Indonesia mendorong para badan usaha melakukan integrasi regional

(VOVworld) - Komunitas ASEAN dengan resmi terbentuk pada akhir tahun 2015 lalu. Para badan usaha negara-negara ASEAN sedang menghadapi banyak peluang, tapi juga tidak sedikit tantangan dalam proses integrasi. Selama beberapa tahun ini, untuk membantu para badan usaha domestik memperkuat daya saing dan integrasi ekonomi regional, pemerintah negara-negara ASEAN menggelarkan banyak program, kebijakan dan aktivitas memberi bantuan kepada para badan usaha  mereka, diantaranya ada Indonesia


 Indonesia mendorong para badan usaha melakukan integrasi regional - ảnh 1
Satu bengkel penjahitan di Indonesia/
(Foto:  SBS)

Indonesia merupakan sebuah negara besar dalam ASEAN. Sebagai negara yang paling banyak jumlah penduduknya sebanyak 250 juta jiwa, Indonesia juga merupakan negara yang punya jumlah badan usaha yang paling banyak kira-kira 400 000 badan usaha dengan bermacam-macam produk unggulan seperti perikanan, barang dari kayu, bahan untuk alas kaki, minyak makan, bahan kimia, farmasi dan sebagainya. Pembentukan Komunitas ASEAN pada akhir tahun 2015 merupakan dasar dan prasyarat bagi para badan usaha  Indonesia untuk membawa produk-produk-nya yang baik  ke negara-negara di kawasan. Ibu Santi, Wakil Perusahaan Lugas Farmaceutical (Perusahaan produksi dan ekspor  bermacam produk kesehatan dan farmasi) menilai: “Akan jauh lebih cepat ya. Kemudian kebutuhan masyarakat akan memiliki variasi pilihan yang luar biasa besar. Prosedur setiap negara pasti beda-beda kan. Tapi kita harapkan tentunya ada kemudahan. Tapi setiap negara itu saya belum mempelajari jauh tapi kita positif lah. Untuk ke depan masyarakat ekonomi itu dibentuk tentunya mudah-mudahan kita mendapat hal yang terbaiknya”

Untuk menciptakan syarat bagi para badan usaha ekspor, Pemerintah Indonesia, pada tahun 2015, telah mengumumkan 5 paket kebijakan ekonomi, diantaranya paket kebijakan ke-4 yang digelarkan dari bulan Oktober 2015 berfokus memperkuat pasokan pinjaman-pinjaman dengan suku bunga rendah kira-kira 12 persen per tahun dan menciptakan syarat yang kondusif bagi para badan usaha dalam masalah administrasi. Di samping itu, Pemerintah Indonesia, melalui kantor - kantor perwakilan di negara-negara ASEAN, memperkuat pendorongan para badan usaha untuk melakukan temu pergaulan, melakukan penelitian dan mencari-tahu tentang pasar-pasar di kawasan. Bersamaan itu, Pemerintah Indonesia juga menetapkan pengarahan dan memberikan informasi kepada para badan usaha Indonesia tentang pasar-pasar yang potensial di kawasan, diantaranya ada Vietnam. Bapak Sadikin, Minister Konselor urusan masalah ekonomi Kedutaan Besar Indonesia di Vietnam memberitahukan: "Pokoknya KBRI umumnya memberikan saran, masukan dan mencari solusi, bagaimana supaya tercipta hubungan dagang maupun hubungan investasi. Mereka saling berdekatan dan saling mengerti satu sama lain. Seperti banyak di sini sekarang ingin mencari perusahaan Vietnam yang dapat kerjasama dengan Indonesia dan sebaliknya. Jadi kita mencari mana yang pas, bidang mana yang pas untuk mereka.

Untuk memasukkan produk-produk-nya ke pasar lain, penerimaan bantuan Pemerintah dan kantor-kantor perwakilan di luar negeri merupakan hal yang teramat perlu. Hal itu akan menciptakan kepercayaan dan membantu para badan usaha bisa mendekati para badan usaha asing secara lebih mudah. Ibu Santi, wakil Perusahaan Lugas Farmaceutical memberitahukan: “Kalau dari Indonesia tentunya kita didorongnya. Tentunya mendapat beberapa kemudahan untuk mendorong ekspor. Ikut pameran ini juga sebetulnya dukungan Pemerintah yang membuka kesempatan. Kalau kita sendiri tentunya akan sangat unduk industri kita. Tapi ini difasilitasi oleh Pemerintah, kita datang jadi lebih ringan lah. Untuk “booth” disediakan pemerintah jadi sangat mudah. Terus barang disupport, dibantu untuk dikirimkan. Kalau kita sendiri agar susah dan riskan”.
           

Dalam kawasan ASEAN, Vietnam merupakan satu pasar yang potensial dan atraktif. Vietnam mempunyai banyak syarat yang kondusif dan sesuai bagi pengembangan investasi dan bisnis seperti jumlah penduduk banyak, daya pemasaran besar, harga sewaan buruh murah, berketrampilan dan rajin. Faktor-faktor itu menciptakan daya tarik yang kuat terhadap para badan usaha Indonesia. Saudara Nico Marco, wakil perusahaan Karya Adishin Sukses di bidang bahan makanan yang berpartisipasi pada Pekan Raya Perdagangan Indonesia yang baru saja diselenggarakan di kota Hanoi memberitahukan: "Vietnam berada di posisi atas karena di Vietnam populasinya juga banyak, lebih dari 90 juta orang jadi marketnya juga besar. Sebenarnya kita sudah sempat cek market dan di Vietnam kita juga melakukan penyesuaian juga rasanya karena mungkin rasa di Indonesia agar pedas, belum benar-benar cocok dengan rasa di Vietnam. Kita tidak langsung jiplak ke Vietnam".

Tidak hanya dari pihak para badan usaha, Pemerintah Indonesia sendiri juga selalu menilai bahwa Vietnam merupakan mitra strategis dalam pertukaran perdagangan luar negeri-nya. Hal ini ditegaskan oleh Dede Ruswandi, Wakil dari Kementerian Industri Indonesia sehubungan dengan kunjungan kerja-nya di Vietnam.

“Pemerintah Indonesia mau mengadakan terus kerjasama industri, industri kecil, industri menengah sampai industri besar dengan pemerintah Vietnam. Mudah-mudahan kerjasama ini lebih bagus, lebih maju lagi. Banyak badan yang menarik minat para pengusaha di Vietnam. Mudah-mudahan lebih maju”.

Bisa dilihat bahwa  bantuan Pemerintah  telah memberikan banyak kepentingan langsung kepada para badan usaha Indonesia. Bagi para mitra baru, para badan usaha Indonesia akan semakin lebih maju dan kuat ke pasar-pasar di kawasan, turut menciptakan satu pasar bersama ASEAN yang bergelora dan berkembang secara berkesimbungan.


Komentar

Yang lain