Kesepakatan Nuklir Iran: Peluang Baru, Tantangan Lama

(VOVWORLD) - Dengan perhatian yang kian jelas dari pemerintah baru di Amerika Serikat (AS), masalah nuklir Iran sekali lagi muncul menjadi fokus perhatian opini umum internasional. Banyak penilaian mengatakan bahwa kemungkinan menyelamatkan kesepakatan yang ditandatangani pada 2015 sedang menghadapi peluang baru dengan banyak keuntungan. Namun, tantangan yang perlu diatasi masih sangat besar, sehingga semua pihak terkait perlu berupaya lebih banyak lagi. 

Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pada 8 Maret telah mengumumkan negara-negara anggota bahwa Iran mulai mengayakan uranium di lantai ke-3 mesin sentrifugal maju IR-2m di pabrik nuklir bawah tanah di Natanz. Ini merupakan tanda baru yang menunjukkan Iran terus melanggar kesepakatan nuklir yang ditandatangani dengan Kelompok P5+1 (yaitu 5 negara tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Jerman), dan juga dikenal dengan nama Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA). Perkembangan tersebut sekali lagi mencerminkan hakekat yang kompleks dari proses menjawab masalah nuklir Iran, meskipun banyak sinyal positif yang terkait dengan masalah tersebut telah muncul terus-menerus belakangan ini.

Kesepakatan Nuklir Iran: Peluang Baru, Tantangan Lama - ảnh 1Dalam satu basis nuklir di Iran Selatan (Foto: AFP/ VNA)

Sinyal-Sinyal Positif:

Terkait pengumuman IAEA, muncul banyak sinyal optimis tentang kemungkinan terbukanya peluang dalam memulihkan dan melaksanakan JCPOA. Di antaranya, yang paling patut diperhatikan ialah gerak-gerik dari pemerintah baru AS. Konkretnya, kalangan otoritas senior AS, termasuk Presiden Joe Biden berulang kali menegaskan akan mendorong pelaksanaan JCPOA, membalikkan kebijakan menarik AS dari kesepakatan tersebut sesuai dengan keputusan Presiden pendahulu, Donald Trump. Pada 4 Maret lalu, Jurru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, Ned Price menyatakan bahwa Washington menunggu kesiapan Iran berpartisipasi dalam perundingan-perundingan untuk mencapai kemajuan yang jelas tentang masalah-masalah dalam program nuklir Teheran.

Sementara itu, semua pihak terkait lainnya seperti Uni Eropa yang dikepalai oleh Perancis dan Jerman juga terus-menerus mendesak Iran dan semua pihak sisanya supaya menaati dan melaksanakan kesepakatan tersebut. Wakil Tetap Rusia di berbagao organisasi internasional yang berkantor di Wina (Australia), Mikhail Ulyanov, pada 7 Maret juga menyatakan bahwa Moskow bersedia bekerja sama dengan AS dan negara-negara yang menandatangani JCPOA untuk memulihkan sepenuhnya kesepakatan tersebut.

Di sisi lain, Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran, Mohammad Javad Zarif, pada 5 Maret menegaskan bahwa Iran akan cepat mengeluarkan rencana aksi “bersifat konstruktif” terkait dengan program nuklir Teheran. Pernyataan Menlu Zarif dikeluarkan setelah sumber-sumber berita diplomatik Eropa membocorkan bahwa Iran dalam beberapa hari terakhir telah memberikan sinyal positif terhadap permintaan mengadakan perundingan-perundingan tak resmi tentang program nuklir Teheran.

Jelaslah pemulihan JCPOA – dokumen yang pernah dijuluki sebagai “Kesepakatan Abad” sedang mendapat perhatian banyak pihak terkait, membuka harapan bahwa masalah tersebut akan terus didorong secara nyata. Namun, hal itu tidak sama artinya dengan prospek menjawab masalah nuklir Iran sudah sungguh-sungguh menjadi jelas, karena masih ada kendala dan tantangan yang serius.

Kesepakatan Nuklir Iran: Peluang Baru, Tantangan Lama - ảnh 2Direktur Jenderal IAEA, Rafael Mariano Grossi (kiri) dan Jubir AEOI, Behrouz Kamalvan melakukan pertemuan di Teheran, Iran pada 20/2/2021 (Foto: AP)

Kendala dan Tantangan:

Menurut kalangan analis, rintangan terbesar untuk memulihkan JCPOA serta mendorong pelaksanaan kesepakatan tersebut ialah menyelesaikan “soal selama-lamanya”: memuaskan kondisi semua pihak terkait. Hingga saat ini, baik AS maupun Iran belum mengubah pendiriannya selama ini dalam masalah ini. Konkretnya, AS tetap menjalankan cara pendekatan yaitu Iran harus manati komitmen-komitmen dalam kesepakatan sebelumnya, kemudian mempelajari mencabut embargo. Pandangan tersebut ditegaskan kembali oleh Menlu AS, Antony Blinken pada 4 Maret dengan pernyataan bahwa Washington akan melonggarkan sanksi-sanksi apabila Teheran sungguh-sungguh mematuhi komitmen dalam kesepakatan tersebut.

Sebaliknya, Iran dengan gigih membela pandangannya yaitu sanksi-sanksi haru dicabut sebelum perundingan dilaksanakan. Terkini, dalam pernyataan pada 8 Maret, Menlu Iran, Mohammad Javad Zarif menegaskan bahwa Iran akan memulihkan langkah-langkah yang sudah disahkan oleh negaranya untuk mengurangi kewajiban dalam kesepakatan, kalau AS menghapuskan sanksi terhadap Iran secara “efektif”.

AS dan Iran dengan gigih menjalankan cara pendekatan yang saling bertentangan ini mencerminkan kenyataan bahwa kepercayaan antara semua pihak belum terbentuk. Hal ini menuntut semua pihak supaya harus berupaya dengan banyak tindakan beriktikat baik dan nyata agar berharap membawa kesepakatan JCPOA kembali ke orbit yang diperlukan.


Komentar

Yang lain