Kalangan muda dalam proses integrasi pada masyarakat bersama ASEAN

(VOVworld) – Masyarakat ASEAN dengan resmi dibentuk pada akhir 2015. Peristiwa ini memberikan banyak kesempatan kepada warga semua negara anggota ASEAN, khususnya kalangan muda. Menguasai arti pentingnya integrasi, banyak perguruan tinggi di Vietnam dan di kawasan secara permanen mengadakan serentetan aktivitas temu pergaulan dan tukar-menukar kebudayaan untuk memperkuat saling pengertian serta memupuk kemampuan berbahasa asing untuk mahasiswa. Semua aktivitas tersebut mendapat sambutan hangat dari kalangan muda. 


Kalangan muda dalam proses integrasi pada masyarakat bersama ASEAN - ảnh 1
Para peserta acara ini
(Foto: Nguyen Ha)


Di tengah-tengah suara musik tarian Sap tradisional Vietnam, para mahasiswa rombongan ASEAN Youth Friendship Network (AYFN) – satu organisasi yang menghimpun kaum pemuda asal negara-negara Asia Tenggara melakukan banyak kunjungan dan temu pergaulan serta menguak tabir kebudayaan negara-negara ASEAN, sedang dengan antusias menari mengikuti kaki dan panduan dari para mahasiswa Universitas Thang Long Hanoi dan Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan 1 Hanoi. Ini merupakan salah satu diantara acara-acara dalam program “ASEAN Adventure Camp” yang berlangsung pada 29/1 lalu di Universitas Thang Long Hanoi. Saudari Dinh Thi Ngoc Mai, mahasiswi universitas ini, memberitahukan: “Kami telah memilih ciri-ciri budaya yang bisa memperkenalkan dua aspek yang sangat berbeda dari Vietnam yaitu modern sekaligus tradisional. Selain acara-acara nyanyi-tari yang bergelora juga ada banyak acara tradisional seperti tarian “Sap”, tarian genderang dan memperkenalkan adat-istiadat Vietnam kepada sahabat-sahabat ASEAN”.

Selain acara kesenian Vietnam, para mahasiswa negara-negara ASEAN juga mendemonstrasikan tarian-tarian tradisionalnya masing-masing. Saudari Sari Warningsih, mahasiswi UPI, Indonesia, dengan gembira mengatakan: “Saya sangat senang, terutama saya bisa menarikan tarian tradisional Indonesia di Vietnam. Saya ingin memperkenalkan kepada semua negara bahwa tarian Indonesia sangat indah dan sangat unik”.

Akan ada banyak diantara para mahasiswa Vietnam yang belum mengenal tarian-tarian tradisional Indonesia beserta larangan-larangan dalam hal makan dan sapaan dari kaum muslim jika tidak ikut serta pada program temu pergaulan kebudayaan tersebut. Sebaliknya, bagi para mahasiswa Indonesia yang belum sempat mencaritahu tentang kebudayaan Vietnam, maka ini merupakan kesempatan bagi mereka untuk mencicipi masakan-masakan terkenal atau dengan mata kepalanya sendiri menikmati keindahan baju “Ao Dai” (baju panjang tradisional Vietnam) serta caping Vietnam, dll. Saudara Setiawan Minarjo, Ketua AYFN, memberitahukan: “Promosi budaya di ASEAN lebih ditingkatkan lagi karena kita tahu bahwa mungkin teman-teman dari Vietnam sangat mengenal Kpop, mereka lebih tahu Jepang, Amerika, tapi tidak mengenal kebudayaan Indonesia atau Thái Lan. Itu sampai saatnya kita saling mempromosi budaya”.


Kalangan muda dalam proses integrasi pada masyarakat bersama ASEAN - ảnh 2
Tarian Indonesia ditampilkan pada kesempatan ini
(Foto: Nguyen Ha)


Sejak didirikan pada 2010 sampai sekarang, AYFN telah mengadakan 38 kunjungan ke negara-negara ASEAN seperti Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, dll. Pada tahun pertama didirikan, AYFN hanya menyelenggarakan satu kunjungan temu pergaulan kebudayaan dengan para mahasiswa Insititu Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora kota Ho Chi Minh, maka pada tahun-tahun berikutnya, jumlah temu pergaulan kebudayaan semakin meningkat. Khususnya pada tahun 2015, tahun terbentuknya Masyarakat Bersama ASEAN, menurut saudara Setiawan Minarjo, kebutuhan dan jumlah pendaftaran naik secara drastis dan AYFN telah 9 kali menyelenggarakan secara sukses kunjungan untuk para anggotanya.

Sementara itu, untuk mendahului kepentingan-kepentingan yang diberikan Masyarakat Bersama ASEAN, banyak sekolah tinggi Vietnam juga berinisiatif memperkuat pertukaran mahasiswa dan mencaritahu tentang kebudayaan negara-negara ASEAN. Nguyen Duc Quang, dosen mata kuliah pariwisata, Universitas Thang Long Hanoi, memberitahukan bahwa ini adalah tahun ke-2 perguruan tinggi ini mengadakan program temu pergaulan kebudayaan dengan AYFN dan akan terus mempertahankannya sebagai satu aktivitas tahunan. Dosen Nguyen Duc Quang, memberitahukan: “Aktivitas-aktivitas temu pergaulan membantu mereka melatih bahasa asing, yang merupakan satu kelemahan para mahasiswa Vietnam. Di Vietnam mereka sangat rajin belajar, tapi metode pengajarannya lebih berkecenderungan pada teori, belum ada kesempatan untuk memprakteknya. Lebih-lebih lagi, para mahasiswa Vietnam sekarang belum memiliki wawasan yang luas tentang negara-negara lain, khususnya negara-negara Asia Tenggara, maka aktivitas pergaulan kebudayaan akan membantu mereka memperbaiki hal ini”.

Tidak hanya Universitas Thang Long Hanoi saja, tapi banyak sekolah tinggi lain di Vietnam juga dengan proaktif mengadakan banyak aktivitas temu pergaulan kebudayaan untuk mahasiswanya, diantaranya ada Fakultas Ilmu Ketimuran, Institut Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora kota Ho Chi Minh, salah satu diantara satuan pelopor dalam mendidik kebudayaan dan bahasa negara-negara di kawasan seperti Thailand dan Indonesia. Setiap tahun, selain program temu pergaulan kerjasama tahunan dengan organisasi AYFN, Fakultas ini juga menerima kedatangan banyak rombongan mahasiswa internasional asal Singapura, Republik Korea, Thailand dan Indonesia serta mengadakan banyak pameran dan simposium tentang kebudayaan negara-negara tersebut, dll. Diantaranya, Pesta Ketimuran – satu program yang telah ikut membina brand Fakultas Ilmu Ketimuran, selalu menyerap perhatian para mahasiswa dan peserta. Saudari Nguyen Thi Duoc, mantan mahasiswi Fakultas Ilmu Ketimuran, Institut Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora kota Ho Chi Minh yang sekarang sedang bekerja di Seksi Perekrutan Pasar Indonesia, Organisasi Pendidikan TOPICA, Hanoi, memberitahukan: “Walaupun sudah tamat kuliah, tapi setiap kali ada Pesta Ketimuran, saya selalu menghadirinya. Selain ikut pesta perkemahan, menikmati acara-acara pertunjukan kesenian yang khas dan masakan tradisional dari berbagai negara di kawasan, ketika datang di pesta tersebut, penonton juga dapat memutakhirkan banyak pengetahuan tentang negara-negara anggota ASEAN melalui sayembara mencaritahu tentang masalah ketimuran. Ini benar-benar merupakan arena yang bermanfaat bagi mahasiswa”.

Agar supaya Masyarakat ASEAN benar-benar menjadi satu komunitas yang berkembang secara kuat dan kental dengan identitas masing-masing, maka peranan pemuda adalah yang paling besar karena mereka sendiri merupakan masa depan ASEAN. Menurut kata Duta Besar Indonesia, Mayerfas kepada kalangan pers, untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang diberikan masyarakat ini, para warga muda ASEAN pertama-tama harus mengubah cara berfikirnya. Jangan berfikir sebagai satu warga-negara dari satu negara atau provinsi dan kota seperti dulu, tapi berfikir sebagai seorang warga ASEAN. 

Komentar

Yang lain