Kesulitan di gelanggang politik Italia pasca pemilihan parlemen

(VOVWORLD) - Satu parlemen yang bergantung adalah hasil pemilihan parlemen Italia yang diadakan pada  Minggu (4 Maret), satu pemilihan yang paling penting di Eropa pada tahun 2018. Tidak ada kubu di antara 3 kekuatan politik teras di Italia yang merebut cukup mayoritas untuk membentuk pemerintah sendiri. Hasil ini membuat masa depan politik di Italia   dalam posisi tidak stabil kestabilan Uni Eropa.
Kesulitan di gelanggang politik Italia pasca pemilihan parlemen - ảnh 1Ilustrasi  (Foto: internet) 

Dengan hampir 100% jumlah kartu suara yang diperiksa, koalisi sayap kanan pimpinan mantan Perdana Menteri (PM) Silvio Berlusconi telah menjadi pelopor dan merebut 37% jumlah suara di Majelis Rendah (yang dipilih menurut mekanisme wakil proporsional) beserta 103 kursi anggota Majelis Rendah (yang dipilih menurut mekanisme calon yang memperoleh paling banyak suara akan menang). Sedangkan, koalisi ini merebut prosentase serupa ialah  37,49%  dan 54 kursi di Majelis Tinggi.

Yang menduduki posisi ke-2 ialah Partai Populis Gerakan Lima Bintang (M5S) memperoleh 32,67% jumlah suara beserta 85 kursi anggota di Majelis Rendah dan 32,22% jumlah suara dan 41 kursi di Majelis Tinggi. Partai M5S walaupun menduduki posisi ke-2 tapi adalah partai sendirian yang memperoleh paling banyak kartu suara. Sedangkan, koalisi sayap kiri, di antaranya ada Partai Demokrat (PD) yang berkuasa menduduki posisi ke-3.

 

Populisme naik takhta

Kalau melihat pada hasil pemilihan bisa tampak bahwa prosentase pemilih yang mendukung partai-partai populis dan partai anti ortodoks meningkat kuat. Buktinya ialah Partai Populis M5S dan Partai Ekstrim Kanan Liga ( nama lamanya Liga Utara, LN) memperoleh cukup banyak suara terbanding dengan pemilihan sebelumnya. Sedangkan, prosentase pendukung terhadap partai-partai tradisional seperti Partai PD dan Partai Forza Italia merosot secara drastis.

Kemenangan yang dicapai oleh partai-partai populis dan ekstrim kanan di Italia dianggap sebagai satu pukulan kuat terhadap Uni Eropa dan membuat kalangan investor merasa cemas.

Gerakan populis di banyak negara selama ini, walaupun belum cukup kuat untuk bangkit secara kuat, tapi tetap sedang menyala diam-diam di Eropa dan bisa meledak kembali setelah pemilihan di Italia. Menjelang pemilihan, Ketua Parlemen Eropa, Antonio Tajani pernah harus mengimbau kepada para pemilih Italia supaya mendukung partai-partai  tengah kiri seperti Partai Demokrat, jadi jangan memberikan suara kepada partai-partai populis yang berhaluan menentang migrasi, skeptisisme Eropa seperti Gerakan M5S atau partai ekstrim kanan Liga. Menurut bapak Antonio Tajani, Uni Eropa memerlukan “satu negeri Italia yang kuat”, memiliki ide-ide dan politik yang memberikan kepentingan kepada Eropa. Akan tetapi, ada cukup banyak pemilih Italia yang mempunyai pendapat yang berlainan dengan Ketua Parlemen Eropa dengan cara memberikan suara untuk mendukung gerakan populis.

Jumlah pemilih yang lain, walaupun tidak memberikan dukungan, tapi menyatakan bahwa populisme di Italia merupakan satu “irama” yang diulang-ulang dalam perpolitikan Italia, dengan komitmen-komitmen yang tidak realis dalam kampanya-kampanye pemilihan. Semua komitmen ini dikeluarkan demi tujuan-tujuan kampanya pemilihan, jadi bukanlah aktivitas politik yang sebenarnya.

 

Skenario yang bagaimana untuk Italia

Karena tidak  ada partai dan koalisi partai  yang memperoleh mayoritas suara, Presiden Italia, Sergio Mattarella akan memutuskan memilih partai atau koalisi partai yang paling sesuai untuk melakukan perundingan dengan partai-partai lain dalam membentuk pemerintah.

Prospek pembentukan satu  koalisi besar antara persekutuan sayap kanan dan Partai PD yang berhaluan tengah kiri, nampaknya merupakan satu skenario yang sedang diharapkan oleh kalangan investor dan kalangan otoritas Uni Eropa.

Satu skenario lain yang juga sedang diungkapkan ialah kemungkinan satu persekutuan populis dan ekstrim kanan bisa dibentuk. Dulu, baik Partai M5S dan Partai Liga telah pernah menyingkirkan kemungkinan melakukan koalisi pasca pemilihan, tapi situasi dewasa ini menunjukkan bahwa ini juga merupakan satu pilihan implementatif untuk bisa mengontrol mayoritas di parlemen. Akan tetapi, satu koalisi seperti itu bisa menimbulkan kecemasan-kecemasan terhadap seluruh Eropa, karena kedua partai ini mempunyai pandangan menentang migrasi dan skeptisisme Eropa. Partai M5S selalu menegaskan akan menjadi satu kekuatan oposisi besar di lembaga legislatif dan akan menimbulkan pengaruh terhadap politik-politik melalui komisi-komisi dalam parlemen.

Di segi lain, juga tidak menyingkirkan kemungkinan partai-partai politik tidak bisa melakukan perundingan satu sama lain dan Italia akan harus menyelenggarakan satu pemilihan baru. Pada situasi itu, negara ini bisa terperangkap pada krisis politik pasca pemilihan, menimbulkan pengaruh negatif terhadap perekonomian yang sedang berada dalam proses pemulihan yang lambat serta memacetkan proses reformasi struktur yang sangat perlu didorong oleh Italia. Kita masih ingat bahwa pada pemilihan tahun 2013, partai-partai politik di Italia harus memakan waktu lebih dari dua bulan  baru bisa membentuk satu pemerintah.

Sekarang ini, Italia merupakan perekonomian yang besarnya nomor 3 di Uni Eropa, maka politik-politik yang dijalankan oleh negara ini pada waktu mendatang mempunyai pengaruh penting terhadap ekonomi kawasan maupun politik-politik umum Uni Eropa. Oleh karena itu, tidak hanya kalangan politisi Italia, tapi juga Uni Eropa sedang memantau gerak-gerik baru di gelanggan politik Italia dan berharap tentang satu pemerintah pro Eropa akan dibentuk.  

Komentar

Yang lain