoma Quartet – Daya Hidup Baru”. Selain itu, penikmat musik Viet Nam juga berkesempatan untuk mencari tahu tentang sejarah dan keunikan beberapa instrumen musik tradisional Jepang melalui perkenalan para anggota Band Musik Ryoma Quartet.
Band musik Ryoma Quartet dari Jepang (Foto: vov) |
Band Musik Ryoma Quartet meliputi empat anggota yang merupakan para seniman terkenal Jepang. Ryoma Quartet ingin membawa budaya Jepang ke seluruh dunia melalui musik dan dengan bahasa musik yang tanpa batas, menghubungkan dan membangun persahabatan antarmasyarakat berbagai negara. Band musik ini telah melakukan sejumlah kunjungan yang sangat sukses di Spanyol, Thailand, Malaysia, Bulgaria, Republik Korea, dan sebagainya. Dalam program “Ryoma Quartet – Daya Hidup Baru” di Viet Nam, Ryoma Quartet memperkenalkan irama musik tradisional Jepang melalui instrumen-instrumen musik tradisional Jepang.
Para pendengar tengah mendengarkan irama-irama siter Shamisen – salah satu instrumen musik tradisional yang terkenal di Jepang yang dimainkan seniman Masakatsu, anggotaBand Musik RyomaQuartet. Siter Shamisen digunakan sebagai instrumen musik tambahan dalam berbagai macam lagu tradisional Jepang karena ia bisa menciptakan irama-irama yang berbeda. Siter tiga dawai panjangnya seperti gitar tetapi lehernya lebih tipis dan tanpa tuas. Badannya berbentuk persegi panjang laksana muka genderang. Terkait fitur siter Shamisen, seniman Masakatsu mengungkapkan, “Siter Shamisen ada berbagai jenis dan pemilihannya disesuaikan dengan konsep masing-masing pertunjukan. Siter Shamisen yang saya gunakan ini berasal dari Provinsi Aomori. Di Provinsi Aomori terdapat satu kisah tentang jenis instrumen musik ini di mana para tuna netra senantiasa memainkan Shamisen di depan rumah mereka untuk mendapatkan bahan makanan dan minuman untuk hari itu”.
Pertunjukan bersama antara Band Musik Ryoma Quartet dan Band Musik Daya Hidup Baru (Foto: vov) |
Bersama dengan siter Shamisen, seruling Nohkan dan genderang Kotsuzumi juga merupakan instrumen tradisional Jepang. Kedua instrumen musik ini juga dipadukan dalam drama Noh dan Kabuki. Sementara seruling Nohkan memiliki beberapa kesamaan dengan seruling Vietnam, genderang Kotsuzumi merupakan instrumen yang khas dengan mekanisme penyesuaian suara menggunakan tali yang diikat di bagian depan genderang. Seniman Jinko, pemain genderang Kotsuzumi, mengatakan, “Ini merupakan genderang yang digunakan dalam drama Noh dan Kabuki. Dengan instrumen musik ini, saya bisa menyesuaikan suara dengan dawai. Selain suara genderang, suara pekik-pekikan para seniman, dan irama genderang juga sangat penting.”
Mempelajari dan memainkan beberapa instrumen musik tradisional Jepang, Konduktor Dong Quang Vinh, pendiri Band Musik Daya Hidup Baru, mengatakan bahwa instrumen tradisional Jepang dan instrumen musik tradisional Vietnam sangat mirip dan memiliki banyak kesamaan.
“Saya melihat bahwa seruling Jepang dan Viet Nam memiliki banyak kesamaan. Tentunya cara memainkan seruling Jepang lebih bertenaga dan suaranya lebih padat. Bisa dikatakan bahwa instrumen musik Viet Nam dan Jepang memiliki banyak kesamaan”.
Bagi penggemar seni tradisional, silaturahmi budaya Viet Nam – Jepang memberikan banyak pengetahuan yang menarik tentang sejarah dan cara memainkan berbagai instrumen musik Jepang.
“Ini merupakan silaturahmi budaya yang sangat bermakna. Saya dapat mengetahui banyak hal mengenai instrumen musik tradisional Jepang. Saya mendapat banyak pengalaman dari program ini”.
“Saya sangat terkesan oleh para pemain genderang. Saya belum pernah mengetahui instrumen musik ini. Selain itu, siter Shasimen. Saya sangat terkesan oleh kedua instrumen musik ini.”
Melalui lagu rakyat “Ayam Jantan Berkokok” dari Etnis minoritas Cong yang dibawakan para seniman Band Musik Ryoma Quartet dan Daya Hidup Baru, bisa dilihat bahwa budaya musik setiap negara memiliki kekhasan dan keunikan masing-masing, namun ketika dikombinasikan akan menciptakan daya tarik besar dan menjadi sajian musik yang atraktif dan khas bagi masyarakat.