(VOVWORLD) - Jakarta dianggap sebagai Ibukota yang mengalami kemacetan lalu lintas yang paling serius di Asia Tenggara. Untuk bis amemecahkan sistuasi ini, Pemerintah Indonesia membuat proyek pembangunan Moda Raya Terpadu (MRT)-panjangnya 200 Km. Setelah 6 tahun, tahap pembangunanpertama proyek ini telah selesai. Trayek yang pertama telah beroperasi, merealisasikan impian orang Indonesia tentang satu sistem MRT yang berbudaya dan memecahkan impian buruk yang bernama “kemacetan lalu lintas” di Ibukota Jakarta.
MRT di Ibukota Jakarta. (Foto: Suara.com) |
Saya menyatakan bahwa jalur MRT Jakarta resmi beroperasi. Sejak hari ini, kita siaga agar menyesuaikan diri satu kebudayaan baru. Inilah tahap yang pertama proyek ini. Juga mulai hari ini, tahap kedua proyek , pembangunan trayek selanjutnya akan mulai dibangun".
Pada 25/3 yang lalu, dengan disaksikan oleh puluhan ribu warga Ibukota Jakarta, Presiden Indonesia, Joko Widodo resmi menekan tombol meresmikan MRT yang pertama di Ibukota jakarta.Tahap pertama dari proyek pembangunan MRT pertama panjangnya 16 Km meliputi 6 stasiun di bagian bawah tanah dan 6 stasiun di tanah menyambungkan kawasan Bundaran Hotel Indonesia sebelah Selatan kota ini. Ini merupakan salah satu di antara jalur-jalur lalu lintas urat nadi dari Jakarta dan selalu terjadi kemacetan lalu lintas karena kepadatan warga Ibukota serta bermacam-macam jenis kendaraan. Jadi, hanya dengan biaya 10.000 Rupiah (sama dengan hampir 1 USD), sekarang ini warga Ibukota Jakarta bisa masuk jantungnya Ibukota dengan cepat dan kondusif. Aghita, warga Ibukota memberitahukan: "Saya benar -benar sangat antusias dna gembira karena telah ada sistem MRT. Dulum trayek ini hanya ada di negara asing saja. Saya tinggal di peluaran dari Ibukota Jakatra, setiap hari saya harus memakan satu jam untuk meunu pusat kota. Dengan MRT, saya tidak khawatir akan kemacetan lalu lintas".
Warga Ibukota menilai ini sebagai sistem transportasi publik yang sangat bermanfaat, selain sistem bis cepat Transjakatra (BRT) (atau Bus Rapid Transit di Jakarta). Tapi, MRT lebih unggul; karena sistem ini lebih aman, bersih, cepat dan modern. Sistem MRT ini dibangun dengan sumber modal pinjaman dari Organisasi JICA (Japan International Cooperation Agency) yang sekaligus merupakan kontraktor utama proyek ini. MRT ini dikendalikan dengan sistem sinyal yang paling canggih, belum diterapkan di Jepang. Sistem ini bisa mendeteksi posisi kereta api dan menjamin perjalanan sesuai dengan kecepatan 100 Km per jam dan berjalan sesuai dengan peta-nya. Dalam waktu setiap 10 menit ada satu trayek kereta api dengan 6 gerbong, mengangkut kira-kira 1.900 orang untuk satu kali pada jam-jam puncak. Total modal investasi untuk tahap pertama sebanyak 1,2 miliar USD. Duta Besar Jepang di Indonesia, Masafumi memberitahukan: “Penyelesaian tahap pertama pembangunan sistim MRT Jakarta merupakan awalan dari kerjasama antara Jepang dan Indonesia. Kerjasama ini akan diteruskan dengan pembangunan sistem kereta api Timur Laut yang panjangnya 200 Km pada 10 tahun mendatang. Pasti dengan sistim MRT ini, kemacetan lalu lintas di Ibukota Jakarta akan turun dan mendorong perkembangan ekonomi Indonesia. MRT Jakarta justru merupakan lambang dari kerjasama Jepang-Indonesia”.
Ini merupakan rencana titik berat dalam pengembangan infrastruktur Indoensia di bawah pimpinan Presiden infungsi Joko Widodo, tokoh yang sedang mengusahakan dukungan untuk mencalonkan diri lagi pada April ini.
Menurut rencana, segera setelah MRT Jakarta yang pertama diresmikan, tahap kedua pembangunan sistem yang panjangnya 8 Km ini akan resmi dimulai dan menyambungkan jantung-nya Ibukota dengan tempat dimana ada Bandara Internasional Soekarno Hatta. Direncanakan, tahap ke dua pembangunan sistim ini akan selesai pada tahun 2024.