Bersatu dan bekerjasama: Kunci untuk memecahkan krisis global

(VOVWORLD) - Menurut kalangan analis, perkembangan wabah Covid-19 yang sulit diduga serta situasi nyata  hubungan yang kompleks sehingga semua langkah menghadapinya secara sendiri-sendiri yang dilakukan oleh negara-negara hanya mengembangkan hasil-guna yang terbatas. Lebih dari pada yang sudah-sudah, sekarang ini, dunia harus bersatu dan melakukan kerjasama yang substansif untuk mengatasi kesulitan.
Bersatu dan bekerjasama: Kunci untuk memecahkan krisis global - ảnh 1 Ilustrasi (Foto: dangcongsan.vn)

Menurut peringatan dari Bank Dunia (WB), Dana Moneter Internasional (IMF) dan banyak institusi keuangan internasional yang lain, dunia sedang harus menghadapi satu krisis ekonomi dan keuangan yang serius, bahkan lebih buruk dari pada krisis keuangan global tahap 2008-2009. Besamaan itu, bahaya tentang satu krisis pangan global juga diperingatkan secara terus-menerus. Yang terkini, pada tanggal 20 April, Dana Internasional untuk Pengembangan Pertanian (IFDA) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengeluarkan imbauan kepada komunitas internasional supaya bertindak untuk menghindari terjadinya satu krisis pangan yang ditimbulkan oleh wabah Covid-19.

Sementara itu, hal yang lebih mencemaskan ialah pandemi ini masih sedang mengalami perkembangan yang teramat rumit, belum bisa meramalkan babak akhirnya, berarti umat manusia belum bisa membayangkan secara tuntas akibat-akibat yang ditimbulkan oleh krisis ini. Oleh karena itu, dunia tidak ada pilihan yang lain yaitu harus bekerjasama dan bersatu untuk mengatasi kesulitan.

Tindakan sendiri-sendiri bukanlah solusi

Bukan sampai saat ini ketika pandemi sudah menyebar luas di dunia, tapi pada tahap permulaan krisis,  ada sangat banyak peringatan yang dikeluarkan oleh para pakar dan peneliti internasional yang menyatakan bahwa semua tindakan sendiri-sendiri dari negara-negara hanya bermanfaat melambatkan penularan wabah, jadi tidak bisa mencegah dan memundurkan wabah. Dalam pernyataannya sehubungan dengan pengumuman rencana tanggapan kemusiaan global yang dikeluarkan oleh PBB pada tanggal 25 Maret, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Antonio Guterres telah menekankan bahwa “Covid-19 sedang mengancam seluruh umat manusia, oleh karena itu, umat manusia perlu bersinergi untuk mencegah wabah ini. Upaya memberikan tanggapan sendiri-sendiri dari sebuah negara tidak cukup. Upaya global merupakan satu-satunya cara untuk mencegah wabah Covid-19”.

Kenyataan dari segala  yang sedang berlangsung selama ini sedang membuktikan akan tepatnya peringatan-peringatan tersebut. Pandemi semakin menyebar luas dan merampas jiwa ribuan orang setiap hari, dalam pada itu, dunia tetap menunjukkan perpecahan dan perselisihan tentang banyak masalah yang bersangkutan dengan pandemi, misalnya asal-usul virus, transparansi informasi serta persaingan keras tentang sumber daya menghadapinya dan lain-lain. Usaha global dalam menghadapinya pada pokoknya dilakukan menurut cara “bertindak menurut semaunya sendiri”, belum ada koordinasi atau kerjasama internasional yang aktif dan efektif. Bukti yang paling jelas tentang  kurangnya kerjasama dan persatuan global ialah walaupun pandemi telah merebak selama hampir setengah  tahun ini, tapi hingga sekarang masih belum ada satu lokakarya dan konferensi imiah spesialis berskala global manapun yang diadakan untuk mengusahakan langkah-langkah menghadapi pandemi.

Pelajaran sejarah tentang kerjasama dalam menghadapi wabah pes Manchuria pada lebih dari satu abad lalu

Pada latar belakang ini, kalangan ilmuwan dan peneliti sedang banyak menyebut-nyebut pelajaran sejarah pada lebih dari 100 tahun sebelumnya ketika dunia bersinergi menghadapi wabah pes Manchuria yang menyebar luas di seluruh Tiongkok dan mengancam menjadi pandemi global. Menurut itu, dari musim gugur tahun 1910 sampai wabah ini berhasil dikendalikan  pada awal tahun 1911, diperkirakan ada 63.000 orang yang telah meninggal dunia  karena wabah ini. Akan tetapi, hal yang patut dibicarakan tentang event sejarah itu ialah sejak awal tahun 1911, Tiongkok telah mencari cara untuk mengadakan satu konferensi internasional guna mengusahakan solusi menghadapinya seperti mencari tahu tentang sebab-musebab  merebaknya wabah yang cepat dan di skala yang luas, membina langkah-langkah kontrol sebaik-baiknya. Walaupun masih ada banyak kontradiksi, tapi setentetan negara besar seperti Amerika Serikat, Jepang, Rusia, Inggris, Perancis, Italia, Meksiko, Belanda, Jerman, Austria dan Hungaria telah mengirim pakar dari berbagai institut yang bergengsi telah menghadiri konferensi yang diadakan di Shenyang. Menurut banyak penilaian, konferensi ini telah memberikan sumbangan penting dalam mencegah wabah penyebaran pes Manchuria menjadi pandemi global, menjadi satu pelajaran besar bagi umat manusia tentang kerjasama dan persatuan untuk mencegah dan menghadapi krisis.

Kalau diasosiasikan  dengan kenyataan yang sedang terjadi, banyak pakar dan ilmuwan percaya bahwa penyelenggaraan satu konferensi non-politik seperti di Shenyang tahun 1911, tempat dimana para pakar kesehatan papan atas di dunia ingin ikut serta bisa membantu dunia cepat mencegah pandemi Covid-19 dengan sukses. Sayang sekali, terbanding dengan tahun 1911, dunia dewasa ini sedang menghadapi perpecahan yang jauh lebih serius. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menderita celaan, situasi rasdiskriminasi terukir lebih mendalam, negara-negara adi kuasa balas-berbalas satu sama lain, melakukan persaingan sumber daya, mengontrol situasi, sementara itu, negara-negara miskin bergulat mengusahakan cara membela diri. Serentetan negara yang memainkan peranan besar seperti Amerika Serikat, Tiongkok, negara-negara Uni Eropa dan Jepang masih belum menunjukkan tekad koordinasi untuk menghadapi krisis. Artinya, prospek tentang satu konferensi internasional yang menghimpun partisipasi para pakar kesehatan papan atas di dunia masih terlalu jauh.

Akan tetapi, dunia tetap berhak berharap dan percaya pada kerjasama dan persatuan internasional untuk menghadapi krisis, bertolak dari gagasan, rekomendasi dan tindakan yang penuh bertanggung-jawab dari banyak negara. Misalnya, baru-baru ini, Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) telah mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Khusus ASEAN dan KTT Khusus  ASEAN+3 (yaitu Tiongkok, Republik Korea dan Jepang) dengan bentuk online untuk membahas solusi menghadapi pandemi Covid-19. Efek penyebaran peristiwa yang dipimpin oleh Viet Nam ini telah dicatat oleh komunitas internasional dan bisa menjadi sumber ilham yang positif bagi dunia untuk mendorong kerjasama dan persatuan guna bersama-sama mengatasi krisis. 

Komentar

Yang lain